Reina menikmati makan malamnya tanpa selera, ia terus teringat kedua orang tua dan adiknya yang mungkin sedang menunggu di rumah.
Richie memandang dari sebrang meja, sambil menyantap makanannya.
"Kenapa? Apa kau tak suka dengan hidangan ini?" tanya Richie, Reina menggelengkan kepala tanpa ekspresi.
"Tidak Pak, saya hanya sedang tidak berselera, saya ingin segera pulang ke rumah," jawab Reina, dan Richie yang mendengar hal itu, air wajahnya mendadak berubah.
"Jadi, kau tidak ingin pulang bersama saya?" tawar Richie, Reina terdiam ia takut salah berucap.
"Kenapa Bapak ingin mengajak saya pulang ke unit apartemen Bapak?" tanya Reina, dan Pria itu langsung menyunggingkan sudut bibirnya.
"Saya membutuhkan teman, karena saya sendirian di unit, dan saya malas pulang kerumah. Hmm...atau begini saja, kau tak usah kerja di perusahaan sebagai petugas kebersihan. Sebagai gantinya, kau kerja di unit apartemen saya, dan kau boleh pulang sebulan 2 kali." papar Richie, Reina langsung terperanjak hingga tersedak.
"Apa?" Reina membulatkan kedua matanya mendengar permintaan itu.
"Ta..tapi Pak..."
"Kenapa? kau mau menolak?!" tanya Richie dengan nada sinis seakan benci jika Reina menolak tawarannya.
"Tidak, bukan itu maksud saya,"
"Lantas?!" tanya Richie kembali, Reina sejenak berpikir untuk menerima tawaran sang Boss, karena ia tak mungkin bisa jauh-jauh dari keluarganya.
"Masalahnya saya ini masih sekolah Pak, dan saya masih punya orang tua serta adik di rumah, bukan saya menolak, saya hanya tak ingin mereka mengkhawatirkan saya." Reina tertunduk, ia tak melanjutkan menyantap hidangan makananya.
"Kalau soal sekolah, kau boleh berangkat dari unit apartemen saya, lalu yang lainnya saya tidak mau tahu! soal biaya, kau tenang saja, meskipun kau memiliki hutang kepada saya, tetapi saya tetap akan menggajimu!" Richie seakan tak mau mendengar penjelasan apa-apa lagi yang keluar dari mulut Reina, dan gadis itu mengangguk dengan terpaksa.
"Baiklah kalau begitu, tetapi izinkan saya untuk meminta izin kepada orang tua dan adik saya di rumah. Jadi, malam ini saya tidak ikut ke tempat Bapak, bagaimana?" Reina meminta pendapat, Richie terdiam sejenak untuk berpikir, dan akhirnya ia menyetujui usulnya.
"Baiklah, besok kan hari minggu, maka besok pagi saya akan menjemputmu!" kata Richie sambil menyantap kembali hidangannya.
"Iya Pak," balas Reina.
Beberapa saat kemudian mereka segera beranjak setelah Richie membayar total bill dan uang tips kepada seorang pelayan.
Lalu keduanya kembali kedalam mobil, sementara Reina sudah menggeliatkan tubuh, kedua matanya sudah terasa lelah.
"Kau ngantuk?" Richie meliriknya, dan Reina mengangguk sambil tersenyum.
"Sedikit," jawab Reina, lalu Richie melempar seringai terhadapnya.
"Mending kau tidur di tempat saya saja, lagian apartemen saya tidak jauh kok dari sini," tawarnya, mendengar hal itu rasa kantuk Reina mendadak hilang.
"Tidak Pak, jangan sekarang, besok saja," tolaknya, ia takut jika sang Boss merencanakan hal yang buruk terhadapnya. Namun, Reina kembali teringat akan perkataan Anisa saat di kantin tempo hari.
"Oh ya aku baru ingat, Pak Richie ini kan penyuka sesama. Jadi, tidak mungkin dia macam-macam terhadapku." batin Reina, dan ia langsung terkekeh, membuat Richie terheran-heran karena sedari tadi wajahnya begitu tegang tetapi sekarang mendadak berubah.
"Kau kenapa tertawa? memangnya ada yang lucu?" tanya Richie, Reina meliriknya sambil menggeleng.
"Tidak Pak, hehe..." jawab Reina berusaha menutupinya.
"Kau menertawakan saya ya?" tanya Richie kembali.
"Astaga, jelas bukanlah." Kali ini Reina berusaha menahan tawanya.
"Bapak sudah punya pacar?" tak ada angin, tak ada hujan, Reina tiba-tiba menanyakan hal itu, membuat Richie reflek menginjak pedal rem, dan tubuh keduanya terhentak.
"Aaaw..." Reina menjerit karena kaget.
"Apa?! tadi kau tanya apa?!" tanya Richie dengan lantang.
"Eh, eugh...ti..tidak," kilah Reina, ia takut jika Richie tersinggung dengan pertanyaanya.
"Coba ulangi! kau bertanya apa barusan?!" Richie mendekatkan wajahnya dengan wajah Reina, membuat gadis itu merasa gugup.
"Bapak sudah punya pacar?" tanya Reina dengan suara yang rendah, dan Richie terkekeh.
"Hahaha...untuk apa kau menanyakan hal itu, hah?!" Richie kembali melajukan mobilnya, dan sesekali melirik kearah Reina yang tampak kikuk.
"Tidak apa-apa, hanya saja..." Reina hampir saja keceplosan, tetapi Richie tahu jika ada yang sedang ia sembunyikan, hal itu membangkitkan rasa penasaran yang begitu besar.
"Apa? kau mau mengatakan apa?!" tanya Richie kembali, ia tak suka dengan hal yang di tutup-tutupi, apa lagi hal itu menyangkut tentang dirinya.
"Tidak Pak." Reina menggeleng, tetapi Richie tak akan bisa tenang sebelum Reina mengatakan jujur kepadanya.
Richie melaju dengan kecepatan tinggi, lalu berhenti di tempat yang sepi, di sisi kiri kanannya seperti area perkebunan dan hutan. Kali ini ia melirik dengan wajah emosi kepada Reina.
"Pak, kok kita berhenti disini?" Reina di buat tegang, kedua matanya membola dengan sempurna, dadanya tampak naik turun.
"Saya tahu ada sesuatu yang kau sembunyikan dari saya, kenapa kau tiba-tiba menanyakan itu?! jawab!" bentak Richie membuat Reina gemetar saat menatap kedua matanya yang membelalak.
"Ehmmm...." Reina ragu untuk mengatakannya, ia takut jika sang Boss mengamuk, termasuk akan membawa Anisa kedalam masalahnya.
Ibarat buah simalakama. jika ia mengatakan yang sebenarnya, ia khawatir terjerat masalah besar, dan jika ia tak mengatakannya, maka dirinya tak mungkin bisa selamat. Jika berbohong pun percuma, karena Richie pandai membaca ekspresi wajah seseorang, ia bisa membedakan antara kebohongan dan kejujuran.
"Cepat katakan!" desak Richie, Reina menghela napas kasar sebelum ia mengatakannya.
"Maaf sebelumnya Pak, tapi Bapak harus berjanji kepada saya, Bapak jangan sampai memarahi siapapun termasuk Bu Anisa, Bapak harus janji," ucap Reina dengan suara yang lirih, Richie mengangguk.
"Baiklah, saya berjani!" balasnya, kemudian Reina mengangkat jari kelingkingnya, Richie langsung mengaitkan dengan jari kelingkingnya juga.
"Benar ya?" tanya Reina untuk memastikan kembali, Richie kembali mengangguk.
"Iya, jadi sekarang katakan!" desak Richie karena sudah tak sabar.
"Apa benar kalau Bapak sesuka sesama jenis?" Reina merendahkan bicaranya, mendengar hal itu Richie langsung tertawa terpingkal.
"Hahaha...hahah..."
"Pak..." seru Reina, ia merasa sudah salah berkata, dan sekarang mulai panik.
"Hahaha...kau dapat gosip itu dari mana?" tanya Richie, ia masih belum bisa menahan tawanya, alih-alih akan marah, justru ia malah tertawa seperti orang gila.
"Maaf Pak, Bu Nisa yang mengatakannya, tetapi dia juga tahu dari orang-orang, mereka bilang Bapak belok, dan tidak suka perempuan," papar Reina, kali ini ia tak lagi ketakutan menghadapi Richie.
"Apa buktinya?" Richie menggeleng tak habis pikir dengan gosip para karyawannya.
"Buktinya, Bapak belum pernah menggaet seorang perempuan," jawab Reina kali ini ia pun tak bisa menahan tawanya.
"Loh, memangnya kalau saya belum pernah menggaet seorang perempuan, itu artinya saya tidak normal, begitu?" Richie tersenyum sinis karena masih tak habis pikir dengan mulut orang-orang.
"Gosip sampah! pemikiran orang primitif! Mereka senang sekali ya membicarakan kekurangan orang lain," gerutu Richie, mendengar kalimat "Kekurangan orang lain" seketika Reina langsung berpikir keras.
"Hah..? itu artinya dia memang benar-benar belok?" Reina langsung menutup tepi bibirnya menggunakan telapak tangan karena kaget, bahkan ia sudah salah mengartikan ucapan Richie.
"Kau kenapa?"
"Hehe..tidak, saya hanya berpikir, apa yang Bapak katakan itu memang benar, tak baik membicarakan kekurangan orang lain. Kalau kita sudah mengetahui hal itu, alangkah baiknya di simpan saja tak usah di umbar lagi. Iya kan Pak?" Reina melirik Richie yang saat itu tengah fokus mengemudi.
"Ya..." jawab Richie, ia pun jadi heran, dan berpikir,"apa jangan-jangan dia juga menyangka kalau aku benar-benar belok? kok bisa-bisanya berkata seperti itu." Richie baru menyadari itu semua.
"Baiklah, suatu saat akan aku buktikan, kalau aku ini adalah pria sejati!" Richie tersenyum sinis pada Reina, sementara Reina masih terkekeh saat melihat ekspresi wajahnya.
"Astaga sayang sekali, ganteng-ganteng kok belok, ya Tuhan," batin Reina.
"Pasti bocah ini sedang menertawakanku," batin Richie, ia terus melirik sinis kearah Reina.
....
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments