Mendebarkan

Richie menatap tajam kearah Reina, tatapan yang sangat buas, layaknya seekor burung elang yang menemukan mangsanya.

"Kau? apa aku tak salah lihat?!" Richie mendekat, dan semakin mendekat kearah gadis malang itu.

Reina diam terpaku, sekujur tubuhnya gemetar hebat saat menatap kedua sorot mata pria berparas oriental itu.

"Ma...Maafkan sa..saya." Reina terbata sambil menundukan pandangannya. Kini ia seperti raga tanpa jiwa, Reina benar-benar dibuat tak berdaya, ia tak menyangka jika takdir akan mempertemukannya kembali dengan Richie.

"Apa kau bilang? Maaf?" Richie meraih rahang Reina dengan kasar, kemudian menengadahkan wajahnya, hingga wajah gadis itu mendongak keatas.

"Dasar pencuri!" Richie masih merasa emosi padanya, dengan cepat Reina bersimpuh di hadapannya.

ia berlutut sambil terisak, ia tak peduli tindakan tersebut terkesan merendahkan dirinya, tetapi hanya itu yang bisa dilakukan untuk menebus kesalahannya kepada Richie.

"Ampuni saya Pak, saya mohon, ampuni saya. saya melakukan itu karena terpaksa." Reina terisak dengan suara yang memilukan, tetapi Richie tak tergugah sedikitpun untuk mengasihani Reina.

"Mana dompet saya yang kau curi!" Richie menengadahkan telapak tangannya, Reina masih sesegukan dengan air mata yang mengalir deras di kedua pipinya.

Tiba-tiba, seseorang mengetuk pintu dari luar.

"Permisi," seru Ato.

"Masuk!" sahut Richie, dengan cepat Richie menyuruh Reina bangkit dari berlututnya.

"Ada apa To?" tanya Richie, lalu Ato menyerahkan paket berlakban coklat dan berbentuk kotak persegi.

"Ini ada kiriman paket untuk Bapak," jawab Ato, Richie yang tak merasa memesan barang apapun langsung heran.

"Hah, paket apa ya?" tanya Richie kembali, dan Ato menggeleng.

"Saya tidak tahu Pak, mending langsung unboxing saja," saran Ato, dan Richie mengangguk.

Sementara, Reina masih berdiri mematung, membuat Ato heran saat melirik kearahnya.

"Maaf Pak, apakah Office Girl baru ini berbuat masalah kepada Bapak?" tanya Ato ia khawatir terhadap Reina karena wajahnya terlihat pucat, terlebih Reina sedang sakit.

"Tidak, saya sedang mengintrogasinya," jawab Richie dengan santai, dan Ato mengangguk.

"Oh..." ucapnya.

"Kalau begitu saya permisi." Ato berbalik, kemudian ia keluar dari ruangan Richie dengan menyimpan kekhawatiran yang begitu besar kepada Reina, lantas Ato langsung mengadukannya kepada Anisa.

Richie membuka kotak paket itu, di dapati dompetnya dan juga secarik surat yang di tulis oleh Reina sebagai permohonan maafnya, ia membaca dengan serius tulisan tangan Reina, sesekali menatap gadis itu yang masih berdiri dan gemetar.

Reina merasakan perasaan yang campur aduk, ia takut jika Richie sampai memperkarakan masalah tersebut ke ranah hukum.

"Saya sudah baca surat ini! ini kau yang tulis?" tanya Richie yang masih menyoroti wajahnya, dan Reina mengangguk pelan sambil tertunduk.

"Iya Pak, saya yang tulis, maafkan saya, saya benar-benar terdesak melakukan itu," ucapnya lirih dengan beribu penyesalan, tetapi Richie melayangkan seringai kearahnya.

"Cih! kalau saja dompet saya berisi uang, kau mana mungkin mengembalikannya kembali, ya kan?!" Richie mendekatkan wajahnya dengan wajah Reina, terasa aroma tubuhnya yang maskulin, serta hembusan napasnya.

"Tidak Pak, setelah saya pikir-pikir, perbuatan saya itu memang salah, saya mohon maafkan saya, jangan laporkan saya kepada Polisi, saya mohon, saya hanyalah orang miskin yang tak punya apa-apa," Reina terisak sejadi-jadinya, seketika Richie merasa iba.

"Tidak usah menangis!" bentaknya, Reina kembali mengusap air matanya lagi sampai pelipisnya hampir lecet karena terlalu kasar mengusap wajahnya sendiri.

Richie langsung menyodorkan kotak tisyu untuknya.

"Hapus air matamu!" titahnya, kemudian Reina mengambil satu lembar tisyu, lalu menyeka bulir bening itu.

Richie meraih dagunya lagi, kemudian menatap kedua mata Reina lekat-lekat.

"Siapa yang mengajarimu mencopet?!" bisiknya bertanya.

"Saya diajarkan teman saya," jawab Reina gemetar.

"Jauhi temanmu yang seperti itu!" kata Richie, lalu ia melepas cengkramannya, kemudian Reina mengangguk.

"I...iya," jawab Reina.

"Pak, apakah Anda masih bersedia mempekerjakan saya disini?" tanya Reina, ia sudah pasrah dengan apapun keputusan Richie jika memang ia di pecat secara tidak hormat.

"Ya, saya akan memberikanmu kesempatan, tetapi kau jangan sampai berbuat kesalahan lagi, apa lagi sampai berbuat tindakan tak terpuji, saya tidak akan segan-segan untuk memecatmu, dan menindak perbuatanmu yang merugikan itu!" ancam Richie, dan Reina begitu menyesali perbuatannya.

"Apa kau sudah sering melakukan itu?" tanya Richie seakan belum puas mengintrogasi Reina di ruangannya.

"Baru pertama kalinya Pak, karena saya benar-benar sangat terdesak, saya benar-benar sedang membutuhkan uang untuk makan, untuk bayar sekolah, dan untuk membayar angsuran hutang kedua orang tua saya kepada rentenir, makannya sekarang saya terpaksa kerja paruh waktu," papar Reina, dan Richie manggut-manggut.

"Cukup masuk akal juga alasannya, tetapi sepertinya dia jujur," batin Richie, ia menjadi tak tega kepada Reina, lantas ia berjalan menuju ke arah meja kebesarannya, lalu membuka laci, dan meraih beberapa lembar uang.

"Kau butuh ini kan? Ambilah!" Richie menyodorkan uang sebesar 5 juta untuk Reina, sontak gadis cantik itu langsung membelalakan kedua mata indahnya.

"Ti..tidak usah Pak, saya bekerja baru saja 2 hari dengan sekarang, saya belum pantas menerima gaji sebesar itu," tolak Reina secara halus meski dalam hatinya ia sangat berharap.

"Ini bukan gaji, tapi saya ikhlas memberikan ini untukmu, anggap saja ini penghargaan karena kau sudah jujur dan sudah mengembalikan dompet saya. Jadi, ambilah!" Richie terus menyodorkan lembaran uang merah itu kepada Reina, dan gadis itu menerimanya dengan kedua tangan yang gemetar.

"Terimakasih banyak Pak," Reina kembali terisak karena haru, lalu ia tersenyum setelahnya.

"Ya sama-sama, semoga uang itu bermanfaat untukmu, dan ingat! Kau jangan sampai berbuat sesuatu yang merugikan orang lain! Kau harus jadi orang yang jujur dan beradab! Lebih baik mati kelaparan dari pada makan dari uang haram!" Richie menasihati Reina dengan mulut yang pedas, tetapi membangun, membuat Reina tersadar, dan kembali bersemangat, karena rejeki sudah ada yang atur tinggal dirinya yang mau berusaha.

"Ya Pak, saya paham, sekali lagi maafkan kesalahan saya, dan terimakasih banyak," ucap Reina, Richie mengangguk sambil tersenyum, ia senang karena setidaknya sudah membantu beban Reina.

"Saya permisi Pak." Reina hendak keluar.

"Tunggu sebentar!" teriak Richie membuat Reina menghentikan langkah kaki, kemudian kembali menoleh kearahnya.

Richie dengan cepat meneguk gelas yang berisi air susu, dengan cepat gelas itu kosong, kemudian ia memberikannya kembali kepada Reina.

"Nih, bawa lagi!" titahnya, jemari lentik itu langsung meraih gelas kosong yang di berikan Richie.

"Ya Pak, saya permisi,"

"Ya, silahkan!" balas Richie, kemudian Richie duduk di kursi kebesarannya sambil membaca ulang surat yang di tulis oleh Reina sambil tersenyum.

"Kasihan juga gadis itu, tapi aku tak menyangka dia bisa bekerja disini," batin Richie, ia terbayang kedua mata indahnya yang polos.

"Ah, mikir apa sih aku ini!" Richie mencoba menepis bayang-bayang itu, ia kembali kepada prinsip hidupnya, bahwa ia tak akan mungkin jatuh cinta, apa lagi kepada Reina yang sudah membuat perkara dengannya.

Richi menyimpan surat itu ke dalam laci meja kerjanya, sepertinya ia akan mengabadikan tulisan itu.

Ia kembali meraih dompet, lalu membuka, ia melihat kartu identitas dan lain sebagainya masih lengkap berada disana.

***

Sementara itu di luar ruangan, Anisa mengintrogasi Reina dengan beberapa pertanyaan.

"Reina, tadi apa yang kau lakukan di dalam sana? kenapa lama sekali? Apa kau sudah berbuat kesalahan kepada Pak Richie?" cerca Anisa, dan Reina menggeleng.

"Ti...tidak Bu, tadi Pak Richie hanya tanya-tanya saja," jawab Reina gugup, kemudian Anisa melihat gulungan uang yang berada di saku seragam Reina.

"Itu uang apa?" Anisa benar-benar kaget, ia takut jika Reina mengambil uang tersebut.

"Emh..ini...ini Pak Richie yang kasih," jawab Reina terbata membuat Anisa merasa curiga, lantas ia langsung menuntun lengan Reina kemudian membawanya ke ruangan sang Boss.

Reina hanya diam saja, ia tak bisa berbuat banyak. Hingga menyita perhatian banyak orang, mereka saling bisik dan menyangka jika Reina sudah berbuat kesalahan.

Anisa mengetuk daun pintu itu, lantas Richie menyaut dari dalam sana.

"Masuk!" serunya, lalu Anisa membuka pintu itu.

Richie kaget ketika melihat Anisa membawa Reina kembali ke ruangannya.

"Anisa, ada apa?" tanya Richie, saat itu dirinya tengah melamun, hingga bayangan indah itu buyar seketika.

"Apa benar uang ini Bapak yang kasih untuk Reina?" tanya Anisa sambil memperlihatkan uang itu, dan Richie mengangguk, sementara Reina merasa tak tenang dengan situasi yang mendebarkan ini.

"Iya, saya memang memberinya untuk dia, karena tadi dia bilang sedang butuh uang untuk bayar sekolah, memangnya kenapa?" Richie balik bertanya, membuat Anisa menyesal sudah menuduh Reina yang bukan-bukan.

"Oh, begitu, saya pikir Reina mencurinya, maafkan saya Pak karena ketidak tahuan saya," Anisa merendahkan tubuhnya di hadapan Richie.

"Ya, tidak apa-apa, saya ikhlas kok," kata Richie sambil melayangkan senyum manis kearah Reina, dan gadis itu membalasnya dengan senyuman kaku.

"Reina, saya minta maaf ya, karena saya sudah mengira yang bukan-bukan," ucap Anisa dengan rasa penyesalan, dan Reina mengangguk.

"Tidak apa-apa Bu, tetapi tindakan Bu Nisa sudah benar," tutur Reina, sejak saat tadi Richie diam-diam memperhatikan gadis itu. Namun, ia berpura-pura membuang muka saat Anisa dan Reina menatapnya.

"Maaf ya Pak, karena saya sudah mengganggu," ucap Anisa sambil membungkukan tubuhnya.

"Ya Nisa," balas Richie, kemudian keduanya keluar dari ruangan tersebut dengan perasaan yang lega, karena Reina tak terbukti melakukan suatu kesalahan, itu semua terjadi hanya salah paham saja.

Semua orang di luar sudah tak sabar untuk mengetahui apa yang terjadi, mereka tampak membicarakan Reina.

"Ada apa Bu?" tanya Mariana yakni Sekertaris pribadi Richie saat hendak masuk keruangan atasannya.

"Tidak ada apa-apa Bu, tadi hanya salah paham," jawab Anisa.

"Dia ini mencuri ya?" celetuk Siska dengan pertanyaan sinisnya.

"Tidak kok Bu, Reina ini jujur, dia tidak mencuri," jawab Anisa berusaha membela Reina, sedang gadis itu masih tertunduk dengan wajah yang pucat pasi.

...

Bersambung...

Episodes
1 Awal Pertemuan
2 Cobaan Hidup Betubi-tubi
3 Hampir Bertemu Kembali
4 Nasib yang berbeda
5 Kasmaran
6 Mendebarkan
7 Mencoba Menepis Perasaan
8 Kasbon
9 Rela menukar harga diri demi uang
10 Mr. Right
11 Mengubah penampilan
12 Penyuka sesama?
13 Semakin dekat
14 Pikiran kotor.
15 Pelayan pribadi sang Boss
16 Penampilan baru di sekolah
17 Bully
18 First Kiss
19 Diantara 2 pilihan
20 Cemburu
21 Tergigit
22 Kejahilan Richie
23 Richie vs Melvin
24 Mendadak bodoh.
25 Terbongkarnya rahasia
26 Pilihan yang memberatkan
27 Bermain di hotel
28 Lamaran
29 Tertampar
30 Dijebak
31 Gara-gara soal Matematika
32 Cemburu yang tak mendasar
33 Melvin tak tahu diri
34 Dilema
35 Tipu daya Melvin
36 Hari Pernikahan
37 Adik kecil
38 Aku pria normal!
39 Unboxing
40 Unboxing 2
41 Kau Milikku
42 Lingerie seksi
43 Tragedi
44 Kritis
45 Apakah ini nyata?
46 Kehilangan
47 Pesona Dokter muda
48 Kabar bahagia
49 Perhatian Dokter Qiu
50 Skandal
51 Kamar mayat
52 Semakin terbawa perasaan
53 Malam romantis
54 Galau
55 Sadar dari koma
56 Kelahiran
57 Ikatan batin
58 Hilang ingatan
59 Frustasi
60 Gadis perampok masalalu
61 Jebakan Jackson
62 Malam panas
63 Pertanggung jawaban
64 Wanita misterius
65 Aku Akan Menyiksamu
66 Menyenangkanmu
67 Dejavu
68 Karma
69 Penggoda
70 Kecewa
71 Will You Marry Me?
72 Pengganggu
73 Sebuah Photo
74 Kelahiran Bayi Melvin
75 Semakin kasar
76 Pertengkaran di kantor
77 Tak Tergoda
78 Aku harus pergi
79 Reina pulanglah
80 Ular di tengah keluarga kecil
81 Ulang Tahun Ryan
82 Pingsan
83 Emosi
84 Amarah Elvina
85 Ujian Kehidupan
86 TAMAT
87 New Story: Gadis Nakal Milik CEO Tampan
88 New Story: Dendam Mafia Culun (Lin Chun Song)
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Awal Pertemuan
2
Cobaan Hidup Betubi-tubi
3
Hampir Bertemu Kembali
4
Nasib yang berbeda
5
Kasmaran
6
Mendebarkan
7
Mencoba Menepis Perasaan
8
Kasbon
9
Rela menukar harga diri demi uang
10
Mr. Right
11
Mengubah penampilan
12
Penyuka sesama?
13
Semakin dekat
14
Pikiran kotor.
15
Pelayan pribadi sang Boss
16
Penampilan baru di sekolah
17
Bully
18
First Kiss
19
Diantara 2 pilihan
20
Cemburu
21
Tergigit
22
Kejahilan Richie
23
Richie vs Melvin
24
Mendadak bodoh.
25
Terbongkarnya rahasia
26
Pilihan yang memberatkan
27
Bermain di hotel
28
Lamaran
29
Tertampar
30
Dijebak
31
Gara-gara soal Matematika
32
Cemburu yang tak mendasar
33
Melvin tak tahu diri
34
Dilema
35
Tipu daya Melvin
36
Hari Pernikahan
37
Adik kecil
38
Aku pria normal!
39
Unboxing
40
Unboxing 2
41
Kau Milikku
42
Lingerie seksi
43
Tragedi
44
Kritis
45
Apakah ini nyata?
46
Kehilangan
47
Pesona Dokter muda
48
Kabar bahagia
49
Perhatian Dokter Qiu
50
Skandal
51
Kamar mayat
52
Semakin terbawa perasaan
53
Malam romantis
54
Galau
55
Sadar dari koma
56
Kelahiran
57
Ikatan batin
58
Hilang ingatan
59
Frustasi
60
Gadis perampok masalalu
61
Jebakan Jackson
62
Malam panas
63
Pertanggung jawaban
64
Wanita misterius
65
Aku Akan Menyiksamu
66
Menyenangkanmu
67
Dejavu
68
Karma
69
Penggoda
70
Kecewa
71
Will You Marry Me?
72
Pengganggu
73
Sebuah Photo
74
Kelahiran Bayi Melvin
75
Semakin kasar
76
Pertengkaran di kantor
77
Tak Tergoda
78
Aku harus pergi
79
Reina pulanglah
80
Ular di tengah keluarga kecil
81
Ulang Tahun Ryan
82
Pingsan
83
Emosi
84
Amarah Elvina
85
Ujian Kehidupan
86
TAMAT
87
New Story: Gadis Nakal Milik CEO Tampan
88
New Story: Dendam Mafia Culun (Lin Chun Song)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!