"Liam, kemari Nak." Larissa melambaikan tangan pada William yang masih saja berdiri di depan pintu kamar Briana.
William tidak langsung menjawab. Ia terlebih dahulu melihat pada Briana yang masih menatap nyalang kearahnya.
"Kemari Liam," titah Larissa lagi.
"Iya Bu," ucap William menurut.
Mau tidak mau William masuk ke dalam kamar Briana, mengabaikan tatapan wanita itu untuk segera menghampiri Larissa yang memanggil dirinya.
"Semua pakaian milikmu sudah diletakkan di sebelah sini ya." Larissa menunjuk lemari disebelah kanan.
"Iya Bu, terima kasih," ucap William.
"Tidak usah berterima kasih, ini sudah kewajiban saya untuk memastikan menantu saya tinggal nyaman di rumah ini. Dan, mulai sekarang kamu jangan panggil saya Ibu lagi ya, panggil saya Mommy. Kamu panggil suami saya juga Daddy biar sama seperti Briana memanggil kami seperti itu," titah Larissa kemudian melirik pada Briana yang masih memasang wajah kesalnya.
Larissa tahu sekali bila Briana sedang kesal karena William akan tidur di kamar itu. Larissa mengabaikan kekesalan Briana, ia akan melakukan apa yang menurutnya baik untuk hubungan Briana dan William kedepannya.
"Saya tidak enak Bu memanggil seperti itu, rasanya kurang sopan." William menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Jangan pernah merasa seperti itu, Liam. Disaat kamu mengucapkan ijab qobul atas Briana, saat itu juga kamu sudah menjadi menantu saya," ucap Larissa.
"Tapi bagaimana dengan pekerjaan saya Bu?" tanya William.
"Nanti kita akan bicarakan lagi bersama suami saya," jawab Larissa.
"Baik Bu," ucap William.
"Hayo tadi saya bilang apa? Jangan panggil saya ibu lagi, panggil saya Mommy," titah Larissa.
"Iya Mommy," ucap William.
"Ya sudah kalau begitu Mommy tinggal ya. Kalian yang akur didalam kamar," ucap Larissa memberi pesan pada Briana dan juga William.
"Iya Mom," jawab William tapi tidak dengan Briana.
Briana sama sekali tidak menyahuti ucapan Larissa. Ia memilih memalingkan wajah saat Larissa melewatinya hendak keluar dari kamar itu.
Larissa keluar dari kamar Briana bersama dengan pelayan yang tadi ia perintahkan untuk membereskan pakaian William.
Setelah kepergian Larissa dan juga pelayan dari kamar Briana, William segera membuka pintu lemari sebelah kanan di mana pakaiannya ada didalam sana.
"Enak ya sekarang kamu jadi menantu di rumah ini," sindir Briana.
"Apa yang anda maksud enak, Nona?" tanya William tak mengerti.
"Ya enak lah, kamu kan hanya sopir miskin tapi jadi menantu dirumah ini karena menikahi saya. Disini saya yang dirugikan karena harus dinikahi sopir sendiri," ucap Briana.
William menghela nafas kasar, kemudian membalikkan tubuhnya agar bisa menatap Briana.
"Anda tahu sendiri kan, pernikahan kita ini terjadi karena salah paham. Saya juga tidak menginginkan pernikahan ini tapi saya harus menikahi anda agar kita tidak diarak oleh warga disana," ucap William kemudian mengambil baju dan juga celana berniat mengganti pakaian pengantin yang masih ia kenakan.
William segera masuk ke dalam kamar mandi mengabaikan Briana yang masih tidak menyukai keberadaannya.
Didalam kamar mandi William bukan hanya mengganti pakaian saja melainkan Ia juga mengguyur tubuhnya di bawah guyuran air shower.
"Dasar wanita tidak tahu terima kasih," ucap William mengingat apa yang tadi Briana katakan.
Menghadapi wanita angkuh seperti Briana benar-benar membuatnya sakit kepala.
William menepuk-nepuk kepalanya agar rasa sakit di kepalanya segera menghilang.
Setelah selesai dengan mandi dan berganti pakaian, William segera keluar dari kamar mandi.
"Ke mana dia?" tanya William pada dirinya sendiri.
Pria itu mengedarkan pandangannya kepenjuru kamar, tapi tidak menemukan keberadaan Briana di kamar itu.
Setelah berdebat dengan William dan ia ditinggal masuk ke dalam kamar mandi, Briana segera keluar dari kamarnya untuk menghampiri Larissa dan melayangkan protes pada wanita paruh baya itu.
"Aku tidak mau satu kamar dengan Liam, Mommy," protes Briana.
"Tidak bisa Bri, kalian itu sudah suami istri dan kalian memang seharusnya tidur di kamar yang sama," ucap Larissa menolak protes Briana.
"Tapi dia itu sopir aku Mom, dia juga miskin dan menyebalkan," ucap Briana.
"Memangnya ada yang salah dengan semua itu?" tanya Larissa menatap serius pada Briana.
"Ya jelas salah Mom, aku tidak seharusnya dinikahi sopir sendiri," ucap Briana.
"Salah siapa kalian berbuat mesum didalam mobil sampai digerebek warga dan dinikahkan seperti itu," ucap Larissa.
"Itu kami ti-."
"Sudahlah Bri, terima saja kalau sekarang kamu dan Liam sudah menikah. Lagi pula Liam itu tampan, gagah, jago nyopir dan juga jago bela diri," ucap Larissa.
Briana memberengut. Protesnya tidak diterima oleh Larissa tapi ia justru mendengar Mommynya memuji pria itu
"Ooh rupanya ada disini," gumam William saat melihat Briana tengah duduk di ruang keluarga bersama dengan Larissa.
William baru saja tiba dilantai satu sehabis mandi dan berganti pakaian menggunakan pakaian rumahan khas dirinya yang sekarang.
"Liam, kamu jangan ke mana-mana ya, sebentar lagi kita akan makan siang," ucap Larissa saat melihat William berada diujung tangga.
"Iya Mom, saya hanya mau ke teras belakang," ucap William.
"Ooh, ya sudah pergilah. Nanti Briana akan memanggilmu bila makan siang sudah siap," ucap Larissa.
"Iya Mom," sahut William kemudian pergi dari sana untuk menuju teras belakang rumah dimana tidak ada satu orang pun disana.
Tiba disana William hanya berdiri dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana dan pandangan lurus kedepan.
Dari jarak itu Ia bisa melihat beberapa tukang kebun sedang membersihkan taman dengan beberapa alat kebun yang mereka gunakan.
"Penampilanku memang seperti para pekerja itu, terlihat miskin dan tidak punya apa-apa. Kamu hanya melihatku dari luar, Bri, tanpa tahu siapa aku sebenarnya," gumam William.
Briana terlalu sering merendahkan dirinya, bahkan memperlakukan sesuka hati wanita itu. William tidak mempermasalahkan semua itu karena ia menganggap itu konsekuensi dirinya yang menyembunyikan identitasnya.
William tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Briana saat mengetahui bila dirinya ialah pengusaha kaya, bahkan lebih kaya dari kedua orang tua Briana.
"Hehh! Ngapain bengong?" tanya Briana yang diminta Larissa memanggil William untuk makan siang.
"Tidak apa-apa Nona. Saya hanya memikirkan bagaimana hubungan kita ke depannya," jawab William.
"Tidak usah kamu pikirkan karena sudah jelas saya tidak ingin menjadi istri sopir miskin sepertimu," ucap Briana.
"Bagaimana kalau saya bukan orang miskin?" tanya William.
"Bukan orang miskin? Hahaha." Briana menertawakan William yang bertanya demikian.
"Kenapa anda tertawa, memang ada yang lucu?" tanya William.
"Kamu yang lucu, Liam. Sudah jelas kamu itu orang miskin. Kalau miskin ya tetap saja miskin, tidak usah kamu bertanya seperti itu. Menghayalmu terlalu tinggi," ucap Briana tepat diwajah William.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sri Siyamsih
jika kmu tau bri siapa ayahmu sesungguhnya dulu kt" kamu akan berfikir swribu kl bilang miskin pd Liam yg notabene jls" keturunan orkay
2025-01-25
1
Sulaiman Efendy
OPA LO, NENEK LO, DADDY LO GK PERNAH AJARKN TURUNAN UNTUK TDK MNGHARGAI ORG LAIN, LO HRS TAU KLO DADDY LO JUGA BKN ORG KAYA,, DLU DADDY LO HNY STAFF MARKETING, KRN KINERJA DADDY LO BAGUS UNTUK PRUSAHAAN, MAKA OPA LO JODOHKN DADDY LO SAMA MOMMY LARISSA.
2023-11-13
1
As Lamiah
terlalu sombong kamu Bri jangan sampai menyesal nantinya ya kalo sampai Lim beneran memperkenalkan diri apalagi di acara yg bergengsi yg mungkin bikin Briana Ter peranga dan menganga mulutnya
2023-09-21
2