Kasbon

Sementara itu, Reina merasa tak nyaman, karena Samuel berputar arah terlebih dahulu sebelum pulang.

"Pak, kita mau kemana dulu?" tanya Reina agak cemas.

"Kita cari makan dulu, kau pasti lapar, kan?" Samuel balik bertanya, dan Reina menggeleng dengan cepat.

"Tidak Pak, saya masih kenyang, maaf, saya ingin pulang cepat," kata Reina sedikit mengiba.

Samuel melirik sejenak kearah gadis manis di sampingnya.

"Memangnya kau tak ingin kita jalan-jalan dulu, atau kau ingin makan ice cream barang kali?" tawar Samuel, Reina kembali menggeleng.

"Terimakasih sebelumnya, tapi saya mau pulang saja, kasihan kedua orang tua dan adik saya, mereka sudah menunggu di rumah." Reina memohon kepada Samuel, dan pria berwajah bulat itupun akhirnya mengerti, lalu ia mengangguk.

"Baiklah, tapi, saya ingin membelikan sesuatu untuk keluargamu, saya mohon kau jangan menolaknya, ya." Samuel menatapnya dengan hangat, Reina mengangguk dengan sedikit terpaksa.

"Ehmm...Terimakasih banyak Pak Samuel, padahal tidak usah repot-repot untuk itu, saya jadi tidak enak," ucapnya lirih, dan Samuel kembali melirik kearah Reina sambil menyimpulkan kedua sudut bibirnya.

"Tidak apa-apa, dan tolong kalau lagi berdua jangan panggil saya Bapak, itu berlaku kalau di tempat kerja saja. Kalau saya di panggil Bapak, kesannya saya ini sudah tua, hehehe..." kata Samuel sambil tertawa kecil, dan Reina hanya tersenyum.

"Lantas, saya harus memanggil apa?" tanya Reina bingung.

"Panggil apa ya..?" Samuel ikut bingung, ia langsung menggaruk pelipisnya yang tak gatal.

"Panggil Kakak atau Koko saja, soalnya orang-orang diluar memanggil saya Koh Sam, atau Kakak juga tidak apa-apa, asal jangan panggil saya Bapak, karena saya tidak pernah kawin dengan Emak mu," canda Samuel sambil tertawa renyah, dan Reina akhirnya ikut tertawa mendengar gurauannya.

"Iya Koh Sam," kata Reina. Ia berpikir sepertinya sapaan itu lebih cocok untuknya, mengingat Samuel memang merupakan Warga keturunan, dan memiliki garis wajah oriental yang begitu kental.

"Atau kau mau panggil saya 'Beb' saya tidak keberatan tuh." Samuel kembali melempar candaan, membuat Reina tersipu malu.

"Ih Koh Sam, apaan sih?" Reina menepis ucapannya, dan keduanya tertawa bersamaan.

Singakat cerita, sehabis membeli aneka cemilan, Samuel mengantarnya, dan Reina memintanya untuk berhenti di tempat kemarin.

"Koh Sam, terimakasih banyak ya atas tlaktirannya," ucap Reina, dan Samuel mengangguk sambil tersenyum.

"Ya sama-sama, Reina. Oh ya, saya boleh kan berkunjung ke rumah, dan bertemu kedua orang tuamu?" pinta Samuel, membuat Reina terperanjak dan membelalakan kedua mata.

"Hah???" Reina membuka mulutnya lebar-lebar karena kaget dengan ucapan Samuel barusan.

"Kenapa? Saya tidak boleh bertandang ke rumahmu?" Samuel kembali bertanya, dan Reina menggeleng.

"Emh...bukan begitu Koh, saya malu, soalnya rumah saja jelek, maklum saya ini keluarga tak punya." Reina berusaha merendah, dan ia sebenarnya keberatan dengan permintaan Samuel.

"Astaga, kau jangan berkata seperti itu, saya tak peduli mau rumah mu jelek, atau seperti kandang ayam sekalipun, saya sama sekali tak keberatan, yang penting..." ucap Samuel terputus karena Reina langsung memotong ucapannya.

"Pak, eh maksud saya Koh, saya permisi ya," pamitnya yang secara tiba-tiba, padahal Samuel belum selesai berbicara dengannya.

"Ya sudah, kau hati-hati ya Reina, salam untuk keluargamu di rumah," pesan Samuel, dan gadis cantik itu mengangguk, kemudian keluar dari dalam mobil sambil membawa bingkisan makanan yang lumayan banyak.

Di satu sisi, seseorang sedang mengintainya.

"Dia di antar sama pria kaya, pasti bawa duit yang banyak," ujar Bang Tobing kepada Ucok, anak buahnya.

"Langsung sikat aja Boss!" kata Ucok, dan Bang Tobing langsung melempar seringainya, kemudian memasang ancang-ancang untuk menghadang Reina yang baru saja pulang.

Ucok mengawasi sambil memberi kode kepada Bang Tobing.

"Aman Boss, cepat!" titah Ucok, dan Bang Tobing langsung beraksi di hadapannya.

"Hayo...mau kabur kemana kau...Hahaha..." Bang Tobing dan Ucok menghalangi langkah Reina, membuat gadis itu terperanjak kaget.

"Abang berdua mau ngapain?" Reina berusaha melindungi dirinya sendiri, sedangkan kedua pria itu tertawa melihat ekspresinya.

"Siapa yang mengantarkanmu barusan, Hah?!" tanya Bang Tobing dengan bentakan.

"Itu hanya rekan kerja saya," jawab Reina gemetar.

"Rekan kerja? memangnya kau habis kerja apa? jual diri?" cerca Bang Tobing dengan pertanyaan yang tak mengenakan.

"Bukan Bang," jawab Reina sedikit terbata, saat itu jalanan teramat sepi, sehingga Reina merasa terancam, tidak ada yang melihatnya.

"Pasti kau bawa uang banyak kan?!" Bang Tobing kembali bertanya sambil membuka kedua matanya lebar-lebar saat menatap wajah Reina.

"Ti..tidak Bang, saya belum menerima gaji, saya baru saja kerja 2 hari," kilah Reina, ia yang syok tak kuasa menitikan air mata.

Bang Tobing memberi gestur kepada Ucok untuk menggeledah isi tas Reina.

"Jangan Bang!" Reina berusaha menghindar, tetapi ia tak mampu melawan kedua pria bertubuh gempal itu.

Hingga akhirnya Ucok menemukan uang itu, lalu mengambilnya.

"Nah, ini apa? Pakai bohong segala!" kata Ucok dengan nada meledek, sedangkan Bang Tobing tertawa puas.

"Ada berapa duitnya tuh bocah?" tanya Bang Tobing, dan keduanya sama-sama menghitung uang tersebut.

"Semuanya ada 5 juta 3 ratus ribu," jawab Ucok sambil mengipas-ngipas tubuhnya menggunakan uang tersebut.

"Ini masih kurang, hutang orang tuamu semuanya 30 juta! Untuk bayar bunganya saja ini masih belum cukup!" bentak Bang Tobing si lintah darat tak berperasaan.

"Jangan di ambil semua uangnya Bang, itu buat bayar sekolah dan sehari-hari!" Reina berlutut dan terisak, tetapi kedua pria itu seakan tak peduli dengan rintihan gadis malang itu.

"Masa bodoh! Ingat ya, kau harus membayar hutang orang tuamu, saya kasih waktu 2 minggu lagi untuk bayar sisanya. Ini untuk bayar bunganya saja masih belum cukup! ingat itu!" Bang Tobing kembali mengulang ucapannya dengan nada ketus dan ledekan, sementara Reina tak bisa berbuat banyak.

Ucok mengambil paksa bingkisan makanan yang di bawa Reina, kemudian memakannya di tempat dengan rakus dan lahap.

"Nih Boss, lumayan cemilan gratis." Ucok membagikannya kepada Bang Tobing, kemudia ia merebut sisanya, hingga Reina tak kebagian apapun.

"Ya Tuhan, mereka kok tega sekali..." batin Reina, ia seperti di timpa kemalangan yang bertubi-tubi.

"Aku benci dengan kemiskinan ini!" lanjutnya dengan emosi, ia kembali bangkit sambil membereskan isi tasnya.

akhirnya Reina pulang tak membawa apapun, ia hanya membawa tangan kosong, semua pemberian Richie dan Samuel raib seketika, tak tersisa.

Saat sampai di rumah, ia berucap salam kepada kedua orang tua dan adiknya yang saat itu sedang menikmati singkong goreng.

"Kau sudah makan Nak?" tanya Bu Eli, dan Reina mengangguk, ia benar-benar tak tega melihat kondisi perekonimian kedua orang tuanya saat ini.

Ia melihat Ayahnya yang masih belum pulih dari sakit, terlebih sang Ayah memiliki riwayat penyakit yang sudah lumayan parah, mungkin kedepannya Beliau perlu pengobatan lagi, dan itu harus mengeluarkan biaya yang tak sedikit.

Maka dari itu hutangnya kian membengkak kepada Bang Tobing, dan bukan hanya kepada 1 orang, hutang Bu Eli sudah bercabang, karena gali lubang, tutup lubang.

"Bulan depan Ayah harus melakukan cuci darah kembali, dan sekarang sudah tidak bisa bekerja berat lagi," batin Reina, ia benar-benar nelangsa memikirkan beban kehidupannya yang terlalu berat, terlebih ia adalah anak pertama yang sebentar lagi akan lulus SMA, sehingga Reina harus mempersiapkan diri untuk bekerja keras demi kedua orang tua dan adiknya, supaya sang adik bisa kembali menganyam bangku pendidikan, minimal sampai SMA.

"Aku harus semangat!" tekadnya, di satu sisi ia merasa lelah menghadapi kenyataan ini. Di saat teman sebayanya bisa merasakan masa remaja yang indah dan ceria, sedangkan ia harus memikirkan beban kehidupan yang sangat rumit.

Reina segera bergegas untuk bersih-bersih, seusainya ia bergabung dengan kedua orang tua serta sang adik.

Reina tak menceritakan semua yang terjadi barusan kepada kedua orang tuanya saat ini, ia tak ingin mereka menjadi membatin dan kepikiran.

"Nak, kau kenapa?" tanya Pak Tedi, Reina menggeleng, ia berusaha menyembunyikan air matanya di hadapan mereka.

"Aku tidak apa-apa kok," jawabnya lirih.

"Kakak pasti lelah ya?" tanya Benny khawatir, Reina kembali menggeleng.

"Tidak, Kakak justru sangat menikmati pekerjaan ini," jawab Reina dengan penuh semangat sambil menikmati singkong goreng dan air teh tawar.

Reina melihat Ibunya sedang melamun, ia merasa tak tega, lantas Reina menghampirinya.

"Bu, Ibu kenapa?" Reina menatap kedua mata sang Ibu yang terlihat sembab.

"Ibu bingung Nak," jawab Bu Eli, meski ia tak memberi tahu Reina perihal kebingungannya, Reina sudah bisa menebak, lantas ia mendekap tubuh Ibunya dengan erat.

"Bu, Reina akan berusaha sebisa mungkin supaya kita bisa terlepas dari kemiskinan ini," ucapnya lirih, membuat Pak Tedi merasa sangat bersalah karena ia sudah tak bisa membantu pekerjaan Istrinya, sementara Benny tidak punya pekerjaan yang tetap, mengingat dirinya masih di bawah umur.

Reina merenung sendiri di dalam kamar, ia sedang memikirkan bagaimana caranya mendapat uang banyak secara cepat.

"Apa aku harus kasbon ke perusahaan?" batinnya, ia tak akan berpikir malu lagi, yang penting ia bisa mendapatkan uang itu dengan cepat.

"Aduh! aku bingung!" keluhnya, sedikitnya ia merasa ragu.

"Tapi, apa boleh buat." Reina duduk berlutut sambil menelungkupkan wajah, kedua matanya kembali berurai.

"Aku ini kan pegawai baru, itupun hanya bekerja paruh waktu, apa mungkin perusahaan akan memberikannya untukku?" gumamnya kembali

***

Keesokan harinya...

Saat masuk kerja, Reina mencari-cari keberadaan Anisa.

"Bu Nisa dimana ya?" Reina menyapu pandangannya kesegala arah, hingga akhirnya ia menemukan Anisa di ruang lain.

"Bu..." serunya.

"Ya, ada apa Reina?" tanya Anisa penasaran karena wajah Reina tampak tegang dan serius.

"Saya sedang ada perlu, bisakah kita bicara berdua saja?" pinta Reina, dan Anisa mengangguk dengan cepat.

"Ya.." Anisa membawa Reina ke ruangan yang lebih private.

"Kau mau bicara apa?" tanya Anisa kembali, Reina menghela napas panjang, kemudian ia memberanikan diri mengatakan kepada Anisa jika ia ingin kasbon ke perusahaan.

"Hah, kasbon 100 juta? banyak sekali." Anisa kaget dengan nominal tersebut, karena ia pikir Reina berani sekali padahal ia masih anak baru.

"Saya mohon Bu." Reina mengiba, tetapi Anisa tak bisa mengabulkannya, karena ia berpikir, perusahaan tak mungkin akan memberikannya kasbon sebesar itu.

"Saya musti bagaimana?" Reina terisak dengan suara yang memilukan, bahkan ia sampai curhat kepada Anisa perihal masalah kehidupan yang di alaminya, membuat Anisa berpikir untuk menemukan solusi.

"Sebaiknya kau temui saja Pak Richie," usul Anisa, Reina berpikir sejenak, karena ia tak berani jika berhadapan langsung dengannya.

"Memang tak ada perantara?" tanya Reina bingung, dan Anisa menggeleng, karena hanya itu cara satu-satunya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

AteneaRU.

AteneaRU.

Mantap banget nih ceritanya, thor!

2023-09-07

1

lihat semua
Episodes
1 Awal Pertemuan
2 Cobaan Hidup Betubi-tubi
3 Hampir Bertemu Kembali
4 Nasib yang berbeda
5 Kasmaran
6 Mendebarkan
7 Mencoba Menepis Perasaan
8 Kasbon
9 Rela menukar harga diri demi uang
10 Mr. Right
11 Mengubah penampilan
12 Penyuka sesama?
13 Semakin dekat
14 Pikiran kotor.
15 Pelayan pribadi sang Boss
16 Penampilan baru di sekolah
17 Bully
18 First Kiss
19 Diantara 2 pilihan
20 Cemburu
21 Tergigit
22 Kejahilan Richie
23 Richie vs Melvin
24 Mendadak bodoh.
25 Terbongkarnya rahasia
26 Pilihan yang memberatkan
27 Bermain di hotel
28 Lamaran
29 Tertampar
30 Dijebak
31 Gara-gara soal Matematika
32 Cemburu yang tak mendasar
33 Melvin tak tahu diri
34 Dilema
35 Tipu daya Melvin
36 Hari Pernikahan
37 Adik kecil
38 Aku pria normal!
39 Unboxing
40 Unboxing 2
41 Kau Milikku
42 Lingerie seksi
43 Tragedi
44 Kritis
45 Apakah ini nyata?
46 Kehilangan
47 Pesona Dokter muda
48 Kabar bahagia
49 Perhatian Dokter Qiu
50 Skandal
51 Kamar mayat
52 Semakin terbawa perasaan
53 Malam romantis
54 Galau
55 Sadar dari koma
56 Kelahiran
57 Ikatan batin
58 Hilang ingatan
59 Frustasi
60 Gadis perampok masalalu
61 Jebakan Jackson
62 Malam panas
63 Pertanggung jawaban
64 Wanita misterius
65 Aku Akan Menyiksamu
66 Menyenangkanmu
67 Dejavu
68 Karma
69 Penggoda
70 Kecewa
71 Will You Marry Me?
72 Pengganggu
73 Sebuah Photo
74 Kelahiran Bayi Melvin
75 Semakin kasar
76 Pertengkaran di kantor
77 Tak Tergoda
78 Aku harus pergi
79 Reina pulanglah
80 Ular di tengah keluarga kecil
81 Ulang Tahun Ryan
82 Pingsan
83 Emosi
84 Amarah Elvina
85 Ujian Kehidupan
86 TAMAT
87 New Story: Gadis Nakal Milik CEO Tampan
88 New Story: Dendam Mafia Culun (Lin Chun Song)
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Awal Pertemuan
2
Cobaan Hidup Betubi-tubi
3
Hampir Bertemu Kembali
4
Nasib yang berbeda
5
Kasmaran
6
Mendebarkan
7
Mencoba Menepis Perasaan
8
Kasbon
9
Rela menukar harga diri demi uang
10
Mr. Right
11
Mengubah penampilan
12
Penyuka sesama?
13
Semakin dekat
14
Pikiran kotor.
15
Pelayan pribadi sang Boss
16
Penampilan baru di sekolah
17
Bully
18
First Kiss
19
Diantara 2 pilihan
20
Cemburu
21
Tergigit
22
Kejahilan Richie
23
Richie vs Melvin
24
Mendadak bodoh.
25
Terbongkarnya rahasia
26
Pilihan yang memberatkan
27
Bermain di hotel
28
Lamaran
29
Tertampar
30
Dijebak
31
Gara-gara soal Matematika
32
Cemburu yang tak mendasar
33
Melvin tak tahu diri
34
Dilema
35
Tipu daya Melvin
36
Hari Pernikahan
37
Adik kecil
38
Aku pria normal!
39
Unboxing
40
Unboxing 2
41
Kau Milikku
42
Lingerie seksi
43
Tragedi
44
Kritis
45
Apakah ini nyata?
46
Kehilangan
47
Pesona Dokter muda
48
Kabar bahagia
49
Perhatian Dokter Qiu
50
Skandal
51
Kamar mayat
52
Semakin terbawa perasaan
53
Malam romantis
54
Galau
55
Sadar dari koma
56
Kelahiran
57
Ikatan batin
58
Hilang ingatan
59
Frustasi
60
Gadis perampok masalalu
61
Jebakan Jackson
62
Malam panas
63
Pertanggung jawaban
64
Wanita misterius
65
Aku Akan Menyiksamu
66
Menyenangkanmu
67
Dejavu
68
Karma
69
Penggoda
70
Kecewa
71
Will You Marry Me?
72
Pengganggu
73
Sebuah Photo
74
Kelahiran Bayi Melvin
75
Semakin kasar
76
Pertengkaran di kantor
77
Tak Tergoda
78
Aku harus pergi
79
Reina pulanglah
80
Ular di tengah keluarga kecil
81
Ulang Tahun Ryan
82
Pingsan
83
Emosi
84
Amarah Elvina
85
Ujian Kehidupan
86
TAMAT
87
New Story: Gadis Nakal Milik CEO Tampan
88
New Story: Dendam Mafia Culun (Lin Chun Song)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!