Bab 3 Unik

Pagi ini begitu cerah sekali seolah mentari di atas sana sedang bahagia.

Di kediaman Al-biru semuanya sedang sarapan pagi sebelum berangkat kerja.

Mentari terlihat canggung dengan semua, karena sudah lama tak merasakan momen ini.

"Nanti Stephen yang akan membantu kamu, nak!"

Ucap Farhan angkat bicara ketika sudah menyelesaikan sarapannya.

"Terimakasih, om!"

"Jangan sungkan, kalau banyak yang tak mengerti tinggal tanyakan om selalu membuka ruang!"

Tegas Farhan karena memang Farhan memutuskan menyerahkan perusahaan induk pada Aksara sedang Mentari memegang perusahaan F.B grup. Kini Farhan tinggal duduk saja di rumah memantau dari kejauhan apalagi Farhan ingin menghabiskan masa tuanya bersama sang istri.

"Baik, om!"

Suasana kembali tenang tak menegangkan sebelumnya.

Farhan memang selalu tegas pada siapapun begitupun pada Mentari.

"Kalau begitu Mentari pamit om Tante!"

Pamit Mentari karena memang Stephen sudah menunggu di luar dimana Stephen di perintah oleh Farhan untuk mengantar jemput Mentari selagi hari ini penyambutan untuk Mentari.

Bukan tanpa alasan Mentari ingin cepat-cepat pergi karena merasa tak nyaman dengan tatapan yang selalu Aksara berikan entah kenapa tatapan itu membuat Mentari tak suka.

"Nona!"

Salam Stephen membukakan pintu gugup melihat gadis yang dengan anggunnya berjalan mendekat. Stephen berusaha menundukkan pandangannya karena tak mau membuat Mentari merasa tak nyaman apalagi ini pertemuan pertama mereka.

Tanpa berkata Mentari langsung masuk bahkan tak ada sedikitpun senyuman yang Mentari berikan.

Judes tapi cantik!

Batin Stephen tersenyum tipis namun tak berani. Stephen bergegas masuk karena tak mau membuat image dia rusak di hari pertama. Apalagi Stephen tak tahu bagaimana sikap Mentari terlihat dari wajahnya saja sangat datar bahkan tak berminat berkenalan.

Entahlah membuat Steph penasaran bagaimana karakteristik seorang Mentari sang pewaris Kerajaan Al-biru ke dua.

Stephen sendiri putra dari om Dominic asisten sekaligus sahabat dari Alam, ayah Mentari.

Di sepanjang jalan hanya ada keheningan membuat Stephen sesekali mencuri pandang.

Mentari sendiri hanya diam membuang mukanya keluar jendela melihat banyaknya kendaraan dan gedung-gedung mencakar langit.

Sudah lama rasanya Mentari tak menginjakan kaki di negara kelahirannya. Seperti nya Mentari harus meluangkan waktu untuk sekedar berkeliling menikmati suasana kota Jakarta.

Terlihat banyak perubahan membuat Mentari sangat menyukainya.

Mentari harus semangat ia tak boleh loyo di hari pertama.

Stephen menghentikan mobilnya tepat di sebuah perusahaan yang menjulang tinggi.

Mentari membuka pintu mobilnya sendiri tanpa menunggu Stephen. Stephen hanya diam saja melihat sikap Mentari yang seolah tak mau dia membuka pintu.

"Lain kali jangan membukakan pintu, aku masih punya kedua tangan!"

Ketus Mentari tanpa ekspresi membuat Stephen mengangguk kaku suaranya begitu lembut namun penuh ketajaman di setiap kata yang keluar.

Semua karyawan menyambut kedatangan CEO baru mereka dengan ramah namun lihatlah tak ada senyuman sedikit pun di bibir Mentari. Wajahnya terlihat datar dan dingin bahkan tatapannya sangat tajam menatap satu persatu para karyawan.

Stephen hanya diam saja mengamati setiap ekspresi yang Mentari tunjukan, bisa Stephen tebak jika Mentari gadis kutub Utara.

Stephen langsung membawa Mentari ke ruangannya.

Para karyawan membuang nafas kasar ketika mereka menahan nafas sangat merinding melihat tatapan Mentari.

Sangat cantik dan mempesona namun auranya sangat mencekik mereka semua.

"Jangan membuat kesalahan, yang aku dengar dia lebih kejam dari pada nona Aurora dulu!"

"Masa sih, tapi kelihatannya ramah!'

"Hey, kau tak lihat sikapnya tadi, bahkan tersenyum pun tidak!"

"Benar juga, tapi nona Mentari sangat cantik!"

"Ya, dia sangat mirip artis Turki!"

Desak desuk para karyawan membicarakan Mentari di hari pertama.

Mereka harus hati-hati, telinga Mentari begitu tajam melebihi pisau. Mentari selalu suka kedisiplinan dan tak akan mentoleransi siapapun yang tak disiplin.

Otak mentari begitu cerdas sama seperti Alam dan Amira. Tak di ragukan lagi ia menguasai semuanya bahkan beberapa jam ia sudah menyelesaikan apa yang harus ia selesaikan bahkan dengan sepersekian menit ia selesai membaca beberapa berkas.

Cara kerja Mentari sangatlah cepat bahkan Stephen terkejut Mentari sudah mengerti situasi dan apa saja yang di butuhkan perusahaan.

Bahkan dalam sekali gabung Mentari mengubah sistem kerja dan juga aturan-aturan siapa saja yang tak setuju Mentari tak akan pernah mempertahankan walau itu karyawan berbakat.

Dari rapat dadakan itu membuat semua karyawan ketakutan akan dan juga bagian-bagian petinggi lain. Seperti nya mereka harus hati-hati dalam melakukan hal apapun.

Ketegasan Mentari sama seperti pemegang perusahaan yang pertama. Jangan di ragukan karena Mentari cucu nya.

Hari pertama membuat Mentari lelah karena terlalu banyak yang harus di perbaiki. Karena terlalu sering mengganti CEO membuat setiap sistem sedikit berubah.

Seperti nya apa yang di lakukan Mentari akan sama dengan pemegang perusahaan yang pertama.

Kedisiplinan adalah kesuksesan yang nyata.

Itulah yang selalu Mentari pegang, dan oleh sebab itu Mentari selalu di juluki kutub buku yang selalu menghabiskan harinya dengan tumpukan buku di hadapannya.

"Step, kau bisa pulang duluan?"

"Maaf nona, tuan besar meminta saya mengantar kemanapun nona pergi!"

Sudah mentari duga jika om nya tak akan membiarkan dia berkeliaran sendiri. Mentari tak bicara lagi, ia diam sambil melangkah cepat membuat Stephen terdiam sejenak.

Mentari akan bicara jika di perlukan jika tidak ia akan diam kembali dengan ekspresi datar, itulah yang bisa Stephen lihat.

"Kunci?"

Pinta Mentari datar membuat Stephen tak mengerti.

"Om ku tak melarang aku menyetir bukan!"

Kini Stephen mengerti, ia memberikan kunci mobilnya pada Mentari merasa takut aura Mentari sungguh mengerikan.

Benar kata ayah, gadis ini sama seperti nenek nya!

Batin Stephen masuk kedalam mobil membiarkan Mentari menyetir.

Mentari berniat mengelilingi kota Jakarta, ia ingin melihat bagaimana perubahannya.

Macet, tak pernah berubah dari dulu. Jakarta selalu saja macet entah harus bagaimana memutar otak agar jalanan tidak terlalu macet.

Mentari mengelilingi Monas, suasana sore nampak sedikit tenang. Mentari sedikit menikmati suasana kota kelahirannya.

Mentari menghentikan mobilnya melihat ada pedagang kaki lima. Walau lama tinggal di luar negri tapi Mentari sangat merindukan jajanan-jajanan khas pedagang kaki lima.

Sosis bakar, roti bakar, pentol, cimol dan jajanan lain semuanya Mentari beli membuat Stephen tercengang. Apa Mentari akan menghabiskan semua jajanan itu seorang diri. Belum lagi Mentari memberi tahu bulat dan sotong sungguh Stephen sangat heran melihat Mentari menyukai makanan begini.

Stephen pikir Mentari sangat makanan-makanan Eropa atau China tapi Mentari seperti lebih menyukai makanan khas Indonesia sendiri.

Dari setiap jajanan yang Mentari beli, Mentari tak sedikitpun menawari Stephen makan. Bagi Mentari jika mau ya beli saja toh Mentari yakin Stephen tak se-miskin itu apalagi Mentari tahu siapa Stephen. Mentari bukan orang bodoh yang tak tahu siapa saja yang bekerja dengannya dan Mentari tak suka ber-basa-basi akan semuanya.

Sudah puas berjalan-jalan Mentari pulang ke kediaman Al-biru. Ia menyerahkan kunci pada Stephen tanpa mengucap apapun berlalu pergi masuk kedalam.

"Unik!

Gumam Stephen sungguh benar-benar merasa aneh baru mengenal gadis seperti Mentari.

Gadis yang tak banyak bicara sekali bicara selalu tepat sasaran. Tak suka basa-basi tak penting Mentari akan menjawab dengan sebuah catatan seolah suara Mentari bak berlian yang bisa di dengar tak sembarang orang.

Bersambung ...

Jangan lupa Like Hadiah komen dan Vote Terimakasih ..

Terpopuler

Comments

Sabrina

Sabrina

baru baca 3 bab,,, TPI sumpah tulisan nya bikin jenuh,,,

2023-12-21

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Mentari
2 Bab 2 Di benci tanpa sebab!
3 Bab 3 Unik
4 Bab 4 Diam
5 Bab 5 Pindah
6 Bab 6 Sekertaris baru
7 Bab 7 Orang unik
8 Bab 8 Belum siap
9 Bab 9 Sedikit masalah
10 Bab 10 Penangkapan
11 Bab 11 Tak mungkin dia!
12 Bab 12 Hidup dari tiga darah
13 Bab 13 Tak enak hati
14 Bab 14 Kunjungan dadakan
15 Bab 15 Hati yang kosong
16 Bab 16 Tiba-tiba sesak!
17 Bab 17 Kecurigaan Mentari
18 Bab 18 Pertemuan tak menyenangkan
19 Bab 19 Ketahuan
20 Bab 20 Keputusan Mentari
21 Bab 21 Kecewa
22 Bab 22 Kegilaan Richo
23 Bab 23 Kesalahpahaman
24 Bab 24 Tertekan
25 Bab 25 Cemburu
26 Bab 26 Di kurung
27 Bab 27 Keputusan Richard
28 Bab 28 Kekecewaan
29 Bab 29 Tak ada yang mengerti
30 Bab 30 Ye ...
31 Bab 31 Malam patah hati
32 Bab 32 Hancur
33 Bab 33 Keputusan
34 Bab 34 Hancurnya hati seorang ibu
35 Bab 35 Benci
36 Bab 36 Egois
37 Bab 37 Jatuh sakit
38 Bab 38 Merawat
39 Bab 39 Di terima dengan tangan terbuka
40 Bab 40. Alasan lain
41 Bab 41 Sudah di putuskan
42 Bab 42 Memeluk luka
43 Bab 43 Latihan Akting
44 Bab 44 Hari yang cerah
45 Bab 45 Boneka beruang
46 Bab 46 Bergerak dalam diam
47 Bab 47 Salah tingkah
48 Bab 48 Egois
49 Bab 49 Perusak suasana
50 Bab 50 Istri pengalihan
51 Bab 51 Fitting baju
52 Bab 52 Kedatangan Angel
53 Bab 53 Sisi lain Mentari
54 Bab 54 Kekesalan Richard
55 Bab 55 Memalukan
56 Bab 56 Kedatangan Aurora
57 Bab 57 Perdebatan kecil
58 Bab 58 Godaan Alana
59 Bab 59 Kehangatan keluarga
60 Bab 60 Hari-H
61 Bab 61 Tak sengaja di ungkapkan
62 Bab 62 Masih tersenyum di balik rasa sakit
63 Bab 63 Hamil
64 Bab 64 Penjelasan dan ungkapan hati Mentari
65 Bab 65 (Jangan) benci aku
66 Bab 66 Proyek baru
67 Bab 67 Keputusan Mentari
68 Bab 68 Pertemuan
69 Bab 69 Dua minggu
70 Bab 70 Luka Mentari
71 Bab 71 Operasi
72 Bab 72 Kekhawatiran keluarga
73 Bab 73 Penyesalan
74 Bab 74 Alasan yang terungkap
75 Bab 75 Rasa yang tak bisa di ungkapkan
76 Bab 76 Sebuah pilihan
77 Bab 77 Tak akan menyerah
78 Bab 78 Penyesalan
79 Bab 79 Sadar
80 Bab 80 Dimana kak Richard?
81 Bab 81 Penyesalan
82 Bab 82 Menyakitkan
83 Bab 83 Aku membenci mu
84 Bab 84 Bercerita
85 Bab 85 Rencana Semi
86 Bab 86 Kekonyolan Semi
87 Bab 87 Aku akan menjaga mu
88 Bab 88 Si keras kepala
89 Bab 89 Hanya diam
90 Bab 90 Cerita bi Narsih
91 Bab 91 Sebuah Drama
92 Bab 92 Kembali ke rumah
93 Bab 93 Perubahan Mentari
94 Bab 94 Ingin memperbaiki tapi sulit
95 Bab 95 Pingsan
96 Bab 96 Ya elah, pingsan lagi!
97 Bab 97 Meminta saran
98 Bab 98 Satu kamar walau tak satu ranjang
99 Bab 99 Diam
100 Bab 100 Pengecut
101 Bab 101 Ungkapan Richard
102 Bab 102 Bagaimana mungkin!
103 Bab 103 Sakit
104 Bab 104 Memaafkan
105 Bab 105 Hubungan yang mulai membaik
106 Bab 106 Merajut Asa
107 Bab 107 Menyampaikan Rindu
108 Bab 108 Tak tahu caranya?
109 Bab 109 Drama surga dunia
110 Bab 110 Jahat
111 Bab 111 Kembali akur
112 Bab 112 Cemburu
113 Sekedar informasi
114 Bab 113 Pergi sana--
115 Bab 114 To you who I love!
116 Bab 115 Satu!
117 Bab 116 Sisi romantis
118 Bab 117 Al pikir Daddy akan marah.
119 Bab 118 Ketakutan Mentari
120 Bab 119 Jatuh sakit
121 Bab 120 Aku hamil!
122 Bab121 Mimpi yang terwujud
123 Maaf
124 Bab 122 Kangen
125 Bab 123 Senja Evelyn Anggara
126 Bab 124 Extra part (Egois)
127 Bab 125 Ektra part (Mengerti sendiri)
128 Bab 126 Extra prat (Tentang Alex)
129 Bab 127 Ektra part (Tentu!)
130 Bab 128 Extra prat (Lepaskan aku)
131 Bab 129 Extra prat (Kenyataan)
132 Bab 130 Extra prat (Penyesalan)
133 Bab 131 Konflik (Tak perlu drama lagi)
134 Ungkapan Author
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Bab 1 Mentari
2
Bab 2 Di benci tanpa sebab!
3
Bab 3 Unik
4
Bab 4 Diam
5
Bab 5 Pindah
6
Bab 6 Sekertaris baru
7
Bab 7 Orang unik
8
Bab 8 Belum siap
9
Bab 9 Sedikit masalah
10
Bab 10 Penangkapan
11
Bab 11 Tak mungkin dia!
12
Bab 12 Hidup dari tiga darah
13
Bab 13 Tak enak hati
14
Bab 14 Kunjungan dadakan
15
Bab 15 Hati yang kosong
16
Bab 16 Tiba-tiba sesak!
17
Bab 17 Kecurigaan Mentari
18
Bab 18 Pertemuan tak menyenangkan
19
Bab 19 Ketahuan
20
Bab 20 Keputusan Mentari
21
Bab 21 Kecewa
22
Bab 22 Kegilaan Richo
23
Bab 23 Kesalahpahaman
24
Bab 24 Tertekan
25
Bab 25 Cemburu
26
Bab 26 Di kurung
27
Bab 27 Keputusan Richard
28
Bab 28 Kekecewaan
29
Bab 29 Tak ada yang mengerti
30
Bab 30 Ye ...
31
Bab 31 Malam patah hati
32
Bab 32 Hancur
33
Bab 33 Keputusan
34
Bab 34 Hancurnya hati seorang ibu
35
Bab 35 Benci
36
Bab 36 Egois
37
Bab 37 Jatuh sakit
38
Bab 38 Merawat
39
Bab 39 Di terima dengan tangan terbuka
40
Bab 40. Alasan lain
41
Bab 41 Sudah di putuskan
42
Bab 42 Memeluk luka
43
Bab 43 Latihan Akting
44
Bab 44 Hari yang cerah
45
Bab 45 Boneka beruang
46
Bab 46 Bergerak dalam diam
47
Bab 47 Salah tingkah
48
Bab 48 Egois
49
Bab 49 Perusak suasana
50
Bab 50 Istri pengalihan
51
Bab 51 Fitting baju
52
Bab 52 Kedatangan Angel
53
Bab 53 Sisi lain Mentari
54
Bab 54 Kekesalan Richard
55
Bab 55 Memalukan
56
Bab 56 Kedatangan Aurora
57
Bab 57 Perdebatan kecil
58
Bab 58 Godaan Alana
59
Bab 59 Kehangatan keluarga
60
Bab 60 Hari-H
61
Bab 61 Tak sengaja di ungkapkan
62
Bab 62 Masih tersenyum di balik rasa sakit
63
Bab 63 Hamil
64
Bab 64 Penjelasan dan ungkapan hati Mentari
65
Bab 65 (Jangan) benci aku
66
Bab 66 Proyek baru
67
Bab 67 Keputusan Mentari
68
Bab 68 Pertemuan
69
Bab 69 Dua minggu
70
Bab 70 Luka Mentari
71
Bab 71 Operasi
72
Bab 72 Kekhawatiran keluarga
73
Bab 73 Penyesalan
74
Bab 74 Alasan yang terungkap
75
Bab 75 Rasa yang tak bisa di ungkapkan
76
Bab 76 Sebuah pilihan
77
Bab 77 Tak akan menyerah
78
Bab 78 Penyesalan
79
Bab 79 Sadar
80
Bab 80 Dimana kak Richard?
81
Bab 81 Penyesalan
82
Bab 82 Menyakitkan
83
Bab 83 Aku membenci mu
84
Bab 84 Bercerita
85
Bab 85 Rencana Semi
86
Bab 86 Kekonyolan Semi
87
Bab 87 Aku akan menjaga mu
88
Bab 88 Si keras kepala
89
Bab 89 Hanya diam
90
Bab 90 Cerita bi Narsih
91
Bab 91 Sebuah Drama
92
Bab 92 Kembali ke rumah
93
Bab 93 Perubahan Mentari
94
Bab 94 Ingin memperbaiki tapi sulit
95
Bab 95 Pingsan
96
Bab 96 Ya elah, pingsan lagi!
97
Bab 97 Meminta saran
98
Bab 98 Satu kamar walau tak satu ranjang
99
Bab 99 Diam
100
Bab 100 Pengecut
101
Bab 101 Ungkapan Richard
102
Bab 102 Bagaimana mungkin!
103
Bab 103 Sakit
104
Bab 104 Memaafkan
105
Bab 105 Hubungan yang mulai membaik
106
Bab 106 Merajut Asa
107
Bab 107 Menyampaikan Rindu
108
Bab 108 Tak tahu caranya?
109
Bab 109 Drama surga dunia
110
Bab 110 Jahat
111
Bab 111 Kembali akur
112
Bab 112 Cemburu
113
Sekedar informasi
114
Bab 113 Pergi sana--
115
Bab 114 To you who I love!
116
Bab 115 Satu!
117
Bab 116 Sisi romantis
118
Bab 117 Al pikir Daddy akan marah.
119
Bab 118 Ketakutan Mentari
120
Bab 119 Jatuh sakit
121
Bab 120 Aku hamil!
122
Bab121 Mimpi yang terwujud
123
Maaf
124
Bab 122 Kangen
125
Bab 123 Senja Evelyn Anggara
126
Bab 124 Extra part (Egois)
127
Bab 125 Ektra part (Mengerti sendiri)
128
Bab 126 Extra prat (Tentang Alex)
129
Bab 127 Ektra part (Tentu!)
130
Bab 128 Extra prat (Lepaskan aku)
131
Bab 129 Extra prat (Kenyataan)
132
Bab 130 Extra prat (Penyesalan)
133
Bab 131 Konflik (Tak perlu drama lagi)
134
Ungkapan Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!