Chapter 06: Perjodohan

Gadis itu tercengang.

Apa katanya tadi? Menikah? Siapa?

Reya menatap Desri yang menghembuskan nafas lelah, seolah gadis itu telah berusia setengah abad.

Netranya kembali bersitatap dengan kedua tamu tersebut.

“Ini gila...” gumamnya tanpa sadar. “Sri, aku pikir tipe ideal kamu bukan om-om berusia kepala empat!”

“Kamu ga dengar tadi bunda ngomong apa?! Sama anaknya Om Hendri, bukan beliau!”

Desri kesal bukan kepalang. Sepupu yang biasanya cerdas itu kini terlihat seperti gadis idiot di matanya.

Reya celingak-celinguk. Netranya menjelajahi seluruh ruangan tersebut. Namun, lagi-lagi ia tidak dapat menemukan orang lain selain kedua tamu itu.

“Anak om akan datang menyusul setelah pekerjaannya selesai.” Hendri berkata jenaka saat melihat air muka sang gadis.

“Arman, kita percepat saja.” Sang nenek lampir membuka suara. “Seperti yang aku jelaskan sebelumnya. Desri cucuku adalah kandidat terbaik untuk perjodohan ini.” Wanita tua itu tersenyum yakin, kemudian melirik Reya dengan sinis.

Lelaki tua itu masih diam seribu bahasa. Mengamati kedua gadis muda di hadapannya hingga membuat keduanya merasa gugup. Reya yang kesadarannya telah kembali ke permukaan membuka suara.

“Mohon maaf sebelumnya. Seperti yang beliau sampaikan, saya rasa Desri lebih cocok dengan perjodohan ini.”

Desri yang sebelumnya menunduk, kini mulai memelototi sang sepupu. Tatapan gadis itu seolah berkata “lo bisa diam ga anj*r.”

Reya jelas mengabaikannya. Gadis itu sangat tidak ingin terlibat. Yang benar saja, Reya masih ingin melanjutkan pendidikan. Dan lagi, gadis itu sudah memutuskan tidak akan menjalin hubungan untuk saat ini.

“Kalau begitu, saya permisi dulu.” Ujar Reya sopan.

Baru saja beranjak bangun, sepupunya Desri dengan cepat meraih tangan sang gadis. Membuat bokong gadis itu kembali menyentuh permukaan sofa. Reya kebingungan tentu saja.

“Nenek.”

Reya bisa merasakan tangan Desri yang berkeringat dingin di lengannya.

“Sepertinya Desri juga tidak bisa menerima perjodohan ini nek.”

Reya tau jika sepupunya itu telah berusaha mengumpulkan keberanian untuk berkata seperti itu. Karena di seberang sana, bisa ia lihat. Sang nenek mematung. Jelas tidak menyangka bahwa cucu kesayangannya akan menolak keinginannya.

“Desri sayang, nenek tau kamu pasti ragu. Tapi tenang saja sayang, ayah kamu juga sudah setuju. Semua akan berjalan lancar.” Ucap sang nenek berusaha membujuk.

Genggaman di lengan Reya mengencang. Tanda bahwa si pemilik tangan sedang berpacu dengan adrenalin.

“Hormon sialan.” Maki Reya dalam hati.

“Nenek, ini hak Desri untuk memilih jalan Desri sendiri. Desri masih mau melanjutkan pendidikan nek. Desri rasa ini terlalu terburu-buru.” Jelas sang gadis panjang lebar.

“Desri benar bu. Maaf sebelumnya, sebenarnya aku juga merasa ini masih terlalu cepat untuk Desri bu.” Tante Sarah ikut menimpali.

Reya berusaha mati-matian melepaskan genggaman Desri di lengannya. Gadis itu ingin cepat-cepat keluar dari situasi ini. Reya tidak tahan, oh kakek di surga. Lihatlah wajah istri tercintamu yang sekarang menjadi semerah kepiting rebus. Hanya tinggal hitungan detik sebelum wanita tua itu meledak.

“Diam kamu Sarah! Kamu tidak tahu apa yang terbaik untuk cucuku di masa yang akan datang.” Ucap wanita itu murka. “Setelah sebelumnya berani mengundang gadis petakilan itu kemari, sekarang kamu ingin membatalkan perjodohan anakmu sendiri?!”

Tante Sarah menunduk segan. Berusaha menghindari amukan sang ibu mertua.

“Wina hentikan.” Ucap Arman menengahi. “Perjodohan ini ada karena janjiku dan Satria dulu dengan tujuan menjodohkan anak kita. Tetapi karena tidak ada di antara kita yang memiliki seorang putri, perjodohan ini terpaksa dilanjutkan oleh keturunan mereka.” Lanjut sang kakek.

“Lalu apa lagi masalahnya sekarang. Aku sudah menghadirkan seorang putri di hadapanmu.”

“Memang benar perjanjian ini terjadi di antara kita, tetapi yang berhak memutuskan siapa calon pengantinnya adalah cucuku sendiri.” Lelaki itu melirik kedua gadis di hadapannya. “Aku bahkan tidak menyangka kamu bertindak egois dengan hanya menghadirkan satu cucu perempuan Satria.”

Reya paham sekarang. Kenapa sang nenek yang memintanya untuk hadir ke sana, justru enggan hanya untuk sekedar menanggapi eksistensi gadis tersebut.

Memang sudah begini. Sejauh yang Reya ingat, sang nenek tidak pernah cukup senang dengan kehadiran keluarga Reya. Seolah sang ayah adalah anak tiri di keluarga beliau. Reya sedikitnya tahu, ini terjadi karena penolakan yang ayah Reya lakukan dulu.

Kakek Reya adalah mantan perwira TNI pada masanya. Om Dani si anak pertama mengikuti jejak sang ayah menjadi tentara, sedangkan Om Dody adalah seorang polisi. Hanya ayah Reya si anak tengah yang memilih jalan yang berbeda.

Darma punya kelebihan besar di bidang akademik. Tetapi sang ibu tidak melihat itu sebagai hal spesial dikarenakan sang anak tidak ingin menjalani kehidupan yang sudah susah payah ia siapkan. Ketegangan antara ibu dan anak itu tanpa sadar ikut berimbas hingga sekarang.

“Tentu aku menepati janjiku Arman. Cucu perempuanku yang lainnya masih balita, apa yang bisa ku lakukan?” Ujar sang nenek membela diri. “Aku hanya tidak yakin mereka cukup pantas untuk perjodohan ini. Lihat saja buktinya, Friska sudah memiliki kekasih. Dan gadis di hadapanmu itu...” ia melirik Reya.

“Aku tidak yakin dia lebih baik dari Desri.” Sambungnya dingin.

Dahi Reya mengkerut. Urat lehernya menjalar penuh. Apa yang wanita tua bangka itu katakan sebelumnya? Dia tidak lebih baik dari Desri?

Faktor umur pasti telah membuat penglihatan sang nenek memburuk sehingga tidak bisa melihat perbedaan keunggulan antara dirinya dan Desri. Reya tidak tahan, dia tidak datang ke sini untuk mendapati dirinya di rendahkan di depan orang lain. Maka dengan raut sombong, gadis itu berkata berang. “Apa baginda ratu tidak tahu? Hamba lulus jalur prestasi di Universitas X.”

Semua yang ada di ruangan itu terkejut. Jarang sekali ada mahasiswa yang lulus jalur prestasi di Universitas ternama itu karena persaingannya yang ketat. Desri bahkan gagal dan terpaksa memilih Universitas lain.

“Karena itu juga... terimakasih, tapi saya tidak tertarik dengan perjodohan ini. Permisi.”

Gadis itu berlalu setelah menunduk sopan pada tamu yang ada di ruangan itu. Tetapi, belum sempat kakinya melangkah lebih jauh, sang nenek tertawa remeh di singgasananya.

“Lalu apa bagusnya itu, kalau kamu bahkan tidak punya biaya untuk masuk ke sana.”

Reya mematung, bagaimana bisa wanita itu tau soal masalah ini? Gadis itu berbalik lalu menatap neneknya tajam.

“Kamu pikir wanita tua ini tidak tahu apa-apa? Tempo hari ayahmu datang ke sini, meminta bantuan untuk membiayai pendidikan putri tercintanya.” Wina menyipitkan mata, menatap sang cucu tak kalah tajam. “Seharusnya kamu cukup tahu diri dengan tidak memilih tempat itu, lalu melimpahkan beban pada kedua orang tuamu.”

Reya merasa tempat ia berpijak berputar cepat, berusaha menelan gadis itu. Rasa bersalah mulai menjalari tubuhnya seperti akar tanaman rambat. Jika biasanya ia mampu membalas perkataan sang nenek dalam sekejap mata. Kali ini lidahnya kelu, tidak ada sepatah kata pun yang keluar di otak gadis itu.

Neneknya benar, Reya telah melimpahkan kesialan pada kedua orang tuanya. Padahal ia tahu betul kondisi ekonomi keluarga mereka. Seharusnya ia tidak mengacaukan beasiswanya seperti ini.

Reya tidak tahan. Gadis itu menggenggam telapak tangannya hingga buku buku jarinya memutih.

“Itu bukan urusan nenek. Memangnya sejak kapan nenek peduli soal cucunya yang satu ini?” Ujar sang gadis dengan intonasi jenaka. Reya bahkan terkekeh miris di akhir kalimatnya.

Tidak ingin mendengar sepatah katapun lagi. Reya berjalan keluar dari rumah besar tersebut. Mengabaikan teriakan Desri yang memanggil namanya. Peduli setan, kali ini harga dirinya cukup terluka.

Baru saja turun dari teras rumah, langkah Reya kembali terhenti. Entah karena tersulut emosi, atau penglihatan yang terhalang air mani—maksudnya mata. Gadis itu menabrak seseorang hingga ia hampir jatuh tersungkur jika saja sebuah tangan tidak menarik lengannya dengan cepat.

“Kamu baik-baik saja?” tanya sebuah suara yang cukup untuk membuat Reya merinding sebadan-badan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!