Bab 7 Orang unik

"Maafkan saya tuan, saya tak sengaja!!"

"Tak sengaja kau bilang, lihat baju saya jadi kotor!"

"Biarkan saya membersihkan--"

"Jauhkan tangan kotor mu dari jas saya!"

Bruk ...

Sang OB terjatuh di dorong keras ketika dia akan membersihkan jas salah satu petinggi yang tak sengaja dia menumpahkan makanan yang ia bawa tadi karena buru-buru ia tak sengaja menabrak sang petinggi hingga jasnya kotor.

"Maafkan saya tuan, saya benar tak sengaja!"

Mohon sang OB merasa bersalah dan takut apalagi ia OB baru.

"Dasar sialan saya jadi telat gara-gara kau dan jas ini akhhh ..."

Bugh ...

Sebuah tendangan melayang indah membuat sang petinggi geram siapa yang ikut campur urusannya.

"Beraninya ka--"

Bentak sang petinggi tertahan melihat siapa yang berdiri di hadapannya.

Mentari menatap tajam karyawan membuat sang petinggi tersebut menciut mendapat tatapan seperti itu.

Tak sungkan Mentari membantu sang OB bangun membuat Adelia yang menyusul Mentari terkejut melihat adegan tersebut.

"Apa yang membuat mu buru-buru?"

Tanya Mentari pada sang OB ingin meminta penjelasan karena sang petinggi sombong ini tak mau mendengarkan penjelasan sang OB.

"Maafkan saya Bu, ini salah saya. Saya buru-buru karena teman saya sedang sakit!"

"Jadi makanan ini buat teman mu yang sakit?"

"Iya!"

"Kau!"

Sang petinggi langsung menunduk gemetar melihat tatapan tajam Mentari seolah akan mengikuti dirinya.

"Kau dengar penjelasan dia, kau mendorongnya dan akan menendang hanya karena sebuah jas kotor. Sedang dia buru-buru karena temannya yang sakit!"

"Maafkan saya Bu, saya salah sa-saya tadi ha-han--"

"Minta maaf!"

Tegas Mentari membuat sang petinggi mengepalkan kedua tangannya erat. Dia sangat malu dan di permalukan oleh Mentari karena menyuruhnya meminta maaf pada orang rendahan.

"Maafkan saya, ini tak apa!"

"Maafkan saya tuan, maafkan saya!"

Ucap sang OB karena ini salahnya andai saja dia tak buru-buru mungkin dia tak akan menabrak sang petinggi arogan ini.

" Dimana teman sakit kamu?"

"Ada di ruang kesehatan nona!"

"Bawa saya ke sana?"

Sang OB mengangguk menuntun Mentari menuju ruang kesehatan.

Mentari ingin melihat sakit apa karyawan dan jika parah mungkin Mentari akan menyuruhnya pulang.

Para karyawan yang melihat Mentari menuju ruang kesehatan langsung menunduk hormat dan juga terkejut akan kunjungan dadakan itu.

Bahkan para karyawan yang berada di ruang rawat pun terkejut bahkan mereka langsung bangun dari tidurannya.

Mentari diam melihat ada beberapa karyawan yang sakit dan tatapan Mentari tertuju pada salah satu karyawan teman sang OB tadi.

"Apa yang terjadi dengannya?"

"Maaf Bu, gigi saya sakit dan kepala saya terasa berat!"

"Istirahat lah, dan kalian jika masih sakit kalian boleh pulang duluan. Kesehatan kalian di butuhkan saya harap kalian bisa menjaga kesehatan!"

"Baik Bu!"

Jawab para karyawan yang sakit mungkin ada tujuh orang yang sakit dengan berbeda penyakit.

"Nona?"

Panggil Adelia membuat Mentari terdiam, Adelia membisikan sesuatu pada Mentari membuat Mentari langsung mengangguk.

Tanpa bicara lagi Mentari meninggalkan ruang kesehatan. Karena masalah ini membuat Mentari lupa jika dia ada meeting.

Para karyawan semuanya saling pandang melihat sikap Mentari yang perhatian walau wajahnya tak lebih.

"Rasanya jantungku ingin copot!"

Cetus salah satu karyawan menghela nafas berat ketika Mentari sudah keluar.

"Iya benar!"

"Tapi, ibu Mentari sangat perhatian walau wajahnya terlihat kaku!"

"Benar, tapi dia baik!"

"Ya, ibu Mentari ternyata baik walau wajahnya sangat datar begitu!"

"Suttt, sudah jangan di bahas lagi nanti kedengaran sang asisten bisa gawat!"

Mereka langsung diam tak berani bicara lagi. Walau begitu mereka senang karena bos mereka sangat baik dan perhatian bahkan datang langsung ke ruang kesehatan guna mengecek. Padahal mereka tahu sang bos pasti banyak pekerjaan.

Keberuntungan bagi karyawan yang di jenguk langsung oleh sang Bos walau Mentari tak menampakan senyuman ramah atau wajah hangatnya.

.

Mentari sudah bersiap berangkat menuju lokasi meeting dengan salah satu partner kerjanya.

"Adelia!"

"Iya nona?"

"Berikan saya data karyawan tadi?"

"Baik!"

Adelia yang memang mudah mengerti apalagi memang dia sangat cerdas langsung membuka tabletnya yang selalu Adelia bawa.

"Ini nona!"

Mentari langsung mengambil tablet dari tangan Adelia. Mentari menatap data para karyawan tadi dengan seksama tanpa terkecuali.

Tidak lupa dengan salah satu petinggi songong itu.

"Karirnya cemerlang, namun sayang tak ada courtesy nya!"

Gumam Mentari melihat data Rudi Santoso menjabat sebagai wakil kepala divisi marketing.

Mentari tak suka dengan orang yang selalu menggunakan jabatannya guna menekan orang. Seperti nya Mentari harus sedikit memberi pelajaran.

"Adelia!"

Mentari memberikan kembali tablet pada Adelia yang memang duduk di depan bersama sang supir.

Stephen berada di kantor mengurus masalah tadi karena memang Mentari menyerahkan masalah tadi pada Stephen.

Kurun waktu empat puluh menit Mentari sampai di lokasi tujuan.

"Maaf kami sedikit terlambat, ada insiden kecil!"

Sopan Adelia membungkuk hormat pada partner kerjanya.

"Tidak apa, saya mengerti!"

Jawab pak Budiman mempersilahkan Mentari dan Adelia duduk.

Adelia mulai membuka percakapan mengenai kerja sama mereka. Mentari hanya diam saja tak mengeluarkan sepatah kata apapun.

Pak Budiman dan sekertaris mendengarkan sambil memangut-mangut apa yang di jelaskan Adelia walau mereka penasaran dengan pemilik baru perusahaan M.A grup cabang dari perusahaan Q.B grup.

Pak Budiman merasa heran karena sendari tadi sampai meeting selesai Mentari tak bicara sama sekali membuat mereka menduga-duga apa Mentari bisu atau apa karena setiap kali mereka bertanya Mentari hanya memberikan jawaban dengan selembar nota atau Adelia sendiri yang menjawabnya.

"Saya sangat puas, berharap kerja sama kita semakin menguntungkan!"

"Ya, saya harap anda juga tak mengecewakan!"

Jawab Adelia menjabat tangan partner kerjanya.

Sudah selesai meeting mereka semua meninggalkan lokasi tersebut.

Mentari membuka sarung tangannya yang memang selalu ia pakai ketika melakukan pertemuan dengan kolega kerja.

Bahkan sikap Mentari semakin dingin ketika bertemu orang di luar. Adelia terus saja memerhatikan setiap sikap dan sipat Mentari.

Sekilas terlihat jijik pada orang lain tapi tidak namun sikapnya selalu menyinggung orang lain.

Keterdiaman Mentari membuat orang lain menyalah artikan semuanya Adelia takut itu.

Seperti nya Adelia harus bekerja ekstra guna mengatasi semuanya.

Sepanjang jalan Mentari hanya melihat keluar jendela menikmati pemandangan kemacetan yang biasa.

Hingga Mentari menatap sosok pedagang kaki lima yang menjual Ketoprak.

Satu kebiasaan yang harus kalian tahu para reader jika Mentari memang sedikit makan tapi Mentari orang yang suka jajan di pinggir jalan. Mentari sangat mencintai jajanan khas pedangan kaki lima. Kebiasaan dan kesukaan yang sangat unik bagi orang berada yang selalu mementingkan kebersihan dan makanan higenis.

"Mang!"

"Baik non?"

Seolah sudah mengerti sang supir berhenti tepat di samping sang penjual. Adelia mengerutkan kening apa yang akan Mentari lakukan.

Apalagi hal ini Stephen tidak memberitahunya.

"Nona Mentari memang suka jajan seperti ini dia jarang sekali makan di restoran!"

Jelas sang supir ketika melihat kebingungan Adelia.

"Nona pasti sekertaris baru ya jadi belum tahu, apa pak Stephen tidak memberi tahu nona?"

"Tidak pak, apa benar nona Mentari begini?"

"Nona bisa melihatnya!"

Adelia menatap keluar di mana Mentari sangat lahap memakannya bahkan wajah datarnya seolah sirna menjelma menjadi gadis hangat dan murah senyum. Sungguh Adelia baru melihat orang unik seperti Mentari.

Bagaimana bisa dia mengenal Mentari yang sangat cuek, kaku dan jarang bicara kini terlihat asik mengobrol dengan sang penjual.

Ini baru satu hari kerja tapi Adelia sudah banyak sekali belajar dari Mentari.

Bersambung ...

Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ..

Episodes
1 Bab 1 Mentari
2 Bab 2 Di benci tanpa sebab!
3 Bab 3 Unik
4 Bab 4 Diam
5 Bab 5 Pindah
6 Bab 6 Sekertaris baru
7 Bab 7 Orang unik
8 Bab 8 Belum siap
9 Bab 9 Sedikit masalah
10 Bab 10 Penangkapan
11 Bab 11 Tak mungkin dia!
12 Bab 12 Hidup dari tiga darah
13 Bab 13 Tak enak hati
14 Bab 14 Kunjungan dadakan
15 Bab 15 Hati yang kosong
16 Bab 16 Tiba-tiba sesak!
17 Bab 17 Kecurigaan Mentari
18 Bab 18 Pertemuan tak menyenangkan
19 Bab 19 Ketahuan
20 Bab 20 Keputusan Mentari
21 Bab 21 Kecewa
22 Bab 22 Kegilaan Richo
23 Bab 23 Kesalahpahaman
24 Bab 24 Tertekan
25 Bab 25 Cemburu
26 Bab 26 Di kurung
27 Bab 27 Keputusan Richard
28 Bab 28 Kekecewaan
29 Bab 29 Tak ada yang mengerti
30 Bab 30 Ye ...
31 Bab 31 Malam patah hati
32 Bab 32 Hancur
33 Bab 33 Keputusan
34 Bab 34 Hancurnya hati seorang ibu
35 Bab 35 Benci
36 Bab 36 Egois
37 Bab 37 Jatuh sakit
38 Bab 38 Merawat
39 Bab 39 Di terima dengan tangan terbuka
40 Bab 40. Alasan lain
41 Bab 41 Sudah di putuskan
42 Bab 42 Memeluk luka
43 Bab 43 Latihan Akting
44 Bab 44 Hari yang cerah
45 Bab 45 Boneka beruang
46 Bab 46 Bergerak dalam diam
47 Bab 47 Salah tingkah
48 Bab 48 Egois
49 Bab 49 Perusak suasana
50 Bab 50 Istri pengalihan
51 Bab 51 Fitting baju
52 Bab 52 Kedatangan Angel
53 Bab 53 Sisi lain Mentari
54 Bab 54 Kekesalan Richard
55 Bab 55 Memalukan
56 Bab 56 Kedatangan Aurora
57 Bab 57 Perdebatan kecil
58 Bab 58 Godaan Alana
59 Bab 59 Kehangatan keluarga
60 Bab 60 Hari-H
61 Bab 61 Tak sengaja di ungkapkan
62 Bab 62 Masih tersenyum di balik rasa sakit
63 Bab 63 Hamil
64 Bab 64 Penjelasan dan ungkapan hati Mentari
65 Bab 65 (Jangan) benci aku
66 Bab 66 Proyek baru
67 Bab 67 Keputusan Mentari
68 Bab 68 Pertemuan
69 Bab 69 Dua minggu
70 Bab 70 Luka Mentari
71 Bab 71 Operasi
72 Bab 72 Kekhawatiran keluarga
73 Bab 73 Penyesalan
74 Bab 74 Alasan yang terungkap
75 Bab 75 Rasa yang tak bisa di ungkapkan
76 Bab 76 Sebuah pilihan
77 Bab 77 Tak akan menyerah
78 Bab 78 Penyesalan
79 Bab 79 Sadar
80 Bab 80 Dimana kak Richard?
81 Bab 81 Penyesalan
82 Bab 82 Menyakitkan
83 Bab 83 Aku membenci mu
84 Bab 84 Bercerita
85 Bab 85 Rencana Semi
86 Bab 86 Kekonyolan Semi
87 Bab 87 Aku akan menjaga mu
88 Bab 88 Si keras kepala
89 Bab 89 Hanya diam
90 Bab 90 Cerita bi Narsih
91 Bab 91 Sebuah Drama
92 Bab 92 Kembali ke rumah
93 Bab 93 Perubahan Mentari
94 Bab 94 Ingin memperbaiki tapi sulit
95 Bab 95 Pingsan
96 Bab 96 Ya elah, pingsan lagi!
97 Bab 97 Meminta saran
98 Bab 98 Satu kamar walau tak satu ranjang
99 Bab 99 Diam
100 Bab 100 Pengecut
101 Bab 101 Ungkapan Richard
102 Bab 102 Bagaimana mungkin!
103 Bab 103 Sakit
104 Bab 104 Memaafkan
105 Bab 105 Hubungan yang mulai membaik
106 Bab 106 Merajut Asa
107 Bab 107 Menyampaikan Rindu
108 Bab 108 Tak tahu caranya?
109 Bab 109 Drama surga dunia
110 Bab 110 Jahat
111 Bab 111 Kembali akur
112 Bab 112 Cemburu
113 Sekedar informasi
114 Bab 113 Pergi sana--
115 Bab 114 To you who I love!
116 Bab 115 Satu!
117 Bab 116 Sisi romantis
118 Bab 117 Al pikir Daddy akan marah.
119 Bab 118 Ketakutan Mentari
120 Bab 119 Jatuh sakit
121 Bab 120 Aku hamil!
122 Bab121 Mimpi yang terwujud
123 Maaf
124 Bab 122 Kangen
125 Bab 123 Senja Evelyn Anggara
126 Bab 124 Extra part (Egois)
127 Bab 125 Ektra part (Mengerti sendiri)
128 Bab 126 Extra prat (Tentang Alex)
129 Bab 127 Ektra part (Tentu!)
130 Bab 128 Extra prat (Lepaskan aku)
131 Bab 129 Extra prat (Kenyataan)
132 Bab 130 Extra prat (Penyesalan)
133 Bab 131 Konflik (Tak perlu drama lagi)
134 Ungkapan Author
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Bab 1 Mentari
2
Bab 2 Di benci tanpa sebab!
3
Bab 3 Unik
4
Bab 4 Diam
5
Bab 5 Pindah
6
Bab 6 Sekertaris baru
7
Bab 7 Orang unik
8
Bab 8 Belum siap
9
Bab 9 Sedikit masalah
10
Bab 10 Penangkapan
11
Bab 11 Tak mungkin dia!
12
Bab 12 Hidup dari tiga darah
13
Bab 13 Tak enak hati
14
Bab 14 Kunjungan dadakan
15
Bab 15 Hati yang kosong
16
Bab 16 Tiba-tiba sesak!
17
Bab 17 Kecurigaan Mentari
18
Bab 18 Pertemuan tak menyenangkan
19
Bab 19 Ketahuan
20
Bab 20 Keputusan Mentari
21
Bab 21 Kecewa
22
Bab 22 Kegilaan Richo
23
Bab 23 Kesalahpahaman
24
Bab 24 Tertekan
25
Bab 25 Cemburu
26
Bab 26 Di kurung
27
Bab 27 Keputusan Richard
28
Bab 28 Kekecewaan
29
Bab 29 Tak ada yang mengerti
30
Bab 30 Ye ...
31
Bab 31 Malam patah hati
32
Bab 32 Hancur
33
Bab 33 Keputusan
34
Bab 34 Hancurnya hati seorang ibu
35
Bab 35 Benci
36
Bab 36 Egois
37
Bab 37 Jatuh sakit
38
Bab 38 Merawat
39
Bab 39 Di terima dengan tangan terbuka
40
Bab 40. Alasan lain
41
Bab 41 Sudah di putuskan
42
Bab 42 Memeluk luka
43
Bab 43 Latihan Akting
44
Bab 44 Hari yang cerah
45
Bab 45 Boneka beruang
46
Bab 46 Bergerak dalam diam
47
Bab 47 Salah tingkah
48
Bab 48 Egois
49
Bab 49 Perusak suasana
50
Bab 50 Istri pengalihan
51
Bab 51 Fitting baju
52
Bab 52 Kedatangan Angel
53
Bab 53 Sisi lain Mentari
54
Bab 54 Kekesalan Richard
55
Bab 55 Memalukan
56
Bab 56 Kedatangan Aurora
57
Bab 57 Perdebatan kecil
58
Bab 58 Godaan Alana
59
Bab 59 Kehangatan keluarga
60
Bab 60 Hari-H
61
Bab 61 Tak sengaja di ungkapkan
62
Bab 62 Masih tersenyum di balik rasa sakit
63
Bab 63 Hamil
64
Bab 64 Penjelasan dan ungkapan hati Mentari
65
Bab 65 (Jangan) benci aku
66
Bab 66 Proyek baru
67
Bab 67 Keputusan Mentari
68
Bab 68 Pertemuan
69
Bab 69 Dua minggu
70
Bab 70 Luka Mentari
71
Bab 71 Operasi
72
Bab 72 Kekhawatiran keluarga
73
Bab 73 Penyesalan
74
Bab 74 Alasan yang terungkap
75
Bab 75 Rasa yang tak bisa di ungkapkan
76
Bab 76 Sebuah pilihan
77
Bab 77 Tak akan menyerah
78
Bab 78 Penyesalan
79
Bab 79 Sadar
80
Bab 80 Dimana kak Richard?
81
Bab 81 Penyesalan
82
Bab 82 Menyakitkan
83
Bab 83 Aku membenci mu
84
Bab 84 Bercerita
85
Bab 85 Rencana Semi
86
Bab 86 Kekonyolan Semi
87
Bab 87 Aku akan menjaga mu
88
Bab 88 Si keras kepala
89
Bab 89 Hanya diam
90
Bab 90 Cerita bi Narsih
91
Bab 91 Sebuah Drama
92
Bab 92 Kembali ke rumah
93
Bab 93 Perubahan Mentari
94
Bab 94 Ingin memperbaiki tapi sulit
95
Bab 95 Pingsan
96
Bab 96 Ya elah, pingsan lagi!
97
Bab 97 Meminta saran
98
Bab 98 Satu kamar walau tak satu ranjang
99
Bab 99 Diam
100
Bab 100 Pengecut
101
Bab 101 Ungkapan Richard
102
Bab 102 Bagaimana mungkin!
103
Bab 103 Sakit
104
Bab 104 Memaafkan
105
Bab 105 Hubungan yang mulai membaik
106
Bab 106 Merajut Asa
107
Bab 107 Menyampaikan Rindu
108
Bab 108 Tak tahu caranya?
109
Bab 109 Drama surga dunia
110
Bab 110 Jahat
111
Bab 111 Kembali akur
112
Bab 112 Cemburu
113
Sekedar informasi
114
Bab 113 Pergi sana--
115
Bab 114 To you who I love!
116
Bab 115 Satu!
117
Bab 116 Sisi romantis
118
Bab 117 Al pikir Daddy akan marah.
119
Bab 118 Ketakutan Mentari
120
Bab 119 Jatuh sakit
121
Bab 120 Aku hamil!
122
Bab121 Mimpi yang terwujud
123
Maaf
124
Bab 122 Kangen
125
Bab 123 Senja Evelyn Anggara
126
Bab 124 Extra part (Egois)
127
Bab 125 Ektra part (Mengerti sendiri)
128
Bab 126 Extra prat (Tentang Alex)
129
Bab 127 Ektra part (Tentu!)
130
Bab 128 Extra prat (Lepaskan aku)
131
Bab 129 Extra prat (Kenyataan)
132
Bab 130 Extra prat (Penyesalan)
133
Bab 131 Konflik (Tak perlu drama lagi)
134
Ungkapan Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!