Bab 4 Diam

Mentari menikmati hari-hari ia mengelola perusahaan bahkan Mentari datang sebelum karyawan datang lima menit sebelum para karyawan datang. Sungguh benar-benar disiplin membuat Mentari tahu siapa saja orang yang serius dan tak serius bekerja.

Bahkan Stephen pun harus kembali mengatur waktu bangunnya jangan sampai seperti kemaren ia kesiangan bagi Mentari padahal itu jam pas bagi Stephen namun apalah daya Stephen tak bisa menolak ketika ia di marahi.

Bahkan para karyawan yang tadinya sangat santai kini mereka tak bisa seperti itu, jika melanggar siap-siap saja mereka harus hengkang dari perusahaan.

Kedisiplinan dan ketertiban yang Mentari lakukan banyak mengundang kegaduhan namun Mentari tak peduli siapa yang tak suka maka mereka harus keluar. Terdengar kejam namun begitulah cara Mentari bekerja. Jangan hanya meminta gajih besar jika potensi mereka saja tak di tingkatkan namun Mentari tak segan memberi bonus besar bagi siapa yang memuaskan dia dalam bekerja dan bersih dalam melakukan tugasnya.

Mentari akan menghargai sesuai kinerja mereka sendiri dan tak memandang siapa pun yang ingin ia depak walau itu karyawan lama, jika ada catatan kecurangan jangan harap Mentari berbelas kasih.

Dunia kerja memang seperti itu, sangat keras namun kita harus tetap jujur.

"Aku sangat suka dengan nona Mentari, dia sangat keren!"

"Mana ada, dia menyiksa kita tahu!"

"Ih, kamu saja yang malas bekerja!"

"Tapi nona Mentari sedikit kejam!"

"Gak lah, itu namanya keren!"

"Benar tuh, bahkan nona Mentari walau kita harus kerja pada waktunya pulang pun sama!

"Hm!"

"Walau terdengar kejam aku menyukainya,"

Beberapa karyawan terus saja membicarakan Mentari ada yang suka ada juga yang tidak tapi itulah dunia. Kita tak bisa meminta orang untuk suka, biarkan mereka yang menilai sesuka mereka sendiri toh Mentari tak akan rugi sedikitpun.

"Dengar-dengar divisi keuangan ada yang di keluarkan?"

"Masa sih!"

"Benar,"

"Siapa?"

"Katanya sih pak Dodi!"

"Apa dia melakukan kesalahan, selama aku mengenalnya pak Dodi sangat baik!"

"Aku tak tahu yang pasti, hari ini pak Dodi sudah tak bekerja lagi!"

"Seperti nya kita harus hati-hati, pak Dodi saja yang sudah lama bisa di tendang apa lagi kita!"

"Benar!"

Desak desuk lagi para karyawan di sebrang sana bicara. Mereka tak tahu jika orang yang mereka bicarakan ada di salah satu antara para karyawan yang sedang makan siang.

Mentari hanya diam saja ia menulikan telinganya.

Sedang Stephen sudah sangat pucat takut Mentari marah, Stephen belum melihat bagaimana marahnya Mentari karena selalu diam.

Mentari masa bodo saja, ia malah tenang melanjutkan makannya sudah selesai Mentari langsung pergi menuju ruangannya.

Deg ..

Kumpulan divisi Marketing terkejut melihat Mentari ada bahkan ternyata duduk di belakang mereka. Wajah mereka pucat pasih takut Mentari mendengar.

Mentari dengan santai melewati mereka membuat mereka bukannya bernafas lega namun malah semakin takut karena diamnya Mentari bisa berbahaya.

Bahkan pemecatan pak Dodi pun menggegerkan para karyawan terutama bagian divisi keuangan yang satu kubu dengan mereka.

Mereka belum tahu bagaimana sikap asli bos barunya ini karena selama tiga bulan mereka memerhatikan Mentari mereka belum menemukan celah sedikitpun.

Mentari bos yang pendiam dan jarang bicara, tak ada senyuman atau sapaan dari bibirnya.

Namun ketika meeting ucapannya terdengar singkat, dingin dan penuh ketegasan. Tak banyak bicara namun bicaranya membuahkan hasil. Itulah yang para karyawan dengar dari beberapa petinggi yang mengikuti meeting.

Mereka semua menunduk takut ketika Stephen menatap mereka tajam. Mereka tahu siapa Stephen ini. Dia bukan hanya sekedar asisten tapi lebih entahlah mereka tak biasa menjelaskannya.

Yang mereka tahu Stephen adalah anak dari pak Dom dulu yang mengelola perusahaan ini ketika tak ada yang memimpin.

Apalagi Stephen orang kepercayaan tuan Al-biru. Siapa yang tak kenal dengan keluarga satu itu. Keluar yang tertutup dari dunia Maya bahkan jika ada yang berani meliput siap-siap saja perusahaan mereka menurun seketika.

Pengaruh keluarga Al-biru memang tak di ragukan lagi. Bahkan belum ada yang berani mengusik keluarga mereka.

Tok .. Tok ...

Suara ketukan pintu membuat Mentari menghentikan kegiatan nya.

"Masuk!"

Stephen dengan ragu masuk ingin memastikan jika Mentari baik-baik saja.

"Ada apa?"

Mentari orang yang tak suka basa basi dan ia tak suka bicara banyak atau mengulang perkataan nya.

"Maaf tentang para karyawan nona, apa yang harus saya lakukan untuk membungkam mulut kotor mereka?"

"Biarkan!"

"Hah!"

Sungguh Stephen tak menyangka akan reaksi Mentari. Stephen pikir Mentari akan marah dan menghukum mereka. Tapi jawaban Mentari di luar dugaannya.

"Jika tak ada lagi keluar!"

Tegas Mentari malas membahas hal sepele bagi Mentari hal seperti itu sudah biasa dan wajar mereka protes. Bukankah setiap orang berhak mengemukakan pendapatnya atau kritikannya pada atasnya.

Walau Mentari bos tapi Mentari tak akan menggunakan kekuasaannya untuk menjatuhkan orang kecuali memang kesalahan orang itu sangatlah patal.

Bagi Mentari diam itu adalah emas, ia tak usah sakit hati karena beginilah kehidupan.

Hidup Mentari jauh lebih keras dari pada ini, bahkan di Jerman sudah tak bisa di hitung lagi bagaimana rasa sakit yang Mentari dapatkan dari Richard.

"Keluar!"

Mentari orang yang tak suka mengulang perkataan. Ia menatap tajam Stephen yang masih diam.

Stephen menelan ludahnya kasar ia langsung pamit tak tahu harus bersikap seperti apa nantinya.

Sungguh Stephen sulit mendekati Mentari apa Stephen sanggup bekerja dengan Mentari. Bahkan tak ada celah sedikitpun bagi Stephen dekat agar kerja mereka merasa santai.

Stephen bukan lancang namun ia bukan orang yang diam seperti Mentari rasanya mulut Stephen sangatlah gatal.

Seperti nya ini ujian bagi Stephen punya bos sekaku Mentari. Seperti nya Stephen harus bicara pada sang ayah agar tahu bagaimana sebenarnya sikap Mentari agar ia bisa menyesuaikan.

Huh ...

Mentari membuang nafas kasar ketika Stephen sudah keluar.

Mentari terdiam menatap jauh kedepan.

Bagaimana kabar Alana, apa dia baik-baik saja. Sudah tiga bulan tak ada pesan atau pun telepon dari Alana membuat Mentari khawatir dan juga rindu pada adiknya itu.

Mentari hanya bisa bertukar kabar dengan Fatih dan juga Shofi saja bahkan tahu kabar Alana dari Fatih karena tak mungkin bertanya pada Shofi dimana Shofi sering mencemaskan sesuatu.

"Dek!"

Gumam Mentari masih mencari tahu apa yang membuat Alana bersikap aneh seperti itu. Perasaan Mentari tak pernah melakukan kesalahan apapun tapi kenapa sikap adik nya seperti itu.

"Bagaimana sekolah kamu, apa kamu masih kesusahan belajar filosofi. Sebentar lagi kamu lulus, dimana kamu akan kuliah!"

Monolog Mentari sungguh sangat menyayangi Alana. Bagi Mentari Alana adalah kebahagiaan, sosok adik yang selalu ada untuknya. Bibirnya yang bawel membuat hidup Mentari sedikit berwarna.

Mentari rasanya rindu saat-saat mereka bersama. Momen itu tak bisa Mentari lupakan karena Alana orang pertama yang selalu ada buatnya ketika Fatih dan Shofi sibuk kerja.

Jahilnya, rengekannya, manjanya, masih teringat jelas hingga sikap itu berubah ketika Mentari kembali ke Indonesia.

"Apa kamu masih marah karena kakak memilih tinggal di Indonesia!"

Dengan bodohnya Mentari masih menyangka begitu.

Mentari benar-benar tak tahu apapun hingga harus di benci bahkan tatapan itu sangat menyakitkan.

Tak mau berlarut dalam kesedihan Mentari segera membereskan berkas-berkas nya dan pulang.

Bersambung ...

Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...

Episodes
1 Bab 1 Mentari
2 Bab 2 Di benci tanpa sebab!
3 Bab 3 Unik
4 Bab 4 Diam
5 Bab 5 Pindah
6 Bab 6 Sekertaris baru
7 Bab 7 Orang unik
8 Bab 8 Belum siap
9 Bab 9 Sedikit masalah
10 Bab 10 Penangkapan
11 Bab 11 Tak mungkin dia!
12 Bab 12 Hidup dari tiga darah
13 Bab 13 Tak enak hati
14 Bab 14 Kunjungan dadakan
15 Bab 15 Hati yang kosong
16 Bab 16 Tiba-tiba sesak!
17 Bab 17 Kecurigaan Mentari
18 Bab 18 Pertemuan tak menyenangkan
19 Bab 19 Ketahuan
20 Bab 20 Keputusan Mentari
21 Bab 21 Kecewa
22 Bab 22 Kegilaan Richo
23 Bab 23 Kesalahpahaman
24 Bab 24 Tertekan
25 Bab 25 Cemburu
26 Bab 26 Di kurung
27 Bab 27 Keputusan Richard
28 Bab 28 Kekecewaan
29 Bab 29 Tak ada yang mengerti
30 Bab 30 Ye ...
31 Bab 31 Malam patah hati
32 Bab 32 Hancur
33 Bab 33 Keputusan
34 Bab 34 Hancurnya hati seorang ibu
35 Bab 35 Benci
36 Bab 36 Egois
37 Bab 37 Jatuh sakit
38 Bab 38 Merawat
39 Bab 39 Di terima dengan tangan terbuka
40 Bab 40. Alasan lain
41 Bab 41 Sudah di putuskan
42 Bab 42 Memeluk luka
43 Bab 43 Latihan Akting
44 Bab 44 Hari yang cerah
45 Bab 45 Boneka beruang
46 Bab 46 Bergerak dalam diam
47 Bab 47 Salah tingkah
48 Bab 48 Egois
49 Bab 49 Perusak suasana
50 Bab 50 Istri pengalihan
51 Bab 51 Fitting baju
52 Bab 52 Kedatangan Angel
53 Bab 53 Sisi lain Mentari
54 Bab 54 Kekesalan Richard
55 Bab 55 Memalukan
56 Bab 56 Kedatangan Aurora
57 Bab 57 Perdebatan kecil
58 Bab 58 Godaan Alana
59 Bab 59 Kehangatan keluarga
60 Bab 60 Hari-H
61 Bab 61 Tak sengaja di ungkapkan
62 Bab 62 Masih tersenyum di balik rasa sakit
63 Bab 63 Hamil
64 Bab 64 Penjelasan dan ungkapan hati Mentari
65 Bab 65 (Jangan) benci aku
66 Bab 66 Proyek baru
67 Bab 67 Keputusan Mentari
68 Bab 68 Pertemuan
69 Bab 69 Dua minggu
70 Bab 70 Luka Mentari
71 Bab 71 Operasi
72 Bab 72 Kekhawatiran keluarga
73 Bab 73 Penyesalan
74 Bab 74 Alasan yang terungkap
75 Bab 75 Rasa yang tak bisa di ungkapkan
76 Bab 76 Sebuah pilihan
77 Bab 77 Tak akan menyerah
78 Bab 78 Penyesalan
79 Bab 79 Sadar
80 Bab 80 Dimana kak Richard?
81 Bab 81 Penyesalan
82 Bab 82 Menyakitkan
83 Bab 83 Aku membenci mu
84 Bab 84 Bercerita
85 Bab 85 Rencana Semi
86 Bab 86 Kekonyolan Semi
87 Bab 87 Aku akan menjaga mu
88 Bab 88 Si keras kepala
89 Bab 89 Hanya diam
90 Bab 90 Cerita bi Narsih
91 Bab 91 Sebuah Drama
92 Bab 92 Kembali ke rumah
93 Bab 93 Perubahan Mentari
94 Bab 94 Ingin memperbaiki tapi sulit
95 Bab 95 Pingsan
96 Bab 96 Ya elah, pingsan lagi!
97 Bab 97 Meminta saran
98 Bab 98 Satu kamar walau tak satu ranjang
99 Bab 99 Diam
100 Bab 100 Pengecut
101 Bab 101 Ungkapan Richard
102 Bab 102 Bagaimana mungkin!
103 Bab 103 Sakit
104 Bab 104 Memaafkan
105 Bab 105 Hubungan yang mulai membaik
106 Bab 106 Merajut Asa
107 Bab 107 Menyampaikan Rindu
108 Bab 108 Tak tahu caranya?
109 Bab 109 Drama surga dunia
110 Bab 110 Jahat
111 Bab 111 Kembali akur
112 Bab 112 Cemburu
113 Sekedar informasi
114 Bab 113 Pergi sana--
115 Bab 114 To you who I love!
116 Bab 115 Satu!
117 Bab 116 Sisi romantis
118 Bab 117 Al pikir Daddy akan marah.
119 Bab 118 Ketakutan Mentari
120 Bab 119 Jatuh sakit
121 Bab 120 Aku hamil!
122 Bab121 Mimpi yang terwujud
123 Maaf
124 Bab 122 Kangen
125 Bab 123 Senja Evelyn Anggara
126 Bab 124 Extra part (Egois)
127 Bab 125 Ektra part (Mengerti sendiri)
128 Bab 126 Extra prat (Tentang Alex)
129 Bab 127 Ektra part (Tentu!)
130 Bab 128 Extra prat (Lepaskan aku)
131 Bab 129 Extra prat (Kenyataan)
132 Bab 130 Extra prat (Penyesalan)
133 Bab 131 Konflik (Tak perlu drama lagi)
134 Ungkapan Author
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Bab 1 Mentari
2
Bab 2 Di benci tanpa sebab!
3
Bab 3 Unik
4
Bab 4 Diam
5
Bab 5 Pindah
6
Bab 6 Sekertaris baru
7
Bab 7 Orang unik
8
Bab 8 Belum siap
9
Bab 9 Sedikit masalah
10
Bab 10 Penangkapan
11
Bab 11 Tak mungkin dia!
12
Bab 12 Hidup dari tiga darah
13
Bab 13 Tak enak hati
14
Bab 14 Kunjungan dadakan
15
Bab 15 Hati yang kosong
16
Bab 16 Tiba-tiba sesak!
17
Bab 17 Kecurigaan Mentari
18
Bab 18 Pertemuan tak menyenangkan
19
Bab 19 Ketahuan
20
Bab 20 Keputusan Mentari
21
Bab 21 Kecewa
22
Bab 22 Kegilaan Richo
23
Bab 23 Kesalahpahaman
24
Bab 24 Tertekan
25
Bab 25 Cemburu
26
Bab 26 Di kurung
27
Bab 27 Keputusan Richard
28
Bab 28 Kekecewaan
29
Bab 29 Tak ada yang mengerti
30
Bab 30 Ye ...
31
Bab 31 Malam patah hati
32
Bab 32 Hancur
33
Bab 33 Keputusan
34
Bab 34 Hancurnya hati seorang ibu
35
Bab 35 Benci
36
Bab 36 Egois
37
Bab 37 Jatuh sakit
38
Bab 38 Merawat
39
Bab 39 Di terima dengan tangan terbuka
40
Bab 40. Alasan lain
41
Bab 41 Sudah di putuskan
42
Bab 42 Memeluk luka
43
Bab 43 Latihan Akting
44
Bab 44 Hari yang cerah
45
Bab 45 Boneka beruang
46
Bab 46 Bergerak dalam diam
47
Bab 47 Salah tingkah
48
Bab 48 Egois
49
Bab 49 Perusak suasana
50
Bab 50 Istri pengalihan
51
Bab 51 Fitting baju
52
Bab 52 Kedatangan Angel
53
Bab 53 Sisi lain Mentari
54
Bab 54 Kekesalan Richard
55
Bab 55 Memalukan
56
Bab 56 Kedatangan Aurora
57
Bab 57 Perdebatan kecil
58
Bab 58 Godaan Alana
59
Bab 59 Kehangatan keluarga
60
Bab 60 Hari-H
61
Bab 61 Tak sengaja di ungkapkan
62
Bab 62 Masih tersenyum di balik rasa sakit
63
Bab 63 Hamil
64
Bab 64 Penjelasan dan ungkapan hati Mentari
65
Bab 65 (Jangan) benci aku
66
Bab 66 Proyek baru
67
Bab 67 Keputusan Mentari
68
Bab 68 Pertemuan
69
Bab 69 Dua minggu
70
Bab 70 Luka Mentari
71
Bab 71 Operasi
72
Bab 72 Kekhawatiran keluarga
73
Bab 73 Penyesalan
74
Bab 74 Alasan yang terungkap
75
Bab 75 Rasa yang tak bisa di ungkapkan
76
Bab 76 Sebuah pilihan
77
Bab 77 Tak akan menyerah
78
Bab 78 Penyesalan
79
Bab 79 Sadar
80
Bab 80 Dimana kak Richard?
81
Bab 81 Penyesalan
82
Bab 82 Menyakitkan
83
Bab 83 Aku membenci mu
84
Bab 84 Bercerita
85
Bab 85 Rencana Semi
86
Bab 86 Kekonyolan Semi
87
Bab 87 Aku akan menjaga mu
88
Bab 88 Si keras kepala
89
Bab 89 Hanya diam
90
Bab 90 Cerita bi Narsih
91
Bab 91 Sebuah Drama
92
Bab 92 Kembali ke rumah
93
Bab 93 Perubahan Mentari
94
Bab 94 Ingin memperbaiki tapi sulit
95
Bab 95 Pingsan
96
Bab 96 Ya elah, pingsan lagi!
97
Bab 97 Meminta saran
98
Bab 98 Satu kamar walau tak satu ranjang
99
Bab 99 Diam
100
Bab 100 Pengecut
101
Bab 101 Ungkapan Richard
102
Bab 102 Bagaimana mungkin!
103
Bab 103 Sakit
104
Bab 104 Memaafkan
105
Bab 105 Hubungan yang mulai membaik
106
Bab 106 Merajut Asa
107
Bab 107 Menyampaikan Rindu
108
Bab 108 Tak tahu caranya?
109
Bab 109 Drama surga dunia
110
Bab 110 Jahat
111
Bab 111 Kembali akur
112
Bab 112 Cemburu
113
Sekedar informasi
114
Bab 113 Pergi sana--
115
Bab 114 To you who I love!
116
Bab 115 Satu!
117
Bab 116 Sisi romantis
118
Bab 117 Al pikir Daddy akan marah.
119
Bab 118 Ketakutan Mentari
120
Bab 119 Jatuh sakit
121
Bab 120 Aku hamil!
122
Bab121 Mimpi yang terwujud
123
Maaf
124
Bab 122 Kangen
125
Bab 123 Senja Evelyn Anggara
126
Bab 124 Extra part (Egois)
127
Bab 125 Ektra part (Mengerti sendiri)
128
Bab 126 Extra prat (Tentang Alex)
129
Bab 127 Ektra part (Tentu!)
130
Bab 128 Extra prat (Lepaskan aku)
131
Bab 129 Extra prat (Kenyataan)
132
Bab 130 Extra prat (Penyesalan)
133
Bab 131 Konflik (Tak perlu drama lagi)
134
Ungkapan Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!