Mentari
Seiring berjalannya waktu Mentari tumbuh menjadi gadis dingin dan pendiam. Tak pernah ada senyuman di balik bibirnya selama beberapa tahun terakhir ini.
Kebisuannya membuat semua orang selalu mengatainya bisu dan aneh.
Bahkan setiap di tanya Mentari akan selalu bungkam tak pernah mau bicara. Mentari akan berbicara lewat catatan yang selalu Mentari bawa. Namun Mentari akan menjadi sosok hangat hanya pada Shofi dan Fatih saja terutama pada Alana.
Aura kecantikannya terpancar hebat membuat kau Adam terhipnotis oleh tatapan teduh Mentari. Namun siapa sangka tak ada yang berani mendekati Mentari karena di balik tatapan teduh itu menyimpan tatapan yang tajam menghunus ke setiap persendian.
Keadaan yang membuat Mentari tumbuh seperti itu. Kasih sayang yang Shofi dan Fatih berikan tak membuat Mentari bisa dengan mudah menerima orang baru di hidupnya sangat sulit hingga Mentari memilih menutup semuanya.
Apalagi semenjak Richard selalu menjadi musuh baginya dari kecil hingga beranjak dewasa selalu menatap sinis akan ketidak sukaan.
Namun bagi Mentari Shofi dan Fatih segalanya Mentari tak mau membuat Shofi dan Fatih kecewa hingga di sana Mentari selalu berusaha membuat bangga Fatih dan Shofi.
Di dunia Mentari hanya ada kata belajar dan belajar, sukses membanggakan kedua orang tua angkat dan keluarganya di Indonesia.
Apalagi Mentari harus kembali ke Indonesia karena panggilan yang mengharuskan Mentari kembali pada negara di mana ia dilahirkan. Karena ada tanggung jawab besar yang menunggu Mentari di sana.
Tapi bukan itu yang menjadi keganjalan hati Mentari akan tetapi tatapan permusuhan yang selalu terpancar jelas di mata Richard seolah Richard membenci Mentari tanpa sebab.
Apa salah Mentari hingga membuat Richard seperti itu. Kadang Mentari selalu bingung apa salahnya kenapa Richard selalu menatapnya seperti musuh. Padahal Mentari tak pernah berbuat salah sedikit pun apalagi bicara dengan Richard karena setiap bertemu Richard selalu menatapnya tajam hingga membuat Mentari bungkam.
Kadang Mentari ingin menangis kenapa Richard seolah membencinya bahkan sikap Richard berbeda balik dengan Alana.
Richard selalu lembut dan penuh kelembutan setiap bicara atau memperlakukan Alana.
Entahlah, itu selalu menjadi teka teki bagi Mentari yang tak bisa memecahkannya.
Sikap Richard dan Richo benar-benar berbeda.
Richo yang hangat dan humoris membuat Mentari nyaman berada di dekat Richo bahkan Richo satu-satunya orang yang selalu memperlakukan dirinya dengan baik.
Walau Mentari tahu Richo sangat dingin sekali pada Alana. Entahlah kenapa sikap kedua kakak beradik itu benar-benar bertolak belakang.
Richo yang hangat pada Mentari dan dingin pada Alana. Sedang Richard menatap permusuhan Mentari sedang pada Alana Richard selalu menatapnya hangat.
Sungguh Mentari tak mengerti akan hal itu kenapa bisa dia berada di posisi yang sangat membingungkan.
Alana Galianna Al-biru, putri pertama Fatih dan Shofi.
Alana lahir ketika Mentari sudah empat bulan tinggal di Jerman.
Gadis mungil penuh keceriaan telah tumbuh menjadi seorang remaja yang sangat cantik dan anggun. Lahirnya Alana tak membuat kasih sayang Shofi dan Fatih berkurang. Shofi dan Fatih selalu memperlakukan keduanya sama. Hingga tak ada rasa iri atau dengki di hati Mentari ataupun Alana.
Apalagi Alana belum tahu jika Mentari bukan kakak kandungnya. Shofi dan Fatih menutup rapat akan hal itu bahkan menyuruh semua orang menutup rapat kenyataan bahwa Mentari bukan kakak kandung Alana melainkan kakak sepupunya. Alana pun sangat menyayangi Mentari bahkan sangat manja pada Mentari.
Namun semuanya berubah saat itu saat dimana beberapa hari sebelum kepulangan Mentari ke Indonesia.
Entah apa yang terjadi Mentari tak mengerti namun Mentari tak bisa meminta penjelasan di saat Alana menatapnya dingin.
Tak ada tatapan sayang dan cinta hanya ada tatapan luka dan kecewa. Entah apa yang terjadi Mentari tak tahu.
Masih terbayang di ingatan Mentari bagaimana tatapan itu menghunus jantungnya membuat Mentari sesak.
Bagaimana mungkin Mentari pergi meninggalkan luka di hati adik tersayangnya.
Tatapan itu masih menjadi tanda tanya bagi Mentari sampai saat ini. Bahkan di hari itu pula Richard semakin membuat Mentari ingin menangis Mentari ingin berteriak.
Kenapa?
Apa salahnya?
Apa?
Apa?
Apa salahnya hingga membuat kedua orang yang sangat Mentari cintai menatapnya penuh kebencian.
Mentari hanya bisa diam dengan kebisuan sulit mengungkapkannya dengan sebuah kata.
Hatinya terlalu sakit dan terluka, terluka yang tak mengerti apa sebabnya.
Siapakah yang bisa menjelaskan akan luka itu kenapa semua orang seolah membenci kehadiran Mentari.
"Kakak hati-hati di jalan, kalau sudah sampai hubungi mommy segera!"
Ucap Shofi memeluk erat putri sulungnya dengan linangan air mata.
Shofi menatap Mentari selalu sama, penuh kasih sayang dan cinta.
Mentari tak bisa menahan air mata yang sendari tadi ia tahan ternyata tumpah juga ketika di hadapan Shofi. Sungguh Mentari tak bisa menyembunyikan apapun pada Shofi karena Shofi tahu semuanya tanpa ia katakan.
Shofi segalanya bagi Mentari dan kini tiba saatnya dia harus pergi meninggalkan sang mommy dan sang Daddy.
Sesaat Mentari menatap sendu pada adiknya yang malah membuang muka seolah tak mau melihat dirinya.
"Mommy jaga kesehatan ya, jangan lupa minum obat. Kakak janji kakak akan berkunjung bila ada waktu senggang!"
Fatih mengelus putri sulungnya dengan penuh kasih sayang.
Cup ...
Kecupan lembut Fatih berikan di kening Mentari membuat Mentari pasti merindukan hal ini.
"Dad!"
"Jaga diri baik-baik, bila ada kesempatan Daddy pasti berkunjung!"
Mentari memeluk erat Fatih seolah ini adalah perpisahan terakhir bagi mereka.
"Sayang!"
Alana hanya diam saja dengan wajah datarnya. Hati Mentari berdenyut nyeri melihat adik kesayangannya menjadi dingin seperti itu.
Panggilan itu memang Mentari sematkan buat Alana. Tak ada senyuman di bibir mungil Alana bahkan Alana seolah menginginkan ia pergi.
Kenapa dengan kamu sayang, mana senyumannya tolong jangan siksa kakak dengan kebisuan mu. Apa salah kakak kenapa kamu berubah!
Jerit batin Mentari pilu, Mentari hanya bisa memeluk erat Alana yang tak memberikan pelukan balik.
Biasanya Alana orang yang paling merengek jika Mentari pergi. Bahkan jika Mentari ke mana-mana Alana harus ikut mereka seperti tak bisa di pisahkan. Ada Mentari maka pasti ada Alana. Ada Alana maka pasti ada Mentari itulah mereka dulu.
"Sayang!"
"Kakak!"
Cegah Shofi menahan lengan Mentari yang akan mengejar Alana yang berlari meninggalkan bandara.
"Mom!"
"Biarkan, mungkin Alana butuh waktu. Alana tak terima kakak pergi!"
Mentari begitu miris Shofi dan Fatih tak tahu apa yang terjadi pada mereka.
"Cih!"
Tatapan elang menghunus tajam dengan rahang mengeras. Entah masalahnya apa kenapa Richard begitu membenci Mentari.
Richard berlalu begitu saja memilih mengejar Alana yang pergi dari pada melihat drama yang membosankan.
Lagi-lagi hati Mentari di buat sakit dengan semuanya.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...
Saksikan kisah Mentari di Bab Novel selanjutnya!!!!!!
Penasaran!!!
Jangan lupa tinggalkan komentar???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments