William sudah mendapatkan apa yang ingin Briana makan. Kini pria itu sudah kembali kekantor dan sedang menuju ruangan Briana.
"Mas Liam sudah datang?" tanya Linda saat melihat William melewati mejanya.
"Iya Bu Linda," jawab William singkat.
Tiba di ruangan Briana, William langsung menghidangkan makanan yang dipesan oleh wanita itu.
"Ini Non, silahkan dimakan," ucapnya kemudian.
"Heem," sahut Briana hanya berdehem.
Briana mengambil makanan yang dihidangkan oleh William, kemudian memakannya.
William kembali duduk di sofa tempatnya tadi tertidur, kemudian membuka nasi kotak yang juga ia beli.
Briana melihat pada makanan yang sedang Willam makan. Ternyata pria itu sedang makan ayam goreng dan lalapan.
Aroma ayam goreng serta sambal terasi yang sedang William makan membuatnya menginginkan makanan itu.
Briana mengalihkan pandangannya melihat pada steik lada hitam yang ada di hadapannya. Rasanya ia jadi tidak berselera pada makanannya itu.
William sendiri tidak sadar bila Briana menginginkan makanannya, sehingga Ia terus menyantap ayam goreng lalapan itu hingga habis tak tersisa.
Ting.
Briana membanting sendok yang sedang ia pegang karena kesal pada William yang tidak menawarinya.
"Hehh sopir," panggil Briana.
"Iya Nona," sahut William kemudian bangkit dari duduknya.
"Kamu beli stik lada hitam ini di mana? Kenapa rasanya tidak enak?" tanya Briana.
"Di restoran yang tadi malam Nona datangi," jawab William.
"Ini rasanya tidak enak, aku tidak mau memakannya," ucap Briana.
"Masa sih tidak enak?" tanya William tak percaya.
"Iya tidak enak. Cepat kamu singkirkan makanan ini dari hadapan saya," titah Briana.
"Baik Nona," ucap William kemudian membereskan makanan dimeja Briana.
Sebenarnya Briana ingin menyuruh William untuk membelikannya ayam goreng lalapan, tapi ia gengsi mengatakan pada William karena sudah pasti makanan itu dibeli dipinggir jalan.
Pada akhirnya ia hanya memerintahkan pria itu untuk membereskan makanannya.
*
*
Sikap Briana pada William terus seperti itu hingga tidak terasa William sudah satu bulan menjadi sopir dirinya. Selama satu bulan itu juga Briana masih tidak bisa menghargai William.
"Ini gaji kamu." Briana memberikan amplop coklat pada William.
"Terima kasih Nona." William menerima amplop tersebut.
"Sekarang kamu keluar, tunggu saya di luar saja," titah Briana.
"Tapi Nona, ini sudah jam 10.00 malam. Apa tidak sebaiknya Nona pulang?" tanya William.
"Nanti saja pulangnya, pekerjaan saya belum selesai," ucap Briana.
William melihat laporan di meja Briana yang memang masih menumpuk belum selesai dikerjakan oleh wanita itu.
Padahal bagi William, mengerjakan semua laporan itu hanya butuh waktu kurang dari 2 jam saja.
"Apa saya boleh membantu anda?" tanya William.
"Kamu, mau bantu saya? Hahaha, yang benar saja. Kamu tidak akan bisa membantu saya. Kamu bahkan tidak mengerti laporan apa yang sedang saya kerjakan ini," ucap Briana merendahkan William.
"Baiklah bila anda tidak mau saya bantu," ucap William kemudian membalikkan tubuhnya keluar dari ruangan tersebut.
William menunggu Briana duduk dikursi samping pintu ruangan itu, lalu membuka amplop yang tadi Briana berikan padanya.
Gaji pertama untuknya selama menjadi sopir Briana.
"Banyak juga," gumamnya setelah menghitung jumlah uang yang ada didalam amplop tersebut.
William menutup kembali amplop itu kemudian memasukkan kedalam saku celananya.
"Memang sih gajinya banyak, tapi harus punya kesabaran ekstra menghadapi keangkuhannya," gumamnya lagi.
Karena merasa bosan duduk seorang diri di sana, William memilih bangkit dari duduknya untuk berjalan-jalan di sekitar sana.
Tempat pukul 12.00 malam, Briana menyudahi kegiatannya kemudian keluar dari ruangannya dan memanggil William yang sedang berdiri di tepi jendela.
"Mau pulang sekarang Nona?" tanya William menghambiri Briana yang tadi memanggilnya
"Heem," jawab Briana seperti biasanya.
"Kalau begitu mari pulang Nona," ucap William.
Briana tak menyahuti, tapi wanita itu berjalan lebih dulu di depan William.
Tidak ada satu orang pun di kantor itu selain hanya ada William dan Briana, serta para satpam yang berjaga di pos scurity.
Begitu masuk ke dalam mobil, Briana langsung menyandarkan tubuhnya disandaran kursi mobil lalu meminta William untuk melajukan mobilnya dengan tenang.
"Nona kalau ngantuk tidur saja, nanti saya bangunin kalau sudah sampai rumah," ucap William.
"Heem," sahut Briana hanya berdehem, lalu memejamkan matanya.
William mengemudikan mobil itu dengan tenang membuat Briana yang memejamkan matanya benar-benar bisa terlelap.
William melirik spion diatas kepalanya.
"Sudah tidur," gumamnya melihat Briana yang sudah terlelap.
William mengecilkan suhu AC karena melihat Briana yang kedinginan. Briana hanya mengenakkan rok span diatas lutut serta kemeja yang dilipat lengannya. Dua kancing bagian depan kemeja juga terbuka membuat wanita itu benar-benar kedinginan.
Briana yang sudah terlelap pulas tidak sadar bila rok span yang ia kenakan itu tersingkap, sehingga William menghentikan mobil itu ditepi jalan.
William membuka baju seragam sopir yang ia kenakan untuk menutupi bagian paha Briana yang terbuka.
"Beginikan aman, mataku tidak sakit melihatnya," gumamnya.
William kembali mengemudikan mobil Briana kejalanan hanya mengenakan kaos dalam dibagian atas tubuhnya.
Tidak lama kemudian, mobil yang sedang dikemudikan William berhenti tiba-tiba membuat pria itu segera menepikan lagi mobil tersebut.
"Kenapa ni mobil?" tanya William bergumam sendiri.
William keluar dari mobil, lalu mengecek mesin mobil dibagian depan. Rupanya benar-benar ada masalah dibagian mesin mobil itu.
William bisa saja memperbaikinya tapi sayangnya tidak ada alat untuk perbaikinya sehingga pria itu memilih masuk kembali ke dalam mobil.
"Eughh, panas." Briana yang masih terlelap meregangkan tangannya karena kepanasan di dalam mobil ac-nya mati.
William segera menoleh kebelakang melihat Briana yang justru membuka kancing kemejanya sendiri sembari mata yang masih terpejam.
"Jangan dibuka Nona," cegah William tapi Briana tak mendengarkannya.
Wanita itu terus membuka kancing kemejanya hingga semuanya terbuka.
William buru-buru mengalihkan pandangannya agar tidak melihat lagi apa yang Briana lakukan dikursi belakangnya.
Didalam mobil, William tidak kalah kepanasan ia bahkan berkeringat. Selain karena didalam mobil itu AC-nya mati ia juga harus menjaga pandangannya agar tidak melihat kearah belakang.
Arrgghhh!
Tiba-tiba William mendengar suara teriakan Briana dari belakang membuat ia mau tidak mau menoleh ke belakang.
"Kamu apakan saya?" tanya Briana yang sudah bangun dari tidurnya.
Briana terkejut sekali saat terbangun, semua kancing kemeja yang ia kenakan sudah terlepas dan bahkan memperlihatkan pakaian dalamnya.
"Tidak ada Nona. Saya tidak apa-apakan Nona Briana," jawab William jujur.
"Kenapa kancing baju saya terbuka semua, rok saya juga tersingkap, dan ini. Kenapa bajumu ada di paha saya." Briana melempar baju William kewajah pria itu.
Nafas Briana tersengal karena marah takut bila dirinya benar-benar sudah diapa-apakan William
"Baju in-," ucap William terpotong karena pintu mobil diketuk dari luar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
As Lamiah
waduh jangan jangan ada yg bikin wiliyam dan Briana terpojok nih 🤭
2023-09-18
1