"Dibutuhkan supir pribadi. Syarat: laki-laki, bisa bela diri, usia maksimal 35 tahun." Adam membaca story teman lamanya diaplikasi WhatsApp.
Story itu tak lain ialah milik Reyhan Anggara yang sedang mencari sopir pribadi untuk Briana.
Saat ini warung bakso milik Adam baru saja dibuka. Sembari membersihkan warung, Adam memainkan ponsel miliknya hingga ia membaca story milik Reyhan.
"Bukannya dia lagi nyari pekerjaan ya." Adam melihat pada William yang sedang menyusun mangkok dimeja dekat gerobak mie ayam.
Kebetulan sekali Reyhan mencari sopir pribadi, sangat cocok untuk William yang sedang mencari pekerjaan, pikir Adam.
Adam lalu memanggil William untuk menghampirinya.
"Iya Pak, ada apa?" tanya William setibanya di hadapan Adam.
"Tadi malam kamu nanya lowongan pekerjaan sama saya kan?" tanya Adam.
"Iya, betul Pak," jawab William.
"Apa sudah ada lowongan pekerjaan untuk saya?" tanyanya kemudian.
"Iya ada. Ini teman saya sedang butuh supir pribadi. Kalau kamu mau, kamu bisa melamar menjadi supirnya." Adam menunjukkan story Reyhan pada William dihadapannya.
William melihat sekilas story yang ditunjukkan Adam padanya.
"Iya mau, Pak. Saya mau jadi supirnya," ucap William dengan semangat.
"Kalau begitu kamu bisa langsung mendatangi alamat rumahnya, dikompleks Karang Indah nomor 39, cari pria paruh baya atas nama Reyhan Anggara," titah Adam.
"Kompleks Karang Indah nomor 39." William mengulang alamat rumah yang Adam sebutkan.
"Ingat tidak alamatnya?" tanya Adam.
"Iya Pak, sudah ingat," jawab William.
"Semoga kamu beruntung, dan bisa diterima kerja di sana." Adam menepuk bahu William.
"Iya Pak, semoga saja," ucap William.
William melepas celemek yang ia kenakan, lalu berpamit pada Adam untuk segera mendatangi rumah Reyhan.
*
*
Pukul 12 siang Briana pulang ke rumah karena diminta Reyhan makan siang di rumah sekaligus menyeleksi beberapa orang yang melamar menjadi sopirnya.
"Kenapa tidak Daddy saja yang menyeleksinya?" tanya Briana begitu tiba didalam rumah.
Wanita itu langsung menghempaskan tubuhnya disofa ruang tamu, merasa kesal pada Reyhan yang akhir-akhir ini selalu mengaturnya.
"Daddy ingin kamu yang menyeleksinya," jawab Reyhan.
"Aku tidak tahu siapa yang layak dan tidaknya orang yang akan menjadi sopirku," ucap Briana.
"Kalau masalah itu Daddy akan membantumu," ucap Reyhan.
"Ya kalau begitu kenapa tidak Daddy saja yang menyeleksinya?" tanya Briana.
"Tidak bisa, karena supir itu akan menjadi supirmu jadi kamu juga harus ikut menyeleksinya," jawab Reyhan.
Briana memutar bola matanya malas. Ia malas sekali menyeleksi orang-orang yang melamar menjadi sopirnya, karena ia tidak ingin disopiri.
Briana ingin pergi ke mana-mana sendiri, tanpa harus ada orang lain bersamanya kemanapun dia pergi.
Briana bangkit dari duduknya dan pergi kekamar miliknya meninggalkan Reyhan seorang diri duduk di ruang tamu.
Reyhan geleng-geleng kepala melihat tingkah Briana yang semakin hari semakin sulit diatur bahkan bertingkah semaunya.
Reyhan yakin, keputusan untuk mencarikan Briana sopir itu sudah benar agar bisa selalu mengawasi putri semata wayangnya itu.
Tiba dikamar, Briana berniat untuk tidur siang, tapi telinganya sayup-sayup mendengar beberapa kendaraan berhenti dihalaman.
Wanita itu menyingkap gorden pintu balkon untuk melihat kendaraan yang berhenti di depan rumah. Rupanya kendaraan itu milik para pelamar supir dirinya yang sudah datang.
"Aku tidak mau disupiri. Aku harus cari cara bagaimana seleksi itu gagal, dan tidak ada satu orang pun yang menjadi sopirku," gumam Briana menatap beberapa orang disana.
Briana berfikir keras bagaimana cara menggagalkan seleksi yang sebentar lagi akan dimulai.
Hingga tidak lama kemudian, munculah ide memberi obat pencuci perut pada semua calon supirnya.
Briana segera menghubungi kepala pelayan dirumahnya untuk membeli obat pencuci perut.
"Buat apa Non?" tanya pelayan itu disambungkan telepon.
"Buat saya, Bi. Jangan lupa beli yang banyak dan antarkan ke kamar saya," titah Briana.
"Baik Non, obatnya segera Bibi belikan," ucap pelayan itu.
Briana mematikan sambungan teleponnya. Bibir tersenyum menyeringai membayangkan rencananya akan berhasil.
Bila semua calon supir meminum obat pencuci perut, maka tidak ada satupun orang yang bisa mengikuti seleksi.
Semua calon sopir akan terus bolak-balik ke toilet hingga seleksi pemilihan sopir untuknya dibatalkan.
Tidak sampai setengah jam waktu yang dibutuhkan pelayan untuk membelikan obat pencuci perut pesanan Briana. Kini di tangan wanita itu sudah ada satu pack obat pencuci perut tersebut.
Dengan bibir yang terus tersenyum, Briana keluar dari dalam kamarnya untuk segera makan siang bersama Reyhan dan Larissa yang sudah menunggu di meja makan.
"Kayaknya orang-orang yang melamar menjadi sopirku sudah datang," ucap Briana setibanya di meja makan.
"Baru tiga orang yang datang," ucap Reyhan.
"Memangnya ada berapa orang yang melamar menjadi sopirku?" tanya Briana.
"Belum tahu, Bri, seleksinya juga masih jam dua siang," jawab Reyhan dengan pandangan tak lepas memperhatikan Briana yang terus tersenyum dihadapannya.
Briana menganggukkan kepala.
"Bi, buatkan minuman untuk orang-orang yang mau ikut seleksi," titah Briana pada pelayan disana.
"Baik Non," ucap pelayan disana.
Reyhan mengernyitkan keningnya merasa heran dengan perubahan sikap Briana yang kini sangat antusias pada calon supirnya.
Reyhan tentu saja bisa menebak apa yang ada di dalam pikiran putrinya itu. Briana pasti sedang merencanakan sesuatu, pikir Reyhan.
"Kamu sedang tidak merencanakan apa-apa kan, Bri?" tanya Reyhan.
Briana mendelikkan matanya mendengar pertanyaan Reyhan barusan. Wanita itu juga meletakkan kembali sendok ditangannya lalu menatap pada pria paruh baya itu.
Dengan perasaan gugup takut ketahuan Briana segera membuka suara.
"Memangnya aku merencanakan apa?" tanya Briana balik.
Sebisa mungkin Briana menutupi rasa gugupnya bertatapan dengan Reyhan.
"Barangkali kamu akan menggagalkan seleksi pemilihan calon supir untukmu," jawab Reyhan yang tentunya membuat wajah Briana berubah pias bahkan senyum di wajahnya perlahan hilang.
'Mampus kamu Bri, Daddy mu itu tidak bisa dibohongi,' batinnya.
Briana memaksakan bibirnya kembali tersenyum agar pria paruh baya itu tidak lagi mencurigainya.
"Tidak kok Dad. Aku tidak merencanakan apa-apa," ucapnya kemudian.
Reyhan menatap putrinya dengan lekat. Ia tahu sekali billa Briana sedang merencanakan sesuatu.
"Kamu tahu kan, Daddy ini tidak bisa dibohongi?" tanya Reyhan.
Briana menganggukkan kepalanya.
"Kalau kamu sedang merencanakan sesuatu, Daddy sarankan agar kamu tidak melakukannya, karena sudah pasti rencanamu akan gagal," ucap Reyhan.
Briana menundukkan kepalanya merasa tertangkap basah oleh Reyhan dihadapannya.
Tangan kiri wanita itu ia gunakan untuk meremat saku celan miliknya. Didalam saku itu Briana sudah menyiapkan beberapa sachet obat pencuci perut untuk ia campurkan kedalam minuman yang akan disuguhkan pada calon supirnya.
Bila seperti ini Briana bingung hendak melanjutkan rencananya atau tidak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
Filling seorang ayah tepat skl putrinya merencanakan sesuatu ketauan raut wajah briana gak dibohongi ayahnya....
2023-12-06
1
🌺awan's wife🌺
wahhh,,,belum beraksi sudah ketahuan ya Briana😂😂
2023-12-04
0