Bab 3 : Kenyataan Pahit

Rumah Wahyu

"Mama memang mau bicarakan apa sama Wahyu" Tanya Wahyu yang sudah Stay duduk di kursi ruang keluarga.

"Mama ingin menjodohkan kamu dengan anak teman mama" Jawab Mama Aliya langsung ke inti. Tak ingin basa basi. Mama Aliya termasuk orang yang to the point.

JDERR!!. Tak ada angin, tak ada badai, tak ada hujan. Hati Wahyu serasa disambar petir. Disayat sembilu. Mendengar penuturan sang mama. Hati anak mana yang tidak sakit. Telah mencintai pasangan nya. Malah harus dijodohkan oleh orang lain. Pilihan orang tua lagi.

"Ma mama serius mau jodohin aku sama anak teman mama?" Jawab Wahyu dengan bibir bergetar. Rasanya ia tak sanggup berbicara. Terlalu sakit untuk nya.

"Iya mama serius. Dia cantik dan ramah. Kamu pasti cocok kalau sama dia" Jawab Mama Aliya membayangkan wajah calon menantunya. Tak memikirkan bagaimana perasaan Wahyu.

Wahyu mengepalkan tangannya. Apa kata mama nya tadi?. Cantik dan ramah?. Bahkan Windah lebih cantik dan lebih ramah dan lebih baik daripada pilihan mamanya. Itu yang Wahyu pikirkan.

"Wahyu ke atas dulu ma" Jawab Wahyu langsung meninggal ruang keluarga. Meninggalkan sang mama yang menatapnya bingung.

Wahyu naik ke lantai tiga dengan langkah gontai. Ia tak menyangka mamanya menjodohkan dirinya yang belum tentu ia kenal. Wahyu masuk ke dalam kamar dan mengambil handphone nya. Menghubungi kekasihnya Windah.

"Halo yang, ada apa telpon aku?" Jawab Windah. Windah pun sama rasanya dengan Wahyu. Ia merasa hancur. Melihat wajah Wahyu di telepon rasanya ingin sekali butiran bening keluar dari sudut matanya. Tapi Windah sengaja menahannya demi sang kekasih nya tak ingin ikut sedih.

"Ay belum tidur? Ini kan udah malam. Harusnya ayang tidur. Juga nggak boleh begadang" Wahyu melihat layar telepon. Rasanya tak ingin sekali berpisah dengan kekasihnya.

"Iya ini mau tidur. Ay tidur duluan aja" Windah tersenyum manis menatap Wahyu. Walaupun rasanya ingin cerita, namun Windah tak ingin menceritakan ini. Ia ingin menceritakan semua saat besok mereka ke fakultas.

"Oke. Ayang harus ingat. Kita akan selalu bersama sama. Tunjukkan sama dunia kalau cinta kita itu kuat. Dan jangan biarin penghalang menang. Percaya kekuatan cinta dan takdir Allah akan memihak kepada kita" Jelas Wahyu melalui sambungan telepon. Ucapan Wahyu diangguk kan oleh Windah.

Sambungan terputus. Kedua pasangan bucin itu terlelap dalam tidurnya karena lamanya mereka menangis. Mereka menangis bukan tanpa sebab. Namun kesedihan mendalam harus mereka rasakan saat tahu orang tua mereka akan menjodohkan mereka kepada orang lain.

***Pagi hari***

Di fakultas

"Ay, aku mau ngomong sesuatu sama kamu" Windah membuka pembicaraan. Wahyu setuju dan berdiri. Membiarkan sang kekasih menarik tangannya dan membawanya entah kemana.

Di taman belakang sekolah. Taman fakultas dengan beragam banyak jenis bunga. Tak hanya itu, berbagai kupu kupu juga ikut berbondong-bondong untuk menghisap bunga. Keceriaan taman tersebut terlihat semakin berwarna pagi ini.

"Yang, aku mau cerita boleh kan" Tanya Windah menatap dalam mata Wahyu. Wahyu mengangguk membiarkan sang kekasih bercerita.

"Kamu mau cerita apa ay" Jawab Wahyu. Pria dengan menggunakan kemeja putih itu merapatkan duduknya di samping Windah.

"Semalam, bunda menjodohkan aku dengan seseorang yang nggak aku kenal yang" Windah menangis sejadi-jadinya. Rasa sedihnya ia luapkan kepada sang kekasih.

DEGG~~~

Jantung Wahyu berdebar. Apa ia tak salah dengar? Kekasihnya juga akan dijodohkan. Kenyataan pahit apa ini. Kenapa tuhan memberikan cobaan yang sangat berat. Ingin rasanya ia menangis. Tapi melihat sang kekasih juga hancur perasaan nya membuat Wahyu harus tetap tegar dan menenangkan sang kekasih.

"Ud udah jangan nangis. Masa Windah yang aku kenal cengeng sih. Kekasih aku tuh nggak pernah nangis" Jawab Wahyu menenangkan Windah yang menangis sesenggukan. Padahal hatinya juga hancur. Wahyu harus tetap tegar.

"Tapi bunda egois yang, masa dia mau jodohin aku sama orang lain. Aku nggak mau yang. Aku cuma mau kamu. Kenapa bunda jadi seenaknya gini" Curhat seorang Windah. Sekuat apapun Windah. Ia akan tetap menangis. Dia hanya manusia biasa. Yang tak bisa apa apa. Dia hanya perempuan. Walau fisik nya kuat namun sewaktu-waktu bisa rapuh.

"Kamu tau ay. Aku juga dijodohin sama mama. Tapi aku nggak mudah menangis ay. Karena kamu harus tahu. Menangis bukan salah satu solusi untuk mencari jalan keluar ay. Dan aku paling nggak suka lihat air mata ini keluar dari sudut mata kamu!" Jawab Wahyu. Wahyu mengulurkan tangannya untuk mengusap air mata yang ada di pipi mungil Windah. Windah lebih tenang. Setelah mengeluarkan semua isi hatinya yang bergejolak sejak malam hari.

"Mama kamu juga jodohin kamu?" Tanya Windah. Tak menyangka ternyata orang tua Wahyu juga menjodohkan Wahyu dengan orang lain. Nggak bisa. Wahyu cuma punya Windah. Nggak boleh ada yang ngambil Wahyu selain Windah!. Itu yang ada di dalam hati Windah.

"Iya ay. Tapi kamu tenang saja. Karena aku tidak akan berpangling dari bidadari cantik aku ini. Aku akan tetap sayang kamu ay. Kamu cuma yang aku cintai. Aku akan mertahankan kamu sebisa aku. Walau orang tua kita akan menjodohkan kita. Kita bisa mencari solusi bersama untuk menghindari nya" Wahyu menjelaskan. Karena cuma Windah yang membuat Wahyu menjadi tukang gombal dan bucin.

Windah sangat salut dengan ucapan kekasihnya. Pipinya merah merona menahan malu. Wahyu memang sangat jago jika disuruh gombal. Tapi apa yang dibilang Wahyu ada benar nya. Lebih baik mencari solusi bersama daripada menangis sendirian. Karena itu tidak akan pernah menyelesaikan masalah.

"Udah ya jangan nangis lagi. Katanya nanti malam mau ke pasar malam" Wahyu teringat janji nya kemarin bersama Windah untuk pergi ke pasar malam nanti pukul 7 malam.

"Iya aku ingat kok. Aku janji nggak akan nangis lagi" Jawab Windah yang mulai ceria. Terlihat bersemangat kembali. Harapan sinar memang hanya ada pada Wahyu. Windah berharap perjodohan itu bisa dibatalkan.

"Nanti malam kita habiskan malam bersama. Jadikan malam bersejarah. Ingat, harus punya kenangan berupa foto ataupun benda" Wahyu mengusap kepala Windah. Windah mengangguk. Windah juga ingin mengabadikan momen bersama kekasihnya di pasar malam.

"Ya udah ayo masuk ke fakultas. Nanti bel bunyi nggak kedengaran. Mau dihukum sama dosen?" Wahyu berdiri. Windah menggeleng. Wahyu tersenyum. Lalu menarik tangan Windah untuk pergi meninggalkan taman. Mereka kembali ke fakultas. Untung saja kelas mereka belum masuk. Jika sudah masuk bisa habis karena mereka telat. Apalagi yang mengajar adalah guru laki laki yang ternyata guru killer.

Terpopuler

Comments

there

there

jangan jangan orang tua mereka saling kenal

2024-05-08

0

🌷⃝Nͨeͣsᷠyᷤa

🌷⃝Nͨeͣsᷠyᷤa

nggak usah jauh jauh. cinta kalian itu udah jelas kuat

2023-12-22

1

🌷⃝Nͨeͣsᷠyᷤa

🌷⃝Nͨeͣsᷠyᷤa

bucin

2023-12-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!