Skip malam hari
"Wahyu perjanjian pertemuan kamu dengan calon tunangan kamu akan mama jadwalkan hari Sabtu besok!!" Ucap Mama Aliya saat melihat kedatangan Wahyu. Wahyu sontak langsung memberhentikan langkahnya. Ia lagi lagi menatap mama nya dengan tatapan kesal. Wahyu sudah memperingatkan berkali-kali kepada Mama Aliya. Namun sepertinya omongannya hanya dianggap angin lalu.
"Kalau Wahyu tidak mau bagaimana ma?" Ucapan Wahyu mendadak dingin. Entahlah mungkin karena Mama Aliya selalu menekan Wahyu membuat Wahyu berubah sikap. Bahkan seperti nya ia akan jarang pulang karena malas meladeni mama nya.
Mama Aliya yang melihat perubahan Wahyu sangat terkejut. Wahyu yang ia kenal sangat ramah dan sangat mudah menyapa mendadak menjadi dingin. Hawa sekitar ruang keluarga mendadak menjadi dingin.
Mama Aliya menatap datar Wahyu. Ingin rasanya Mama Aliya buang Wahyu ke dasar laut. Namun Wahyu adalah anak kesayangannya. Tak mungkin jika melakukan hal hal aneh. Mama Aliya menghela nafas kasar.
"Mau tidak mau kamu harus mau!! Karena mama tidak menerima penolakan" Jawab Mama Aliya.
"Terserah mama. Wahyu malas meladeni mama!!" Jawab Wahyu. Setiap kali ia datang ke rumah pasti Mama Aliya selalu membahas itu. Sungguh menyebalkan.
Keesokan harinya
Di fakultas Wahyu dan Windah sudah datang lebih pagi. Mereka bertemu dengan senyuman keduanya yang mengembang.
"Akhirnya ay masuk juga" Jawab Windah dengan senyum manisnya. Windah sudah menunggu Wahyu masuk ke fakultas. Akhirnya Wahyu datang.
"Hahaha iya ay ayo kita masuk nanti bel masuk loh. Kamu mau kita dihukum dibawah tiang bendera?" Jawab Wahyu langsung di gelengkan oleh Windah.
Setelah sampai di dalam kelas Wahyu segera menceritakan yang sebenarnya kepada Windah. Windah yang tahu itu hanya bisa menahan tangis.
"Oh gitu ya. Emm nggak papa kok" Windah memalingkan wajahnya berusaha menahan air mata yang ia tahan. Hatinya terasa sakit.
"Apakah mungkin ini akhir perjuangan ku mempertahankan mas Wahyu? Apakah aku harus menyerah?" Batin seorang Windah.
"Windah lihat aku. Dengar walaupun malam ini aku melakukan pertemuan dengan wanita pilihan mama, belum tentu aku menyukainya. Aku hanya menyukaimu. Dan ingat, di dalam hati ku hanya ada kamu. Tidak ada wanita lain yang bisa menggantikan kamu di hati aku" Tutur Wahyu dengan sorot mata yang tulus.
Windah tertegun mendengar kekasih nya berucap kata manis. Semanis gula menurutnya. Windah mengangguk percaya. Percaya akan semua yang Wahyu katakan padanya. Selama bertahun tahun ini, Windah dan Wahyu menghabiskan waktu bersama. Tidak pernah ada kebohongan diantara kedua. Kedua nya selalu jujur dan terbuka satu sama lain.
"Aku berharap mas Wahyu tidak seperti pria diluar sana. Akan meninggalkan kekasihnya hanya karena wanita yang akan dijodohkan oleh pria itu jauh lebih sempurna daripada kekasihnya" Lirih Windah. Windah paham Wahyu adalah laki laki normal. Ia masih paham akan nafsu seorang pria.
"Aku tidak akan pernah mengkhianati kamu sayang. Kalau aku mengkhianati kamu, aku bersumpah demi tuhan jikalau aku berdusta kepadamu maka aku akan ditimpa batu yang panas dan api yang mengalir akan siap menjadi hukumanku" Jawab Wahyu.
Windah tersenyum. Ia percaya jika kekasihnya tidak akan seperti itu. Wahyu mengajak Windah pergi ke kelas. Karena dosen sebentar lagi akan masuk.
Siang harinya
Rumah Windah
"Windah akhirnya kamu datang. Nak bunda sudah membelikan kamu dress. Kamu pakai ya nanti" Ucap Bunda Hafizah yang sukses membuat alis Windah berkerut.
"Dress bunda? Memangnya kita mau kemana bunda? Bunda ada buat janji dengan teman bunda?" Tanya Windah yang membuat Bunda Hafizah hanya tersenyum dengan senyuman mengembang.
"Ish bunda kok malah diam aja sih. Istighfar bunda. Jangan banyak senyum nggak jelas gitu. Nanti bunda Kesambet loh" Ucap Windah menatap ngeri ke Bunda Hafizah.
"Enggak nak enggak. Bunda mau bilang kalau malam ini nanti kamu akan bertemu calon tunangan kamu" Sahut Bunda Hafizah membuat mata Windah terbelalak seketika.
"A apa bunda! Pertunangan?!" Jawab Windah dengan nada lemah dan lirih.
"Iya sayang. Kamu akan bertemu dengannya. Dan bertunangan. Bunda yakin kamu pasti menyukai calon tunangan kamu. Karena dia sangat taat dalam beribadah. Bunda juga sangat yakin kalau dia cocok menjadi kekasih kamu nak sekaligus calon imam untuk kamu" Ucap Bunda Hafizah.
"Jika Windah menolak ini gimana bunda" Jawab Windah. Berharap acara pertemuan ini bisa dibatalkan. Windah belum siap untuk bertemu dengan calon tunangannya itu.
"Windah bunda mohon nak. Tolong turuti permintaan bunda. Bunda hanya ingin yang terbaik buat kamu. Kelak jika bunda sudah tidak berada di sampingmu lagi, maka tunangan kamu lah yang akan menjaga mu. Bunda mohon. Jangan tolak pertunangan ini" Ucap Bunda Hafizah seraya berharap dan memohon kepada anaknya.
Windah mengehela nafas kasar. Hatinya terasa sakit jika melihat bunda nya harus memohon seperti ini. Windah akhirnya menerima. Ia akan belajar menerima calon tunangannya. Walau kelak akan melupakan Wahyu dari pikirannya.
"Baiklah bunda. Windah tidak akan menolak. Windah tahu betul apapun pilihan bunda adalah pilihan terbaik yang sudah bunda siapkan untuk Windah. Bunda tidak perlu memohon seperti itu. Sudah cukup bunda membahagiakan Windah dari kecil. Dan sekarang mungkin saatnya Windah membalas itu semua" Ucap Windah dengan senyuman palsu. Ia tak ingin Bunda Hafizah mengetahui isi hatinya.
"Terimakasih sayang. Bunda menjamin kamu tidak akan menolak perjodohan dan pertunangan ini" Ucap Bunda Hafizah yang tadinya memasang wajah sedih sekarang berubah menampilkan wajah senyuman khas ibu ibu.
Windah mengangguk dan menatap kosong ke depan. Pikirannya sekarang melaju kemana mana. Bagaimana jika Wahyu kecewa akan keputusannya? Bagaimana dan bagaimana? Itulah yang hanya Windah pikirkan saat ini.
"Maafkan aku mas Wahyu. Mungkin cerita cinta kita cukup disini. Aku tidak akan pernah melupakan mu di sisi lubuk hati ku yang paling dalam. Namamu akan selalu ku ukir di setiap cerita dan angan angan ku. Aku juga minta maaf tidak bisa menepati janji ku. Aku terpaksa harus melakukan ini demi kesenangan bunda" Batin Windah mulai bermonolog sendiri.
Tak terasa sambil bermonolog air mata Windah turun dengan derasnya mengaliri wajah cantiknya. Windah mengenang semua kenangan cinta yang pernah ia lakukan dan ia jalankan bersama kekasihnya. Dan mungkin inilah yang membuat kisah perjalanan cinta mereka berakhir.
Segera Windah menghapus air matanya dan pergi ke kamar. Windah langsung menutup pintu dan merebahkan dirinya ke kasur dengan posisi tengkurap.
"Aku sangat tidak suka dengan dunia ini. Cintaku bertepuk sebelah tangan hanya karena perjodohan. Dunia yang sangat tidak adil" Batin Windah. Ia langsung tidur setelah lama bermonolog dengan dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments