William selesai mencuci semua mangkuk, sendok, serta gelas bertepatan dengan warung mie ayam yang ditutup pemiliknya.
"Sudah tutup Pak?" tanya William.
"Sudah Mas, bakso dan mie ayamnya juga sudah habis," jawab pedagang mie ayam itu.
"Oh iya, nama Mas siapa sih biar saya enak manggilnya?" tanyanya kemudian.
"Nama saya Liam, Pak." William mengulurkan tangannya.
Meski William menyembunyikan identitasnya tapi ia tetap menyebutkan penggalan nama dirinya yang orang lain tidak tahu.
"Saya Adam, Mas." Adam menyambut uluran tangan William.
"Panggil saya Liam saja Pak, jangan pakai 'Mas'," pinta William.
"Tentu, Mas. Saya panggil Liam saja kalau begitu," ucap Adam.
"Itu lebih enak didengar." William tersenyum kecil.
"Besok masih mau bekerja di sini, kan?" tanya Adam.
"Mau Pak kalau tenaga saya masih dibutuhkan," jawab William.
"Kalau begitu besok datangnya lebih awal ya, soalnya jam 12.00 siang warung saya sudah buka," ucap Adam.
"Baik Pak," ucap William.
Adam memberi uang tiga puluh ribu pada William untuk upah mencuci mangkok, sendok dan gelas hari ini.
Dengan senang hati William menerima uang pemberian Adam, ia akan mengumpulkan uang tersebut untuk membayar kost serta makan dirinya sehari-hari.
Sedangkan uang yang ia bawa dari rumah sudah untuk membeli baju dan membayar uang muka sewa kost.
William kemudian pamit pada Adam untuk pulang kerumah kostnya yang letaknya cukup jauh dari warung mie ayam tersebut.
Sembari berjalan pulang, William terus menyunggingkan bibirnya merasa bahagia dengan kehidupannya sekarang ini.
Tiba di perempatan jalan William melihat lampu merah menyala membuat dirinya segera menyeberang melalui zebra cross dijalan itu.
Cekitt!
Hampir saja tubuh William tertabrak oleh mobil yang sedang melaju disaat lampu merah sudah menyala.
"Bisa bawa mobil nggak sih? Lihat tuh lampu merah sudah nyala masih aja nyerobot mau lewat," cerca William pada pengemudi mobil tersebut.
Pengemudi mobil itu membuka kaca jendela mobil, lalu mengeluarkan sedikit kepalanya dari dalam sana, pengemudi itu ternyata Briana.
"Kamu yang jalan nggak lihat-lihat, lampu masih hijau sudah nyebrang!" sewot Briana.
"Ck! Sudah salah, bukannya minta maaf, malah sewot lagi." William berdecih karena tidak terima dirinya dimarahi oleh Briana.
"Apa kamu bilang?" Briana menggertakkan giginya lalu membuka pintu mobil dan turun kejalan.
Brakk!
Briana membanting pintu mobil lalu menghampiri William yang ada di depan mobilnya.
William mengangkat sebelah alisnya saat melihat seorang wanita keluar dari dalam mobil tersebut.
Wanita itu memang cantik, sangat cantik malah. Tapi sayangnya wanita itu angkuh dan sombong, sama sekali tidak merasa bersalah karena sudah hampir menabrak dirinya.
Beruntungnya waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 malam sehingga tidak banyak kendaraan berlalu lalang, dan terganggu oleh kedua orang yang sedang ribut di jalan.
"Kamu ngatain aku apa tadi? Aku sewot? Jelas aja aku sewot, karena kamu jalan nggak lihat-lihat. Hampir aja aku masuk penjara gara-gara mau nabrak kamu," cerca Briana mengomeli William.
"Hehh! Di sini itu yang salah kamu. Kenapa jadi aku yang kamu omelin?" tanya William heran.
"Ya karena kamu jalan nggak lihat-lihat!" jawab Briana nyolot.
"Sudah lah, males aku berdebat. Sudah tahu kamu yang salah, masih aja aku yang diomelin." William melanjutkan langkah kakinya melewati zebra cross disana.
"Hei! Mau pergi ke mana kamu, urusan kita belum selesai!" teriak Briana melihat William yang berjalan menjauhinya.
"Awas ya kalau kita bertemu lagi!" ancam Briana menatap sangit pada William yang tidak mengheraninya.
Wanita itu masuk lagi kedalam mobilnya dengan bibir yang terus menggerutu pria yang menghambat perjalanannya.
Seharusnya sebelum jam 12.00 malam Briana sudah tiba di rumah, tapi kini wanita itu jadi pulang terlambat gara-gara hampir menabrak pria itu.
Briana tiba di rumah pukul setengah satu malam. Kedatangan Briana sudah disambut oleh kedua orang tuanya yang sejak tadi menunggu kepulangan dirinya dengan perasaan khawatir.
Briana menduduki salah satu sofa disana, menghadap kedua orang tuanya yang sudah menatap serius kearahnya.
Briana terus mengerutu didalam hati, memaki pria yang tadi hampir ia tabrak. Karena pria itu ia jadi pulang lewat tengah malam dan membuat dirinya dijaga kepulangannya oleh kedua orang tuanya.
Briana bisa menduga bila kedua orang tuanya itu akan menyikapi dirinya dengan tegas.
"Daddy, Mommy, kalian belum tidur?" tanya Briana.
"Bagaimana Mommy bisa tidur kalau kamu belum pulang kerumah," jawab Larissa.
"Kamu pulang larut sekali Bri?" tanya Reyhan yang enggan menjawab pertanyaan Briana.
"Iya Dad, tadi pekerjaanku banyak," jawab Briana.
"Apa menjabat Direktur Utama membuatmu kerepotan?" tanya Reyhan.
Briana menggelengkan kepala.
"Tidak Dad," jawabnya kemudian.
"Lalu kenapa kamu selalu pulang larut malam?" tanya Reyhan.
"Itu karena aku tidak bisa mengatur waktu kerjaku." Briana menundukkan kepala.
"Kalau begitu Daddy kembalikan kamu ke jabatan sebelumnya, agar kamu tidak pulang larut malam seperti ini lagi," ucap Reyhan.
"Jangan Dad! Aku mohon jangan kembalikan aku ke jabatan sebelumnya, aku menyukai jabatan yang sekarang," mohon Briana.
"Kalau begitu kamu harus pulang tepat waktu. Jam 06.00 sore sudah di rumah," tegas Reyhan.
Briana menggelengkan kepala.
"Tidak bisa Dad. Aku tidak bisa pulang jam segitu karena pekerjaanku pasti belum selesai dijam itu," ucap Briana.
"Lalu kamu akan terus pulang larut malam dan membuat orang tuamu khawatir?" tanya Reyhan lagi.
"Akan aku usahakan pulang cepat Dad," jawab Briana.
"No! Daddy tidak mau seperti itu. Daddy akan mencarikan kamu supir sekaligus pengawal untukmu. Jadi ... kemanapun kamu pergi, kamu akan selalu didampinginya," ucap Reyhan.
"Tapi Dad-," perkataan Briana terpotong karena Reyhan lebih dulu bicara.
"Tidak ada tapi-tapian. Besok Daddy akan mencarikan seseorang untuk menjadi sopirmu, supaya Daddy dan Mommy bisa tenang saat kamu pulang larut malam," ucap Reyhan.
"Baiklah," pasrah Briana tapi di dalam hatinya mengutuk pria tadi. Karena pria itu dirinya jadi tidak bebas pergi-pergian harus menggunakan sopir.
"Segeralah kamu makan malam dan istirahat," titah Reyhan.
"Baik Dad," ucap Briana dengan patuh.
Wanita itu segera bangkit dari duduknya, lalu bergegas menuju kamar.
Brukk!
Briana melempar tas yang ia pegang.
Dengan tangan kiri di pinggang dan jari telunjuk tangan kanan Ia gigit, wanita itu terus mondar-mandir memikirkan bagaimana caranya agar ia tidak jadi disupiri.
Arrgghh!
Teriaknya kesal karena kepalanya tidak bisa berfikir.
"Ini semua gara-gara pria itu," geram Briana.
Briana yakin bila dirinya pulang masih di bawah jam 12.00 malam pasti kedua orang tuanya tidak akan bertindak tegas seperti tadi.
Briana berjanji bila ia bertemu lagi dengan pria itu, maka ia akan mencakar wajah tampannya.
Bersambung...
*
*
Jangan lupa tinggalkan jejak, vote, like dan komentarnya ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
wkwkwk🤣🤣🤣william akan dicakar sm briana klo bertemu nanti...
2023-12-06
1