Richie terus mendekat, dan semakin mendekat, hingga punggung Reina menempel di dinding kaca.
Tak ada sepatah kata yang keluar dari mulut mereka, yang ada hanyalah sepasang mata yang saling berpandangan satu sama lain, serta suara hembusan napas yang saling menyambut.
Reina semakin terpaku, ia tak bisa berbuat banyak, dirinya terbawa suasana yang begitu mendebarkan ketika Richie berusaha mendekatkan tepi bibirnya dengan bibir mungil milik Reina.
Tiba-tiba, suara getaran ponsel membuyarkan aktifitas mereka. Richie segera merogoh ponsel di dalam saku celananya. Dengan ini, Reina bisa terlepas dari rasa tegang yang sempat menyelimutinya, gadis itu kini bisa bernapas lega.
Ia di buat salah tingkah, Reina membalikan tubuhnya yang masih di kuasai perasaan gugup sejadi jadinya, sedangkan Richie saat itu tengah berbicara dengan Ibunya di telpon.
"Richi...antarkan Mama ke Gereja sekarang!" perintah sang Ibu dari sebrang telpon, dan Richie tak bisa menolaknya meskipun ia sedikit enggan.
"Iya Ma," balasnya, tak ingin terlalu lama berbicara, Richie langsung mematikan obrolan sepihak dengan sang Ibu, kemudian menyimpan kembali benda pipih itu ke dalam saku celana.
Kini ia tampak menekuk wajah, sambil menggerutu,"kenapa tidak minta antar Chandra saja sih!"
Richie menoleh kearah Reina berdiri saat ini.
"Maaf, saya tinggal dulu, kau tetap disini ya," pesannya kepada gadis cantik itu.
"Kalau kau butuh sesuatu, kau tinggal ambil. Semuanya sudah tersedia dengan lengkap, dan...oya, ada yang belum saya tunjukan kepadamu." Richie melambaikan tangannya, ia kembali menuntun Reina masuk ke dalam sebuah ruangan di dalam kamar yang di peruntukan khusus untuk Reina.
Dengan cepat, Richie membuka handle pintu itu, ia memperlihatkan beberapa baju-baju mewah, sepatu, aksesoris, dan lain sebagainya, semua itu adalah hasil rancangan pabriknya, yang bernilai sangat mahal dan eksklusif.
"Wah..." Reina menatap kekaguman barang-barang di walk in closet saat itu, ia masuk sambil melihat-lihat semua model pakaian yang begitu cantik dan berkelas. Di sudut lainnya, Richie memperlihatkan produk-produk skincare yang sudah ia persiapkan untuk Reina juga, semuanya lengkap dan tentu saja berharga sangat mahal, dan memiliki kualitas terbaik.
"Itu semua untukmu Reina," kata Richie, Reina langsung membulatkan kedua matanya dengan sempurna.
"Benarkah? saya boleh menggunakan semua yang ada disini?" tanya Reina kembali untuk memastikan, dan Richie mengangguk cepat.
"Ya, tentu saja, kau boleh menggunakan semua fasilitas yang ada disini, tetapi kau tak bisa membawanya pulang apa lagi sampai menjualnya, ingat itu! Dan kau jangan berani macam-macam, karena saya tahu riwayatmu, dan satu hal lagi, ruangan ini seluruhnya di pasang CCTV!" Richie memperingatkannya, dan Reina mengangguk paham.
"Tapi, Bapak tak pasang CCTV di kamar mandi, kan?" tanya Reina dengan polosnya, membuat Richie tertawa kecil.
"Astaga!" Richie tertawa sambil menepuk keningnya sendiri.
"Untuk apa juga saya pasang di kamar mandi, pikiranmu ini terkadang tidak jalan ya," cibirnya, dan Reina tersenyum sambil menunduk.
"Ya kan saya hanya bertanya Pak," ucapnya, Richie menggeleng tak habis pikir dengan pertanyaan polos Reina kala itu.
"Tentu saja tidak lah, lagian untuk apa juga." Karena gemas, Richie mengelus pucuk rambut Reina, membuat gadis itu semakin salah tingkah.
"Saya pergi dulu ya Reina, selamat bersenang-senang," ujar Richie, Reina mengangguk.
"Iya Pak, terimakasih atas fasilitas yang Bapak berikan untuk saya," ucapnya lagi.
"Ya." Richie segera berlalu dari hadapannya, karena ia sudah di tunggu oleh sang Ibu untuk mengikuti acara kebaktian minggu di Gereja.
Kini Reina sendirian di dalam ruangan super mewah ini, ia merasa bingung.
"Haduh, ngapain ya?" Reina menyapu pandangannya kesegala arah, dan ia mencoba menulusuri satu demi satu, kemudian ia menemukan sebuah ruangan di lantai atas.
"Wah..." Reina kembali terpukau tatkala ia melihat sebuah ruang karaoke, kebetulan ia memiliki hobi menyanyi.
Ia masuk kedalam ruangan, kemudian menyalakan semua perangkat yang tersedia disana, semuanya serba praktis.
"Wah, canggih betul," gumam Reina ketika membaca tulisan yang merupakan sebuah instruksi di balik pintu, karena dengan sensor suara saja semuanya langsung menyala secara otomatis.
"Ini sih keren sekali," ucapnya dengan kagum, pada saat itu ia asyik berkaraoke seorang diri sampai-sampai ia lupa segalanya. lupa makan, lupa mandi, tetapi ia tak bisa melupakan keadaan sang Ayah.
Disaat ia tengah asyik, ia langsung terdiam, Reina teringat bahwa hari senin esok Ayahnya akan di rujuk ke rumah sakit.
Suasana ceria itu terhenti seketika, karena sudah 3 jam Reina berada di ruangan karaoke, kini ia memutuskan untuk mengakhiri aktifitasnya, karena perutnya sudah minta diisi, terlebih ia belum mandi.
"Mudah-mudahan Ayah baik-baik saja," kata Reina, karena khawatir ia langsung menghubungi sang Adik untuk memastikan keadaan orang tua mereka dirumah.
Seharian itu Reina melakukan kegiatan seorang diri di ruangan mewah milik sang Boss, mulai dari memasak makanan lezat, dan lain sebagainya.
"Andai semua ini milikku, mungkin Ayah, Ibu, dan Benny akan merasakan kebahagiaan," harap Reina sambil menitikan air matanya ketika membayangkan wajah-wajah mereka.
Meski Richie memfasilitasi Reina dengan barang-barang dan tempat mewah yang tak ternilai harganya, Reina tetap merasakan perih di hatinya tiap kali mengingat keluarganya, karena ia tak bisa bersikap egois, dirinya akan bahagia jika kedua orang tua dan adiknya juga bahagia.
Tak terasa malam pun tiba, Reina merasa harus mengistirahatkan tubuhnya.
Reina tak bisa memejamkan matanya ketika hendak tidur. Sedangkan Richie langsung menghubungi Reina, jikalau malam ini ia tak akan kembali ke unit apartemennya, sehingga Reina sendirian saat itu, tetapi tak masalah baginya, justru ia merasa was-was jika berada berdua bersama sang Boss.
"Aku musti tidur cepat, besok aku harus sekolah," batin Reina, hingga ia memaksakan kedua matanya untuk terpejam meski itu sulit.
***
Singkat cerita...
Reina bangun pukul 4 pagi, ia menyiapkan segala keperluan untuk sekolah, setelah itu bersih-bersih.
Pagi itu, Reina ingin tampil memukau, ia mengenakan beberapa skin care dan sedikit sentuhan make-up natural, dengan rambut yang tergerai.
Kemudian ia memilih sepatu yang akan ia pakai.
"Duh bingung, semuanya sangat bagus sekali." Reina menggaruk kepalanya yang tak gatal saat membandingkan beberapa pasang sepatu yang akan ia pakai untuk ke sekolah.
"Ah, yang ini saja deh, ini kan simple tapi kualitasnya oke punya," kata Reina, ia segera mengenakannya, tak lupa menyemprotkan parfum dengan aroma mewah nan elegan.
Kali ini tampilan Reina begitu classy dan memukau, ia sudah tak sabar untuk menujukan penampilan baru di hadapan kawan-kawannya.
Sebelum berangkat ke sekolah, ia membuat sarapan terlebih dahulu, Reina senang meminum teh, kali ini ia membuat lemon tea dengan roti panggang.
Beberapa menit setelah sarapan, ia langsung bergegas, karena sudah memesan taxi online untuk mengantarkannya ke sekolah.
Reina melangkah dengan semangat, ia terlihat begitu cantik dan menawan, menjadi pusat perhatian orang-orang yang melihatnya.
...
Singkat cerita, ia sudah sampai di gerbang sekolah setelah keluar dari dalam taxi.
Rambutnya yang tergerai di terpa angin lembut, setiap langkah tak luput jadi sorotan beberapa pasang mata yang memandangnya.
"Wow...dia tampak berbeda,"
"Reina, dia benar-benar cantik,"
"Sungguh luar biasa," ucap beberapa teman-teman prianya, begitu juga dengan teman perempuan yang mengakui kecantikan Reina pada hari itu.
"I..itu beneran Reina kan?"
"Iya, kok dia tampak berbeda ya,"
"Penampilannya sangat mewah," ucap teman-teman perempuan Reina, tak sedikit pula yang bergosip.
"Ish, masa orang miskin bisa bergaya seperti itu," cibir Fara dia memang tak senang kepada Reina.
"Iya, aneh kan, apa jangan-jangan dia seperti itu dari hasil ngejalang," Monita menambahkan sambil memperlihatkan hasil many pedy di kuku-kukunya yang lentik dan indah.
"Ya, bisa jadi tuh," ujar Fara, lalu ia menyebarkan gosip tak sedap itu kepada teman-teman lainnya, sehingga beberapa dari mereka percaya begitu saja.
"Jangan salah, dia pasti ngeja lang sama Om-Om kaya," tutur Fara sambil melempar seringai seakan merasa puas atas ucapannya itu.
"Wah, gak nyangka sih,"
"Iya, mungkin karena kepepet kali ya," ucap kawan lainnya membenarkan.
Tiba-tiba Reina berpapasan dengan Melvin, pemuda itu langsung menatap kagum penampilan Reina saat ini, ia semakin terpesona padanya.
"Reina, wah, kau...kau cantik sekali hari ini," pujinya sedikit terbata-bata, dan Reina langsung tersipu di hadapan pria pujaannya kini.
"Ah, kau ini bisa saja," balas Reina dengan senyum yang begitu indah dan mempesona di hadapan Melvin.
"Luar biasa," kata Melvin, ia tak bisa mengalihkan pandangannya, ia terus menatap wajahnya yang begitu manis.
"Kau jangan lihatin aku kaya gitu dong, malu tahu," pungkasnya, Melvin tersenyum.
"Habisnya kau sudah membuat jantungku berdebar sih," canda Melvin, dan keduanya tertawa.
Lalu Melvin menggenggam tangan Reina di hadapan orang-orang, mereka berjalan beriringan menuju ke kelas.
Jantung Reina semakin berdebar tak menentu ketika mendapat perhatian special dari Melvin, ia merasa bangga pada saat itu.
...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments