Adelia sendari tadi menautkan jari-jari dengan kepala yang terus menunduk.
Mentari sangat kesal karena Adelia terus saja diam. Entah sampai kapan Mentari harus menunggu Adelia angkat bicara.
Mentari memang meminta Aksara untuk pulang dan menahan Adelia untuk menjelaskan semuanya.
Grep ...
Mentari memegang lengan Adelia yang nampak dingin. Seperti ini salah satu ciri Adelia sedang gugup.
"Katakan?"
Ucap Mentari ingin mendengar penjelasan Adelia kenapa selama ini bohong padanya. Bahkan akting mereka sangatlah sempurna, teringat jelas ketika mereka tanpa sengaja makan bareng di kantor.
"Maaf nona!"
"Sendari tadi kau minta maaf, anggap saja aku bukan atasan mu. Aku teman mu maka ceritakan semuanya?"
Adelia dengan ragu mengangkat kepalanya menatap manik Mentari yang selalu dingin. Wajah ini tanpa ekspresi apapun membuat Adelia tak tahu apa Mentari marah atau tidak.
"Tadi saya hanya khawatir tentang nona, jadi memanggil mas Aksara!"
"Tidak, aku tidak sedang membahas itu, aku ingin tahu kenapa kau berbohong dan sejak kapan hubungan kalian?"
"Semua tentang saya semuanya benar, kami menjalin hubungan sudah dua tahun. Awal pertemuan kami ketika saya magang di kantornya!"
"Wow, jadi selama ini kalian menyembunyikan hubungan kalian dari Tante, kenapa? Bukankah kamu sudah tahu jika Tante Queen menginginkan Aksara menikah!"
"Waktu itu, itu kali pertama saya bertemu bunda mas Aksara!"
"Serius?"
"Selama hubungan saya takut ketika mas Aksara meminta saya bertemu kedua orang tuanya. Saya malu dan tak berani k--"
"Karena aku hanya anak panti asuhan!"
Adelia menunduk karena tebakan Mentari benar. Adelia memang insecure dengan status mereka di mana Adelia hanya seorang anak panti, bahkan Adelia sendiri tak tahu siapa kedua orang tuanya. Sedang Aksara putra dari keluarga pengusaha yang terkenal.
Apa kata orang nanti, menganggap Adelia hanya hidup menumpang. Untuk itu, selama ini Adelia belum siap bertemu kedua orang tua Aksara karena takut kedua orang tua Aksara tak menerima dirinya.
"Adelia dengarkan saya baik-baik, keluarga Al-biru tak memandang status pada siapapun. Saya yakin Tante Queen dan om Farhan pasti menerima kamu. Apa kamu mencintai Aksara?"
"Saya mencintai nya, tapi saya takut membuat dia malu!"
"Baiklah, kita beralih pembicaraan saja!"
Putus Mentari, seperti Adelia orang pertama yang membuat Mentari banyak bicara selain dari keluarganya. Jika begitu berarti Mentari merasa nyaman.
"Apa Aksara yang meminta kamu bekerja dengan saya?"
"Ya, dia meminta saya menjaga nona. Awalnya saya penasaran dengan sosok gadis cantik yang sering mas Aksara ceritakan!"
Huh ...
Mentari menghela nafas berat, seperti nya selama ini Mentari telah salah sangka. Trauma yang Mentari alami membuatnya selalu merasa jika semua orang tak menyukainya.
Mentari tak tahu apa ia senang atau tidak dengan sikap Aksara. Namun, bagi Mentari Aksara terlalu berlebihan mengkhawatirkan ia seperti itu.
Bagaimana Mentari bisa bebas jika setiap gerakannya selalu di pantau.
Mentari hanya ingin merasakan kehidupan berbaur dengan orang lain tanpa memandang ia jijik.
"Hubungan kalian apa akan berlanjut atau tidak?"
"Maksud nona apa?"
"Seperti nya Tante Queen ingin menjodohkan Aksara!"
Deg ...
Adelia meremas bajunya kuat dengan perasaan tak menentu. Ia bingung harus berbuat apa demi hubungannya.
Adelia sangat mencintai Aksara tapi, apa kedua orang tua Aksara benar-benar akan menerima statusnya.
"Apa kamu rela jika Aksara bersanding dengan orang lain?"
"Kamu tahu, kehilangan orang yang kita cintai itu sangat menyakitkan lebih menyakitkan lagi ketika dia balik membenci kita!"
Adelia menatap Mentari berani, terlihat jelas jika Mentari menyimpan banyak luka namun luka apa sungguh Adelia sangat penasaran.
Apa luka itu berkaitan dengan tuan Richard Anggara atau tidak Adelia tak berani menebak.
Untung saja Adelia tak menceritakan kejadiannya pada Aksara karena Adelia yakin Aksara tak akan tinggal diam.
Aksara memang tak terlalu menceritakan bagaimana kehidupan Mentari dan siapa kedua orang tua Mentari sebenarnya. Aksara hanya cerita dia sangat menyayangi gadis kecilnya itu saja.
"Sudah lah, ayo kita istirahat. Besok kita harus bekerja!"
Mentari beranjak dari duduknya membawa Adelia ke kamarnya.
Mentari meminta Adelia berganti pakaian dengan piyama tidurnya.
Adelia merasa canggung, namun Mentari welcome saja.
Bahkan sikap Mentari berubah jadi biasa lagi seperti yang Adelia kenal. Seolah sosok hangat tadi telah hilang entah kemana.
Adelia benar-benar penasaran apa yang di alami Mentari kenapa sulit sekali di tebak. Hatinya terlalu dingin dan tertutup seolah tak mengizinkan siapapun masuk dalam kehidupannya.
Mereka berdua tidur saling membelakangi dengan pikiran masing-masing.
.
.
Stephen terkejut ketika mendapati Adelia bersama Mentari. Namun, rasa terkejut itu Stephen tahan karena tak mau membuat Mentari marah.
Stephen menjalankan mobilnya menuju kantor.
Mentari dan Adelia saling diam membuat Stephen merasa heran. Apalagi Stephen penasaran kenapa kemarin Mentari pulang lebih awal bahkan tak kekantor lagi setelah pertemuan.
Sejatinya Mentari gadis yang hangat namun kehangatan itu hanya di dalam sangat dalam hingga sulit orang lain merasakannya.
Yang Mentari tunjukan hanya sikap dingin dan kaku, tak ada yang berubah dari Mentari.
Bahkan sikap pada Adelia pun kembali dingin seperti mereka kali bertemu.
Tak masalah bagi Adelia karena Adelia sedikit mengerti apa yang Mentari rasakan.
Bahkan mereka melakukan pekerjaan mereka dengan profesional seolah tak ada kejadian tadi malam di antara mereka.
Mentari diam sejenak sambil memutar-mutar balpoin nya.
Seperti nya Mentari harus bertanya langsung pada Richard apa yang di maksud dari ucapannya kemaren. Mentari masih belum mengerti.
Tak ada kesalahan sekecil apapun yang Mentari lakukan untuk menyakiti Alana. Lantas kenapa Richard bisa mengatakan hal itu. Pasti ada sesuatu yang Mentari tak tahu dan Mentari harus mencari tahunya.
Sebentar lagi kelulusan Alana, Mentari masih menimbang-nimbang apa ia datang atau tidak ke acara kelulusan Alana.
Seperti nya Mentari harus datang dan ia harus menanyakan langsung pada adiknya itu.
Sudah Mentari putuskan ia akan datang dan mencari tahu semuanya.
Sebelum pergi seperti nya Mentari harus menyelesaikan pekerjaan supaya bisa beberapa hari tinggal di Jerman. Apalagi Mentari sangat merindukan Shofi dan Fatih.
Mentari akan memberi kejutan pada adiknya, berharap Alana masih adiknya yang dulu.
Banyak kenangan manis di antara mereka, sungguh Mentari merindukan hal itu. Momen yang tak pernah bisa Mentari lupakan.
Alana gadis yang sedikit tomboy namun sikapnya tak mencerminkan perilaku nya. Biasanya gadis tomboy cendrung pendiam dan galak. Tapi sikap itu tak ada di diri Alana. Sudah tomboy, cerewet, usil dan juga manja bak gadis feminim.
Bertolak belakang dengan Mentari yang terlihat feminim nan anggun namun sikapnya begitu dingin, kaku dan cuek.
Sungguh sikap yang benar-benar berbeda tentu diamnya Mentari karena keadaan yang memaksanya begitu sedang Alana jangan di tanya kejahilannya menurun dari Fatih. Dulu Fatih seperti itu dan buah tak jauh jatuh dari pohonnya.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments