Malam Hari :
"Rani, kamu bangunin kakak kamu ya. Kayaknya masih tidur deh. Soalnya tadi mama lihat Wahyu capek banget" Ujar mama Aliya menyuruh Rani yang sudah duduk stay di kursi meja makan.
"Oke mah" Tanpa banyak protes, Rani langsung berjalan menuju kamar sang kakak yang ada di lantai 3. Ketika sudah sampai di depan pintu kakaknya, Rani segera mengetuk pintu kamar sang kakak.
"Kakak ayo bangun kita makan malam" Jawab Rani yang dari luar. Ia menunggu jawaban dari sang kakak.
"Iya, adek ke bawah dulu aja. Nanti kakak nyusul. Kakak masih mau mandi" Jawab Wahyu dari dalam kamar. Dirinya memang baru bangun saat mendengar suara Rani.
"Oke. Jangan lama lama ya" Jawab Rani dari luar dan langsung pergi kembali ke meja makan.
"Loh Rani kemana kakak kamu?" Tanya Mama Aliya heran. Selalu nya jika Rani membangunkan Wahyu, kedua kakak adek itu akan turun bersama sama.
"Katanya mau mandi dulu ma. Mungkin bentar lagi turun" Jawab Rani sambil memakan marshmellow kesukaannya. Tak bisa dibayangkan jika hidupnya tanpa marshmellow.
Tak tak tak~~
Suara tangga terdengar dari atas. Seseorang dengan wajah segar dan gagah lengkap dengan pakaian tidur.
"Maaf ya nunggu lama" Jawab Wahyu. Seseorang tersebut adalah Wahyu yang baru saja turun dari kamarnya. Baru saja ia menyelesaikan ritual mandinya.
"Kakak lama banget sih. Ish adek dah laper dari tadi juga" Rani mengerucutkan bibirnya. Sebal menunggu sang kakak yang tak kunjung turun. Sampai pada saat marshmellow nya habis baru turun.
"Maaf ya dek. Masa iya kakak cuma mandi 5 menit. Mandi apaan coba" Wahyu terkekeh. Ia tahu adiknya itu sedang kesal. Jika wajah Rani terlihat kesal sangat terlihat bahwa Rani sedang ngambek.
"Sudah sudah ayo makan. Wahyu nanti ikut mama ke ruang keluarga sebentar ya. Ada yang mau mama bicarakan" Jawab Mama Aliya melerai Wahyu dan Rani. Sekaligus harus ada yang dibicarakan.
"Oke ma" Jawab Wahyu. Keluarga kecil itu pun makan dengan tenang. Ayah Wahyu dan Rani telah menghilang dan tak ada kabar. Dulunya ayah Wahyu dan Rani bilang ingin merantau. Namun sampai saat ini tak ada tanda tanda kepulangan sang ayah. Sampai sampai Mama Aliya lah yang harus banting tulang membeli rumah dan demi mencukupi kebutuhan.
Rumah Windah
Ruang keluarga
"Bunda, besok nggak usah nyuruh pak Edy jemput aku ya" Windah membuka topik pembicaraan terlebih dahulu. Karena ia baru selesai melakukan shalat isya.
"Loh emang kenapa? Mobilnya mogok? Kan enak diantar jemput pak Edy. Jadi kamu nggak kepanasan" Bunda Hafizah, bunda Windah yang sabar dan juga selalu mengajarkan budi pekerti kepada anaknya agar menjadi anak yang baik dan tak pernah menaruh rasa dendam.
"Bukan gitu bunda. Tapi besok Windah mau janjian sama temen Windah ke pasar malam. Kan bunda sendiri yang ngasih tahu ke Windah. Kalau jika sudah janji harus ditepati bukan di ingkari" Jawab Windah apa adanya. Karena memang bunda nya mengajarkan ia dengan jujur dan selalu menepati janji kepada siapapun.
"Oh ya udah. Teman kamu kan. Bunda izinkan. Asal jangan pulang malam. Ingat nggak baik anak gadis pulang nya malam" Jawab bunda Hafizah. Pesannya langsung di anggukkan dengan cepat oleh Windah.
"Oh iya Windah, bunda mau ngomong sesuatu sama kamu, penting" Wajah bunda Hafizah mendadak serius. Tak seperti biasanya yang penuh canda tawa. Sikap bunda Hafizah membuat Windah heran.
"Memang bunda mau ngomong apa?" Jawab Windah dengan rasa penasaran. Apa yang membuat bunda nya serius seperti ini.
"Nak, kamu anak satu satunya bunda. Bunda mau yang terbaik buat kamu. Bunda nggak bisa selamanya ada di samping kamu. Jadi, kamu bunda niatkan dijodohkan dengan anak teman bunda" Jawab bunda Hafizah dengan tegas.
JDERR!!
"Apa bunda! Dijodohkan??" Jawab Windah dengan perasaan was was. Ia tak menyangka jika yang dirinya bayangkan menjadi kenyataan.
"Iya. Bunda jodohkan kamu dengan anak teman bunda. Dia baik dan juga taat dalam beribadah" Jawab bunda Hafizah.
Windah tidak mendengarkan ucapan bunda Hafizah. Perjodohan?? Hanya itu yang ia pikirkan. Jika ia dijodohkan, bagaimana dengan Wahyu? Bahkan Windah tidak kenal dengan teman yang bunda ceritakan. Bertemu saja tidak. Bagaimana aku harus menerima perjodohan ini?.
Memilih tetap setia kepada Wahyu sampai jenjang pernikahan. Itu yang Windah pikirkan sekarang. Tak ada kata perjodohan dalam benaknya. Seburuk buruknya Wahyu, sejelek jeleknya Wahyu, tetap dirinya lah yang selalu ada disaat ia terpuruk. Mungkin kali ini, Windah harus melawan bunda. Walau hati sakit melawan bunda, tapi ini tidak adil.
"Maaf bunda, tapi Windah menolak perjodohan ini" Jawab Windah dengan halus. Jawaban dari Windah membuat bunda Hafizah mengerutkan keningnya.
"Kenapa? dia baik kok. Dia juga pasti akan menerima kamu apa adanya" Jawab bunda Hafizah meyakinkan Windah.
"Windah udah punya kekasih bunda. Windah hanya menyayangi kekasih Windah. Windah sudah terlanjur nyaman dengan nya. Windah juga tak ingin pergi jauh dari diri nya" Jelas Windah. Jelas saja bunda Hafizah kaget mendengar penuturan anaknya. Tak habis pikir, anaknya memiliki kekasih? bahkan Windah saja tak pernah cerita kepadanya.
"Kenapa kamu baru bilang sekarang ke bunda?" Jawab bunda Hafizah. Merasa kecewa putri satu satunya menolak perjodohan yang sudah di buat matang matang.
"Windah takut bunda marah. Itu saja. Bunda jangan khawatir. Kekasih Windah baik kok. Taat agama juga" Jelas Windah meyakinkan bunda Hafizah.
"Tapi sayang, kamu sudah bunda takdirkan dengan pilihan bunda. Bunda mohon kali ini saja. Turuti permintaan bunda. Bunda hanya ingin yang terbaik untuk kamu" Jawab bunda Hafizah. Ia mendekat berusaha memegang bahu Windah. Tapi apa daya, Windah semakin mundur seakan kecewa kepada bunda nya yang sekarang berubah menjadi egois.
"Bunda egois!! Windah tetap tidak mau. Windah tetap akan bersama pilihan Windah sendiri" Windah segera berlari ke kamar dan menutup pintunya dengan kencang dan mengunci nya.
Ia terduduk shock di balik pintu sambil memegang lututnya. Butiran bening mengalir dari sudut matanya yang terpancar indah. Windah tak tau harus bagaimana menjelaskan nya kepada Wahyu. Windah berniat akan menjelaskan pelan pelan kepada Wahyu agar Wahyu percaya dan tidak salah paham. Windah yakin Wahyu sang kekasih bisa memberikan solusi kepada dirinya. Lagi lagi dirinya terpuruk setelah sekian kali terpuruk dan shock.
Sedangkan bunda Hafizah hanya bisa menghela nafas. Ia tahu anaknya butuh berpikir. Bunda Hafizah memberikan waktu dan memberikan ruang kepada Windah. Apalagi setelah ini, bunda Hafizah harus bekerja di perusahaan milik temannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
there
bunda, kasih kesempatan dulu buat windah kenalin pacar nya .
2024-05-08
0
🌷⃝Nͨeͣsᷠyᷤa
keputusan kamu itu udah bener Windah lebih baik memilih setia dengan Wahyu
2023-12-22
1
🌷⃝Nͨeͣsᷠyᷤa
iya mandi 5 menit bukan mandi sih 🙃
2023-12-22
1