"Boleh saya lihat pekerjaannya?" tanya William.
"Untuk apa?" tanya Linda balik.
"Barangkali saya bisa membantu Nona Briana untuk mengerjakannya," jawab William yang justru ditertawakan Linda.
"Kalau bercanda yang benar saja Mas. Mana mungkin Mas ini bisa mengerjakan pekerjaan Nona Briana," ucap Linda masih menertawakan William.
William diam saja memperhatikan Linda yang terus menertawainya. Dirinya yang seorang sopir tentu saja sangat tidak mungkin bisa mengerjakan pekerjaan Direktur Utama.
Tawa Linda cukup keras hingga bisa didengar oleh Briana yang ada di dalam ruangannya. Briana kemudian menghubungi Linda melalui sambungan telepon kantor.
"Iya Nona," jawab Linda yang langsung menghentikan tawanya.
"Bawa kemari laporan yang harus saya kerjakan," titah Briana.
"Baik Nona," ucap Linda.
Wanita itu bergegas menyiapkan laporan yang akan diserahkan pada Briana, lalu membawanya masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Apa yang kamu tertawakan di luar sana?" tanya Briana.
"Bukan apa-apa Nona," jawab Linda kemudian meletakan semua berkas yang ada ditangannya ke meja Briana.
Briana langsung membuka berkas yang diberikan Linda padanya, setelah cukup mengerti dengan isi laporan tersebut wanita itu segera menutupnya kembali dan menatap Linda yang masih berdiri di hadapannya.
"Apa laporan ini sudah ditunggu Pak Agung?" tanya Briana.
"Betul Nona, laporan ini sudah ditunggu Pak Agung dari jam 8 pagi," jawab Linda.
Hufftt.
Briana menghela nafas.
"Baiklah saya akan mengerjakannya setelah mengelesaikan laporan kemarin," ucapnya kemudian.
"Iya Nona, kalau begitu saya permisi keluar," ucap Linda.
Briana menganggukkan kepala, mempersilahkan Linda untuk keluar dari ruang kerjanya.
Briana kemudian mulai menggeluti tumpukan berkas dimejanya. Berkas itu ialah laporan dari masing-masing manager di perusahaan Darwin Properties.
Sesekali Briana juga memijit kepala yang terasa pening karena memikirkan pekerjaannya.
Tidak lama kemudian William mengetuk pintu ruangan tersebut dengan membawa nampan berisi dua cangkir kopi diatasnya.
"Silakan Nona diminum kopinya." William meletakkan salah satu cangkir berisi kopi kehadapan Briana.
Briana melirik sekilas pada William, kemudian kembali fokus pada berkas yang ada di hadapannya.
"Boleh saya duduk di sana?" tanya William menunjuk pada sofa yang ada di ruangan itu.
Briana tidak menyahutinya, wanita itu masih tetap fokus pada pekerjaannya.
William mengedikkan bahunya, kemudian berjalan ke arah sofa lalu menduduki sofa tersebut.
William akan menunggu Briana duduk disana sembari menikmati kopi yang tadi ia buat sendiri.
Kurang 15 menit pukul sepuluh pagi, Briana didatangi oleh Linda yang mengingatkan bila ia harus segera menghadiri meeting.
Mau tidak mau Briana bangkit dari duduknya, meninggalkan laporan dimejanya dan pergi untuk mengikuti meeting bersama jajaran manager Darwin Properties.
Briana melirik sekilas saat melewati William yang sedang duduk di sofa ruang kerjanya.
William ikut bangkit dari duduknya berniat hendak mengawal Briana yang akan melaksanakan meeting.
"Mau apa kamu?" tanya Briana yang melihat William bangkit dari duduknya.
"Saya mau mengawal anda Nona," jawab William.
"Sudah saya katakan saya tidak butuh pengawal. Kamu tunggu saja di sini," titahnya.
"Baik Nona," ucap William patuh.
Briana melanjutkan langkah kakinya keluar dari ruangan tersebut meninggalkan William yang masih menatap kepergiannya.
Setelah pintu ruangan itu tertutup, William menghampiri meja kerja Briana. Bibirnya tersungging sinis saat melihat laporan dimeja kerja tersebut.
"Ck! Laporan seperti ini saja lama sekali ngerjakannya," gumam Willam.
William bahkan menggelengkan kepala, mengingat sikap sombong dan angkuh Briana tidak sebanding dengan skill yang wanita itu miliki.
Willam kemudian menduduki kursi kerja milik Briana dan mulai mengenggeluti pekerjaan Direktur Utama disana.
Dirinya yang seorang CEO di perusahaan Will Transport tentu saja tidak akan kesulitan mengerjakan semua berkas yang ada di meja tersebut.
Hanya butuh waktu satu jam setengah, William sudah menyelesaikan pekerjaan yang biasa Briana kerjakan hingga larut malam.
"Makanya jadi wanita itu jangan angkuh," ucap William pada foto Briana yang ada diatas meja kerja itu.
William bangkit dari duduknya kemudian kembali kesofa dan merebahkan tubuhnya di sana. Tubuh yang semalam tidak cukup istirahat membuat William tidak terasa memejamkan mata dan terlelap disana.
*
*
Briana dan Linda keluar dari ruang meeting langsung mendatangi ruangan Briana. Keduanya sudah diminta menyerahkan laporan harian perusahaan pada Agung yang akan diserahkan pada Reyhan.
Tiba di ruangannya Briana melihat William yang sedang terlelap di atas sofa dengan sepatu bolong yang masih melekat di kaki pria itu.
Briana kesal sekali melihat William terlelap seperti itu, tapi ia tidak ada waktu untuk menegur William karena harus segera menyerahkan laporannya.
Alangkah terkejutnya Briana saat tiba di meja kerjanya ia melihat semua pekerjaannya sudah selesai dikerjakan.
"Siapa yang mengerjakan ini semua?" tanya Briana pada Linda yang juga melihatnya.
"Tidak tahu Nona, kan sejak tadi saya ikut meeting bersama Nona," jawab Linda.
Briana buru-buru mengoreksi semua laporan itu barang kali ada orang iseng yang sengaja mengerjakannya tapi dibuat salah.
"Laporannya betul semua. Ini, ini, ini dan ini betul semua," ucap Briana setelah memeriksa file dilapatopnya.
Briana dan Linda saling pandang.
"Siapa yang sudah mengerjakannya?" tanyanya bersamaan.
Pandangan mereka tertuju pada William yang sedang terlelap diatas sofa.
"Tidak mungkin sopir menyebalkan itu yang sudah mengerjakannya," ucap Biana kemudian.
"Tapi Nona, di ruangan ini dari tadi hanya ada dia," ucap Linda.
Briana menggelengkan kepalanya, ia sama sekali tidak percaya bila William yang sudah mengerjakan laporan dimejanya.
Briana segera menghampiri William yang masih terlelap, kemudian membangunkan pria itu menggunakan air mineral yang ia siramkan diwajah William.
"Aisshh," keluh William mengusap wajahnya.
William mendudukkan tubuhnya dan menatap Briana yang ada dihadapannya.
"Nona Briana kenapa siram saya?" tanya William.
"Saya menggajih kamu itu untuk bekerja bukan untuk tidur," jawab Briana ketus.
"Nona Briana kan dari tadi tidak mau saya kawal," ucap William apa adanya.
"Itu karena saya tidak butuh pengawal," sahut Briana.
"Lalu Nona Briana maunya saya seperti apa?" tanya William.
"Pergi sana! belikan saya makan siang." Briana melempar beberapa lembar uang seratus ribu kearah William.
William menggelengkan kepala kemudian mengambil uang yang berjatuhan kelantai.
"Nona mau saya belikan makan siang apa?" tanya William.
"Steik lada hitam," jawabnya.
"Baik Nona," ucap William kemudian keluar dari ruangan tersebut untuk mencarikan makanan yang ingin Briana makan.
Setelah kepergian William dari ruangannya, Briana memerintahkan Linda Untuk mengantarkan laporan yang sudah selesai dikerjakan William.
Briana tidak tahu saja bila semua laporan itu yang mengerjakannya ialah William, sopir miskin yang ia anggap menyebalkan.
Entah bagaiman jadinya bila Briana mengetahui jati diri William yang selama ini disembunyikan pria itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sri Siyamsih
ada y seorang ceo tp nggk ad etika spt itu, percuma pendidikn tinggi, kaya lg. sungguh d sayangkn, kasihan ortunya pdhal org baik, terllu sombong dn angkuh
2025-01-25
1
Ririn Nursisminingsih
jg sombong bri yg kmu hina itu ceo...hargailah orang lain
2024-12-26
0
Sulaiman Efendy
MUNTAH DARAH SI BRIANA KLO TAU SIAPA WILL SBENARNYA
2023-11-13
1