"Maafkan saya tuan, saya tak sengaja!!"
"Tak sengaja kau bilang, lihat baju saya jadi kotor!"
"Biarkan saya membersihkan--"
"Jauhkan tangan kotor mu dari jas saya!"
Bruk ...
Sang OB terjatuh di dorong keras ketika dia akan membersihkan jas salah satu petinggi yang tak sengaja dia menumpahkan makanan yang ia bawa tadi karena buru-buru ia tak sengaja menabrak sang petinggi hingga jasnya kotor.
"Maafkan saya tuan, saya benar tak sengaja!"
Mohon sang OB merasa bersalah dan takut apalagi ia OB baru.
"Dasar sialan saya jadi telat gara-gara kau dan jas ini akhhh ..."
Bugh ...
Sebuah tendangan melayang indah membuat sang petinggi geram siapa yang ikut campur urusannya.
"Beraninya ka--"
Bentak sang petinggi tertahan melihat siapa yang berdiri di hadapannya.
Mentari menatap tajam karyawan membuat sang petinggi tersebut menciut mendapat tatapan seperti itu.
Tak sungkan Mentari membantu sang OB bangun membuat Adelia yang menyusul Mentari terkejut melihat adegan tersebut.
"Apa yang membuat mu buru-buru?"
Tanya Mentari pada sang OB ingin meminta penjelasan karena sang petinggi sombong ini tak mau mendengarkan penjelasan sang OB.
"Maafkan saya Bu, ini salah saya. Saya buru-buru karena teman saya sedang sakit!"
"Jadi makanan ini buat teman mu yang sakit?"
"Iya!"
"Kau!"
Sang petinggi langsung menunduk gemetar melihat tatapan tajam Mentari seolah akan mengikuti dirinya.
"Kau dengar penjelasan dia, kau mendorongnya dan akan menendang hanya karena sebuah jas kotor. Sedang dia buru-buru karena temannya yang sakit!"
"Maafkan saya Bu, saya salah sa-saya tadi ha-han--"
"Minta maaf!"
Tegas Mentari membuat sang petinggi mengepalkan kedua tangannya erat. Dia sangat malu dan di permalukan oleh Mentari karena menyuruhnya meminta maaf pada orang rendahan.
"Maafkan saya, ini tak apa!"
"Maafkan saya tuan, maafkan saya!"
Ucap sang OB karena ini salahnya andai saja dia tak buru-buru mungkin dia tak akan menabrak sang petinggi arogan ini.
" Dimana teman sakit kamu?"
"Ada di ruang kesehatan nona!"
"Bawa saya ke sana?"
Sang OB mengangguk menuntun Mentari menuju ruang kesehatan.
Mentari ingin melihat sakit apa karyawan dan jika parah mungkin Mentari akan menyuruhnya pulang.
Para karyawan yang melihat Mentari menuju ruang kesehatan langsung menunduk hormat dan juga terkejut akan kunjungan dadakan itu.
Bahkan para karyawan yang berada di ruang rawat pun terkejut bahkan mereka langsung bangun dari tidurannya.
Mentari diam melihat ada beberapa karyawan yang sakit dan tatapan Mentari tertuju pada salah satu karyawan teman sang OB tadi.
"Apa yang terjadi dengannya?"
"Maaf Bu, gigi saya sakit dan kepala saya terasa berat!"
"Istirahat lah, dan kalian jika masih sakit kalian boleh pulang duluan. Kesehatan kalian di butuhkan saya harap kalian bisa menjaga kesehatan!"
"Baik Bu!"
Jawab para karyawan yang sakit mungkin ada tujuh orang yang sakit dengan berbeda penyakit.
"Nona?"
Panggil Adelia membuat Mentari terdiam, Adelia membisikan sesuatu pada Mentari membuat Mentari langsung mengangguk.
Tanpa bicara lagi Mentari meninggalkan ruang kesehatan. Karena masalah ini membuat Mentari lupa jika dia ada meeting.
Para karyawan semuanya saling pandang melihat sikap Mentari yang perhatian walau wajahnya tak lebih.
"Rasanya jantungku ingin copot!"
Cetus salah satu karyawan menghela nafas berat ketika Mentari sudah keluar.
"Iya benar!"
"Tapi, ibu Mentari sangat perhatian walau wajahnya terlihat kaku!"
"Benar, tapi dia baik!"
"Ya, ibu Mentari ternyata baik walau wajahnya sangat datar begitu!"
"Suttt, sudah jangan di bahas lagi nanti kedengaran sang asisten bisa gawat!"
Mereka langsung diam tak berani bicara lagi. Walau begitu mereka senang karena bos mereka sangat baik dan perhatian bahkan datang langsung ke ruang kesehatan guna mengecek. Padahal mereka tahu sang bos pasti banyak pekerjaan.
Keberuntungan bagi karyawan yang di jenguk langsung oleh sang Bos walau Mentari tak menampakan senyuman ramah atau wajah hangatnya.
.
Mentari sudah bersiap berangkat menuju lokasi meeting dengan salah satu partner kerjanya.
"Adelia!"
"Iya nona?"
"Berikan saya data karyawan tadi?"
"Baik!"
Adelia yang memang mudah mengerti apalagi memang dia sangat cerdas langsung membuka tabletnya yang selalu Adelia bawa.
"Ini nona!"
Mentari langsung mengambil tablet dari tangan Adelia. Mentari menatap data para karyawan tadi dengan seksama tanpa terkecuali.
Tidak lupa dengan salah satu petinggi songong itu.
"Karirnya cemerlang, namun sayang tak ada courtesy nya!"
Gumam Mentari melihat data Rudi Santoso menjabat sebagai wakil kepala divisi marketing.
Mentari tak suka dengan orang yang selalu menggunakan jabatannya guna menekan orang. Seperti nya Mentari harus sedikit memberi pelajaran.
"Adelia!"
Mentari memberikan kembali tablet pada Adelia yang memang duduk di depan bersama sang supir.
Stephen berada di kantor mengurus masalah tadi karena memang Mentari menyerahkan masalah tadi pada Stephen.
Kurun waktu empat puluh menit Mentari sampai di lokasi tujuan.
"Maaf kami sedikit terlambat, ada insiden kecil!"
Sopan Adelia membungkuk hormat pada partner kerjanya.
"Tidak apa, saya mengerti!"
Jawab pak Budiman mempersilahkan Mentari dan Adelia duduk.
Adelia mulai membuka percakapan mengenai kerja sama mereka. Mentari hanya diam saja tak mengeluarkan sepatah kata apapun.
Pak Budiman dan sekertaris mendengarkan sambil memangut-mangut apa yang di jelaskan Adelia walau mereka penasaran dengan pemilik baru perusahaan M.A grup cabang dari perusahaan Q.B grup.
Pak Budiman merasa heran karena sendari tadi sampai meeting selesai Mentari tak bicara sama sekali membuat mereka menduga-duga apa Mentari bisu atau apa karena setiap kali mereka bertanya Mentari hanya memberikan jawaban dengan selembar nota atau Adelia sendiri yang menjawabnya.
"Saya sangat puas, berharap kerja sama kita semakin menguntungkan!"
"Ya, saya harap anda juga tak mengecewakan!"
Jawab Adelia menjabat tangan partner kerjanya.
Sudah selesai meeting mereka semua meninggalkan lokasi tersebut.
Mentari membuka sarung tangannya yang memang selalu ia pakai ketika melakukan pertemuan dengan kolega kerja.
Bahkan sikap Mentari semakin dingin ketika bertemu orang di luar. Adelia terus saja memerhatikan setiap sikap dan sipat Mentari.
Sekilas terlihat jijik pada orang lain tapi tidak namun sikapnya selalu menyinggung orang lain.
Keterdiaman Mentari membuat orang lain menyalah artikan semuanya Adelia takut itu.
Seperti nya Adelia harus bekerja ekstra guna mengatasi semuanya.
Sepanjang jalan Mentari hanya melihat keluar jendela menikmati pemandangan kemacetan yang biasa.
Hingga Mentari menatap sosok pedagang kaki lima yang menjual Ketoprak.
Satu kebiasaan yang harus kalian tahu para reader jika Mentari memang sedikit makan tapi Mentari orang yang suka jajan di pinggir jalan. Mentari sangat mencintai jajanan khas pedangan kaki lima. Kebiasaan dan kesukaan yang sangat unik bagi orang berada yang selalu mementingkan kebersihan dan makanan higenis.
"Mang!"
"Baik non?"
Seolah sudah mengerti sang supir berhenti tepat di samping sang penjual. Adelia mengerutkan kening apa yang akan Mentari lakukan.
Apalagi hal ini Stephen tidak memberitahunya.
"Nona Mentari memang suka jajan seperti ini dia jarang sekali makan di restoran!"
Jelas sang supir ketika melihat kebingungan Adelia.
"Nona pasti sekertaris baru ya jadi belum tahu, apa pak Stephen tidak memberi tahu nona?"
"Tidak pak, apa benar nona Mentari begini?"
"Nona bisa melihatnya!"
Adelia menatap keluar di mana Mentari sangat lahap memakannya bahkan wajah datarnya seolah sirna menjelma menjadi gadis hangat dan murah senyum. Sungguh Adelia baru melihat orang unik seperti Mentari.
Bagaimana bisa dia mengenal Mentari yang sangat cuek, kaku dan jarang bicara kini terlihat asik mengobrol dengan sang penjual.
Ini baru satu hari kerja tapi Adelia sudah banyak sekali belajar dari Mentari.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments