Nikah Muda? Siapa Takut!

Nikah Muda? Siapa Takut!

Chapter 01 : Benang Takdir

Polesan bibir yang mengkilap. Kalung permata. Wangi berbagai produk make up memenuhi indra penciumannya. Jemari letik ikut terangkat. Menyentuh ranum bibir bawah. Gadis itu menatap cermin tidak percaya. Di sana ia melihat sosok cantik dalam balutan gaun putih pernikahan.

Mengigit bibir bawahnya. Ia meremas gaun putih itu kencang. Mencoba menetralkan degup jantung yang menggila.

“Reya”

Gadis itu menolehkan kepalanya cepat. Seorang wanita paruh baya dalam balutan kebaya merah muda berjalan pelan ke arahnya. Senyum tulus terpancar, membuat hati sang gadis terasa lebih tenang.

“Mama”

Citra menatap anak gadisnya sayu. Tidak pernah menyangka akan melepaskan putrinya untuk memulai hidup baru dalam usia sebelia ini.

“Kamu baik-baik aja sayang?”

“Reya baik-baik aja, Mama jangan khawatir.” Senyum kecil ia berikan guna membalas raut cemas wanita di hadapannya.

“Tapi sayang, ini terlalu tiba-tiba. Mama ga mau kamu menyesali keputusan ini.” Citra tidak dapat menyembunyikan kegundahan hatinya lagi. Ia menggenggam tangan putrinya erat. “Maafin mama sayang, maafin mama... Andai mama dan ayah mu mampu—“

“Ma, Reya mohon. Kita semua udah janji untuk nggak bahas soal ini lagi.”

Hening merayap diantara ibu dan anak tersebut. Reya memeluk ibunya pelan, isyarat bahwa semua akan baik-baik saja. Tidak butuh waktu yang lama bagi wanita itu untuk membalas pelukan putrinya.

Tirai ruangan itu kembali tersibak. Friska, kakak perempuan sekaligus anak tertua berdiri di sana tanpa mengatakan sepatah katapun. Terpukau dengan penampilan adik kecilnya yang sebentar lagi akan menjadi istri dari seseorang. Ia hanya bisa memberikan senyuman yang entah untuk adiknya, Reya. Atau justru untuk menenangkan hatinya sendiri.

“Ada apa Friska? Apa semuanya sudah siap?” Pertanyaan dari sang ibu dibalas dengan anggukan. Reya menggenggam tangan ibunya erat, menarik nafas untuk yang kesekian kali sebelum akhirnya melepaskan tautan tangan tersebut.

Gadis itu di tuntun untuk melewati tirai di hadapannya. Ada sebuah lorong disana. Bisa ia lihat kelima saudaranya menatap ke arahnya tidak percaya. Rasya adik bungsunya terus berteriak tentang betapa cantik kakak perempuannya dalam gaun putih tersebut. Sedangkan yang lain hanya mengangguk mengiyakan. Ia hanya bisa membalas semua itu dengan senyum. Berbeda dengan mereka semua. Dian, adik lelaki pertama Reya diam tanpa sepatah katapun. Setelah ekspresi mengangumi, hanya ada raut suram yang kentara di wajah remaja yang baru menginjak usia sekolah menengah atas tersebut.

Reya tau itu, tentu saja. Dari semuanya, Dian yang paling menentang pernikahan gadis itu. Remaja itu memalingkan muka saat melihat senyum sang kakak. Dengan langkah lebar meninggalkan tempat tersebut.

“Dian! Mau ke mana kamu?!” Teriakan Friska sang kakak tertua tidak membuat langkah tersebut berhenti.

“Biar aku aja Kak.” Rizki sebagai anak ketiga mengajukan diri. Berjalan pelan mengikuti jejak sang adik.

“Kak Dian kenapa pergi?” Rasya menatap Kakak lelaki tertuanya. Agus tersenyum sendu, mengelus kepala si bungsu. “Kak Dian lagi kebelet pup.” Balasnya singkat. Bocah kelas tiga sekolah dasar itu mengangguk paham. Tila, anak perempuan terakhir di keluarga itu menghela nafas kesal. Jengah dengan situasi yang sedang dihadapinya sekarang.

Saat pintu ruangan di hadapan mereka terbuka, Reya melihat sang Ayah menghampirinya. Lelaki paruh baya itu memeluk putrinya erat. Darma mengulurkan tangan, menunggu sang putri tercinta untuk meraihnya. “Ayo kita masuk.” Ucap lelaki itu pelan.

Perasaan itu kembali menghampiri sang gadis. Reya merasakan sekujur tubuhnya mendingin. Isi perutnya terasa di aduk-aduk. Berulang kali mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja. Ia seolah akan kehilangan tempat untuk berpijak, hingga tepukan kecil pada bahunya menyadarkan gadis tersebut.

“Semua akan baik-baik saja.”

Friska berkata dengan pandangan lurus, ikut menatap pintu besar ruangan di depannya.

Pintu ruangan itu terbuka sepenuhnya. Reya sedikit menyipitkan matanya saat cahaya terang menyambut kornea gadis itu.

“Ini saatnya,” pikirnya.

Semua kejadian itu terulang kembali dalam benak sang gadis. Awal dari semua garis takdir yang harus dihadapinya kini.

-----***-----

“Aku mau kita putus.”

Kalimat singkat itu sukses membuat Reya kehilangan kemampuannya dalam mencerna informasi. Ini bukan pertama kalinya ia dihadapkan dengan situasi dan pertanyaan yang lebih rumit. Tetapi gadis yang berhasil mempertahankan gelar peringkat pertama serta juara umum berturut-turut selama tiga tahun itu mendadak menjadi bodoh total.

“Hah?”, adalah kata pertama yang terlintas setelah kesadaran gadis itu kembali sepersekian detik berikutnya.

“Aku ngerasa hubungan kita gabisa berjalan lagi. Jadi sebaiknya kita akhiri disini saja.” Pernyataan lelaki yang telah menjadi kekasihnya selama dua tahun terakhir itu semakin membuat sang gadis kebingungan.

“Tapi kenapa? K-kamu lagi bercanda ya ahaha, gak lucu loh sayang ihh.” Mengingat jaman sekarang sedang maraknya aksi Prank untuk sekedar konten semata, Reya sudah menelusuri seluruh area sekitar dengan kedua bola matanya. Berjaga-jaga jika ada salah satu kamera disana, maka ia harus bersikap sedikit dramatis agar usaha sang kekasih terkesan mulus dan berhasil.

Namun, harapan gadis itu sepertinya tidak terwujud. Tidak ada tanda keberadaan satu orang pun selain mereka berdua di sana. Tentus saja, bel tanda istirahat telah berakhir sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu. Seolah belum cukup, angin ikut berhembus kencang. Membuat daun beringin kering menghujani kepala dua remaja dengan jenis kelamin berbeda tersebut. Tepat saat cuaca menjadi mendung, Reya menyadari bahwa dewi fortuna sedang tidak berpihak pada dirinya.

Alih-alih ikut membalas pertanyaan sang kekasih dengan gelak tawa. Lelaki bernama Zaif itu justru tidak menampilkan ekspresi apapun. Reya merasa sekujur tubuhnya kedinginan. Tidak, ini bukan karena mereka sedang berdiri di bawah pohon beringin tua yang gosipnya berpenghuni tersebut. Dibandingkan merinding ketakutan, gadis itu merasa terkejut setengah mati. Tidak pernah melihat ekspresi dingin tersebut di wajah sang kekasih.

“Sayang, kamu ga lagi kesurupan penghuni pohon beringin ini kan?” Tanya sang gadis memastikan.

“Hahh.... karena ini gue sebenarnya males berurusan sama lo.” Remaja lelaki itu mengusap wajahnya asal. Lirikan sinis ia layangkan pada sang lawan bicara. “ Apa ucapan gue segitu susahnya buat lo pahami? Matematika, fisika, kimia lo khatam. Masa soal ginian aja lo kaga ngerti-ngerti si?!” Ujar sang lelaki sedikit frustasi.

“Tapi kenapa? Aku ngelakuin kesalahan ya? Aku minta maaf kalau itu bikin kamu kesal. Tapi aku mohon kamu jangan tiba-tiba minta putus begini, aku—“

“Reya! Lo paham gak si apa yang gue omongin?! Putus ya artinya putus. Kenapa? Karena gak ada lagi yang bisa gue manfaatin dari lo! Ujian akhir kita udah selesai, dan gue udah dapetin semua yang gue butuh dari otak cerdas lo.”

Gadis dengan rambut kucir kuda itu diam membisu. Jika bisa, ia ingin lari dari keyataan yang sedang dihadapinya saat ini. Berharap kalau yang keluar dari mulut orang yang dicintainya itu hanya sebuah kebohongan belaka. Reya merasakan matanya memanas, seolah ada yang mengganjal dalam tenggorokannya. Gadis itu bahkan tidak sanggup untuk membuka suara.

“Gue harus berterima kasih sama pacar gue karena udah ngusulin ide ini. Sejak awal gue deketin lo itu cuma buat manfaatin reputasi baik lo di sekolah aja. Dan lo dengan begonya malah jatuh cinta sama gue.” Sindiran pedas itu ikut dibumbui dengan kekehan, seolah itu adalah hal paling jenaka yang pernah remaja lelaki itu ucapkan. Tidak hanya berpura-pura baik dan memanfaatkannya, selama ini lelaki itu juga telah berselingkuh. Lebih tepatnya ia menjadikan Reya sebagai selingkuhannya.

Hening merayapi percakapan kedua remaja dengan seragam putih abu-abu tersebut. Deru angin serta langkah kaki dari siswa yang mulai mengisi lapangan di samping mereka mendominasi pendengaran. Reya tidak bisa menahan perasaannya lagi, ia membiarkan kedua pipinya basah. Terlalu menyakitkan untuk mendengar semua hal itu terucap dari orang yang selama ini ia cintai. “Jadi selama ini semuanya bohong? Semua kata dan perlakuan manis kamu itu juga cuma pura-pura?” Reya mengutuk dirinya sendiri saat sadar bahwa suaranya terdengar gemetar.

“Shreya, ternyata lo cukup bodoh juga ya. Lo pikir bakal ada cowo yang mau sama lo kalau bukan untuk manfaatin reputasi sama kepintaran lo?” Reya menunduk dalam, noda lumpur di kedua sepatu Zaif sekarang menjadi lebih menarik dibandingkan wajah lelaki itu. Gadis itu baru mengangkat wajahnya saat merasakan sang lawan bicara mendekat ke arahnya. Zaif berdiri di sana dengan senyum miring yang terpatri di wajahnya, berikutnya remaja lelaki itu mencondongkan badan dan berbisik pelan di telinga sang gadis.

“Lo tau? Satu-satunya hal baik yang lo punya selain otak cerdas lo itu cuma ukuran dada lo yang besar.”

Reya merasakan rahangnya mengeras, detik berikutnya ia melihat Zaif tersungkur di tanah dengan ekspresi kesakitan. Tentu saja, gadis itu meninju lelaki itu dengan cukup keras hingga mengundang perhatian warga sekolah di sekitar mereka.

“Cewe br*ngs*k, berani banget lo mukul gue!” Zaif masih terduduk sambil memegangi pipinya yang terasa nyeri dan terbakar.

Reya merasa akal sehatnya hilang detik itu juga. Gadis itu mengambil langkah lebar, mengabaikan jahitan roknya yang mulai merenggang. “Ngomong apa lo b*ngs*t?! Dasar cowo K*NT*L!!!”

Selanjutnya hanya terdengar suara pukulan yang diringi sumpah serapah serta ricuh siswa yang mendukung aksi perkelahian gadis yang terkenal tenang dan berwibawa tersebut. Teriakan guru yang berusaha melerai kalah dengan antusias siswa haus drama dan hiburan yang mengelilingi ring tinju dadakan yang Reya buat. Gadis itu benar-benar mendominasi. Oh, andai Zaif tau bahwa hal baik lainnya yang gadis itu punya adalah keahlian bela diri yang sudah ia latih sejak kecil. Remaja lelaki itu pasti akan menarik kembali kata-katanya.

TBC....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!