NovelToon NovelToon

Mentari

Bab 1 Mentari

Seiring berjalannya waktu Mentari tumbuh menjadi gadis dingin dan pendiam. Tak pernah ada senyuman di balik bibirnya selama beberapa tahun terakhir ini.

Kebisuannya membuat semua orang selalu mengatainya bisu dan aneh.

Bahkan setiap di tanya Mentari akan selalu bungkam tak pernah mau bicara. Mentari akan berbicara lewat catatan yang selalu Mentari bawa. Namun Mentari akan menjadi sosok hangat hanya pada Shofi dan Fatih saja terutama pada Alana.

Aura kecantikannya terpancar hebat membuat kau Adam terhipnotis oleh tatapan teduh Mentari. Namun siapa sangka tak ada yang berani mendekati Mentari karena di balik tatapan teduh itu menyimpan tatapan yang tajam menghunus ke setiap persendian.

Keadaan yang membuat Mentari tumbuh seperti itu. Kasih sayang yang Shofi dan Fatih berikan tak membuat Mentari bisa dengan mudah menerima orang baru di hidupnya sangat sulit hingga Mentari memilih menutup semuanya.

Apalagi semenjak Richard selalu menjadi musuh baginya dari kecil hingga beranjak dewasa selalu menatap sinis akan ketidak sukaan.

Namun bagi Mentari Shofi dan Fatih segalanya Mentari tak mau membuat Shofi dan Fatih kecewa hingga di sana Mentari selalu berusaha membuat bangga Fatih dan Shofi.

Di dunia Mentari hanya ada kata belajar dan belajar, sukses membanggakan kedua orang tua angkat dan keluarganya di Indonesia.

Apalagi Mentari harus kembali ke Indonesia karena panggilan yang mengharuskan Mentari kembali pada negara di mana ia dilahirkan. Karena ada tanggung jawab besar yang menunggu Mentari di sana.

Tapi bukan itu yang menjadi keganjalan hati Mentari akan tetapi tatapan permusuhan yang selalu terpancar jelas di mata Richard seolah Richard membenci Mentari tanpa sebab.

Apa salah Mentari hingga membuat Richard seperti itu. Kadang Mentari selalu bingung apa salahnya kenapa Richard selalu menatapnya seperti musuh. Padahal Mentari tak pernah berbuat salah sedikit pun apalagi bicara dengan Richard karena setiap bertemu Richard selalu menatapnya tajam hingga membuat Mentari bungkam.

Kadang Mentari ingin menangis kenapa Richard seolah membencinya bahkan sikap Richard berbeda balik dengan Alana.

Richard selalu lembut dan penuh kelembutan setiap bicara atau memperlakukan Alana.

Entahlah, itu selalu menjadi teka teki bagi Mentari yang tak bisa memecahkannya.

Sikap Richard dan Richo benar-benar berbeda.

Richo yang hangat dan humoris membuat Mentari nyaman berada di dekat Richo bahkan Richo satu-satunya orang yang selalu memperlakukan dirinya dengan baik.

Walau Mentari tahu Richo sangat dingin sekali pada Alana. Entahlah kenapa sikap kedua kakak beradik itu benar-benar bertolak belakang.

Richo yang hangat pada Mentari dan dingin pada Alana. Sedang Richard menatap permusuhan Mentari sedang pada Alana Richard selalu menatapnya hangat.

Sungguh Mentari tak mengerti akan hal itu kenapa bisa dia berada di posisi yang sangat membingungkan.

Alana Galianna Al-biru, putri pertama Fatih dan Shofi.

Alana lahir ketika Mentari sudah empat bulan tinggal di Jerman.

Gadis mungil penuh keceriaan telah tumbuh menjadi seorang remaja yang sangat cantik dan anggun. Lahirnya Alana tak membuat kasih sayang Shofi dan Fatih berkurang. Shofi dan Fatih selalu memperlakukan keduanya sama. Hingga tak ada rasa iri atau dengki di hati Mentari ataupun Alana.

Apalagi Alana belum tahu jika Mentari bukan kakak kandungnya. Shofi dan Fatih menutup rapat akan hal itu bahkan menyuruh semua orang menutup rapat kenyataan bahwa Mentari bukan kakak kandung Alana melainkan kakak sepupunya. Alana pun sangat menyayangi Mentari bahkan sangat manja pada Mentari.

Namun semuanya berubah saat itu saat dimana beberapa hari sebelum kepulangan Mentari ke Indonesia.

Entah apa yang terjadi Mentari tak mengerti namun Mentari tak bisa meminta penjelasan di saat Alana menatapnya dingin.

Tak ada tatapan sayang dan cinta hanya ada tatapan luka dan kecewa. Entah apa yang terjadi Mentari tak tahu.

Masih terbayang di ingatan Mentari bagaimana tatapan itu menghunus jantungnya membuat Mentari sesak.

Bagaimana mungkin Mentari pergi meninggalkan luka di hati adik tersayangnya.

Tatapan itu masih menjadi tanda tanya bagi Mentari sampai saat ini. Bahkan di hari itu pula Richard semakin membuat Mentari ingin menangis Mentari ingin berteriak.

Kenapa?

Apa salahnya?

Apa?

Apa?

Apa salahnya hingga membuat kedua orang yang sangat Mentari cintai menatapnya penuh kebencian.

Mentari hanya bisa diam dengan kebisuan sulit mengungkapkannya dengan sebuah kata.

Hatinya terlalu sakit dan terluka, terluka yang tak mengerti apa sebabnya.

Siapakah yang bisa menjelaskan akan luka itu kenapa semua orang seolah membenci kehadiran Mentari.

"Kakak hati-hati di jalan, kalau sudah sampai hubungi mommy segera!"

Ucap Shofi memeluk erat putri sulungnya dengan linangan air mata.

Shofi menatap Mentari selalu sama, penuh kasih sayang dan cinta.

Mentari tak bisa menahan air mata yang sendari tadi ia tahan ternyata tumpah juga ketika di hadapan Shofi. Sungguh Mentari tak bisa menyembunyikan apapun pada Shofi karena Shofi tahu semuanya tanpa ia katakan.

Shofi segalanya bagi Mentari dan kini tiba saatnya dia harus pergi meninggalkan sang mommy dan sang Daddy.

Sesaat Mentari menatap sendu pada adiknya yang malah membuang muka seolah tak mau melihat dirinya.

"Mommy jaga kesehatan ya, jangan lupa minum obat. Kakak janji kakak akan berkunjung bila ada waktu senggang!"

Fatih mengelus putri sulungnya dengan penuh kasih sayang.

Cup ...

Kecupan lembut Fatih berikan di kening Mentari membuat Mentari pasti merindukan hal ini.

"Dad!"

"Jaga diri baik-baik, bila ada kesempatan Daddy pasti berkunjung!"

Mentari memeluk erat Fatih seolah ini adalah perpisahan terakhir bagi mereka.

"Sayang!"

Alana hanya diam saja dengan wajah datarnya. Hati Mentari berdenyut nyeri melihat adik kesayangannya menjadi dingin seperti itu.

Panggilan itu memang Mentari sematkan buat Alana. Tak ada senyuman di bibir mungil Alana bahkan Alana seolah menginginkan ia pergi.

Kenapa dengan kamu sayang, mana senyumannya tolong jangan siksa kakak dengan kebisuan mu. Apa salah kakak kenapa kamu berubah!

Jerit batin Mentari pilu, Mentari hanya bisa memeluk erat Alana yang tak memberikan pelukan balik.

Biasanya Alana orang yang paling merengek jika Mentari pergi. Bahkan jika Mentari ke mana-mana Alana harus ikut mereka seperti tak bisa di pisahkan. Ada Mentari maka pasti ada Alana. Ada Alana maka pasti ada Mentari itulah mereka dulu.

"Sayang!"

"Kakak!"

Cegah Shofi menahan lengan Mentari yang akan mengejar Alana yang berlari meninggalkan bandara.

"Mom!"

"Biarkan, mungkin Alana butuh waktu. Alana tak terima kakak pergi!"

Mentari begitu miris Shofi dan Fatih tak tahu apa yang terjadi pada mereka.

"Cih!"

Tatapan elang menghunus tajam dengan rahang mengeras. Entah masalahnya apa kenapa Richard begitu membenci Mentari.

Richard berlalu begitu saja memilih mengejar Alana yang pergi dari pada melihat drama yang membosankan.

Lagi-lagi hati Mentari di buat sakit dengan semuanya.

Bersambung ...

Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...

Saksikan kisah Mentari di Bab Novel selanjutnya!!!!!!

Penasaran!!!

Jangan lupa tinggalkan komentar???

Bab 2 Di benci tanpa sebab!

"Kakak jahat .. kakak jahat hiks ...,"

"Al benci kakak!"

Teriak Alana dengan air mata yang berlinang. Sungguh Alana tak bermaksud bersikap sekejam itu pada Mentari namun entah kenapa dirinya bisa sekejam itu hanya satu kesalahan membuat Alana merubah segalanya.

Alana sangat membenci dirinya sendiri dalam keadaan seperti ini. Kenapa ia begitu egois membiarkan sang kakak pergi dengan luka yang ia ciptakan. Sang kakak orang yang begitu Alana sayangi kenapa sekarang ia bersikap seperti itu.

"Maafkan Al kak, maaf Al benci kakak hiks,,,!"

Mulut Alana seolah membenci namun dari lubuk hati Alana ia sangat menyesal sekali dengan semua itu.

Akankah Alana masih bisa bertemu Mentari sosok kakak yang selalu ada untuknya. Sosok kakak yang begitu lembut penuh kasih. Sosok kakak yang selalu menjaga nya dengan segenap jiwa.

Bisakah keadaan tak merubah pandangan Alana dan tak menyakiti Mentari.

Mentari seorang gadis yang selalu lemah jika di benci oleh orang tersayangnya membuat Mentari seolah-olah menyangka jika tak ada satu orang pun di dunia ini menginginkan kehadirannya.

Sama seperti Amira dan Alam yang meninggalkan ia ketika lahir ke dunia bahkan Tuhan begitu kejam tak membiarkan sedetikpun Mentari menatap wajah kedua orang tuanya.

Salahkah Mentari lahir ke dunia ini kenapa banyak orang yang sangat membencinya. Sungguh Mentari tak sanggup jika harus menghadapi situasi seperti ini.

Kenapa ia harus ada jika tak di inginkan, kenapa harus tumbuh jika di benci tanpa alasan.

Bisakah Mentari bertahan di dunia kejam ini, bertahan untuk menemukan setitik kebahagiaan, kenyamanan hingga tak ada lagi ruang rindu dan kesepian.

Hati Mentari selalu kosong akan hal itu walau Shofi dan Fatih selalu mengisinya dengan kasih dan cinta.

Tak pantas kan Mentari di cintai atau mencintai kenapa seolah Tuhan seolah tak mau Mentari bahagia.

Sungguh gadis yang malang yang selalu terbelenggu dalam kerinduan. Rindu akan kehadiran sosok kedua orang tua yang tak pernah Mentari dapatkan sendari lahir.

Pantaskah gadis malang itu tetap di benci dan harus di benci.

Kenapa?

Apa salahnya Mentari lahir ke dunia kenapa orang-orang seolah menatapnya tak suka. Ini bukan keinginan Mentari berada di dunia ini bukan keinginan Mentari berada di situasi yang sangat menyakitkan.

Bolehkah Mentari merasakan cinta itu, bahkan Shofi dan Fatih pun tak bisa memberikan cinta satu dalam kekosongan hati Mentari yang selalu Mentari rindukan.

Alana terus menangis dengan ribuan penyesalan yang tak dapat ia gambarkan.

Begitupun dengan Mentari terus menangis dalam kesendirian duduk di kursi pesawat seorang diri.

Lahir di tengah tiga keluarga besar membuat Mentari tak bisa merasakan kebahagiaan utuh seperti Alana.

Walau semua keluarga menyayangi Mentari layaknya anak kandung sendiri dan cucu sendiri.

Kini hanya ada Farhan dan Queen menjadi tertua di tiga keluarga itu.

Lima tahun silam Jek dan Melati pada akhirnya meninggalkan Mentari juga. Meninggalkan membawa penyesalan yang selalu menghantui mereka.

Tak ada ibu dan papa tak ada pula nenek dan kakek kini Mentari hanya hidup di antara tiga keluarga besar yang hanya tinggal nama saja.

Tinggal keluarga Al-biru yang menampungnya hidup bahkan Mentari tak pernah tahu siapa lagi saudara dari sang nenek.

Mentari terus menangis sambil menggenggam sebuah novel yang berjudul Heterogen (Seperti Air dan Pasir) sebuah novel yang menceritakan kisah perjalanan kedua orang tuanya.

Kisah yang Amira tulis agar Mentari tahu jika Amira dan Alam sangat menyayanginya. Mereka tak bermaksud meninggalkan Mentari, mereka tak bermaksud menghadirkan Mentari hanya sebatas kenangan.

Semua sudah takdir Tuhan yang tak bisa di hindari lagi.

Ibu!

Papa!

Mentari hanya bisa memanggil nama itu dengan hatinya bahkan sekedar mengucapkannya saja dengan lisan Mentari terlalu sulit.

Novel itu menjadi pelipur lara di kala Mentari di benci, di jauhi dan di tinggalkan. Mentari selalu mencoba jika kedua orang tuanya tak pernah meninggalkan dia.

Mereka ada dengan kenangannya Mentari tahu namun sulit bagi Mentari mengatakannya terlalu pilu untuk di katakan.

Perjalanan cukup panjang membuat Mentari lelah, lelah akan semuanya. Namun, Mentari berusaha bersikap tenang dan baik-baik saja.

Di bandara Soekarno Hatta sudah ada beberapa bodyguard yang menjemput tentunya Farhan yang memerintah.

Queen dan Aksara ikut menjemput, dari kejauhan Mentari berjalan anggun dengan kaca mata hitam yang menghiasi hidung mancungnya.

Rambut di biarkan tergerai melambai-lambai di terpa angin.

"Mentari!"

Teriak Aksara melambaikan tangan membuat Mentari menyunggingkan senyum terbaiknya.

Baiklah Mentari, perjalanan hidup mu telah di mulai. Awal babak baru teruslah kuat apapun yang terjadi jangan menyerah. Ingat kamu kuat sampai di titik ini, jadi teruslah berjuang.

"Nak!"

Mentari berhambur memeluk Queen, keluarga yang tertinggal.

"Lelah?"

"Lumayan Tante!"

Queen tersenyum mendengar panggilan dari Mentari. Padahal Queen sudah menyuruhnya memanggil nenek sama seperti Alana namun nyatanya Mentari keras kepala.

"Baiklah, kita langsung pulang!"

Mentari hanya mengangguk saja mengikuti arahan dari Queen.

"Cantik!"

"Aksara juga ganteng!"

Canda Mentari karena entah kenapa Aksara selalu saja suka memerhatikan nya.

Terkadang Mentari merasa heran jika Aksara menatapnya seolah menatap dengan tatapan entahlah Mentari tak mau berasumsi.

Bukankah mereka adalah saudara tentu Mentari tak akan takut dengan semuanya.

"Bagaimana kabar di sana?"

"Baik Tan, ada salam dari Mommy, Alana dan Daddy!"

"Syukurlah!"

 Karena sendari kecil memanggil Shofi dan Fatih dengan sebutan mommy dan Daddy membuat Mentari tak kaku lagi namun untuk memanggil Queen nenek rasanya Mentari sulit.

"Sudah sampai!"

Girang Aksara bak anak kecil padahal ia sudah sangat dewasa bahkan sudah cocok untuk menikah.

Queen menggandeng lengan Mentari masuk kedalam.

"Istirahat lah, kamu pasti cape!"

"Dhe, anterin Mentari ke kamarnya!"

"Siap Bunda!"

"Ayo!"

Ucap Aksara menarik lengan Mentari dengan satu tangan lagi menarik koper Mentari. Mentari hanya pasrah saja di tarik begini bak seorang suami saja.

"Selamat istirahat cantik!"

Goda Aksara membuat Mentari hanya tersenyum saja tak menanggapi ucapan absurd Aksara.

Aksara memang selalu saja memanggil dia Cantik sendari dulu. Mentari tak masalah selagi Aksara nyaman dan ia pun tak keberatan.

"Bagaimana aku akan istirahat jika kamu masih di situ!"

Ketus Mentari membuat Aksara menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Istirahat lah!"

Deg ..

Mentari tertegun ketika Aksara mengelus kepalanya dengan lembut. Sungguh perlakukan Aksara begitu lembut padanya membuat Mentari takut.

Entahlah, kenapa Aksara seperti ini, terlihat jelas kasih sayang yang Aksara berikan padanya.

Namun, Mentari segera menepisnya jauh-jauh yakin Aksara sama memperlakukannya seperti Alana.

Mentari menatap ke sekeliling kamar yang memang khusus Queen siapkan untuk dirinya ketika pulang ke Indonesia.

Namun, sepertinya Mentari tak akan tinggal di kediaman Al-biru. Mentari sudah memutuskan ia akan memilih tinggal di apartemen tempat sang papa dan sang ibu tinggal.

Ya, selama ini apartemen itu selalu terawat dan terjaga karena Melati dan Jek menyuruh seseorang membersihkan apartemen itu sampai akhir hayat mereka dan sekarang Mentari yang mengurus semuanya.

Bersambung ...

Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih

Bab 3 Unik

Pagi ini begitu cerah sekali seolah mentari di atas sana sedang bahagia.

Di kediaman Al-biru semuanya sedang sarapan pagi sebelum berangkat kerja.

Mentari terlihat canggung dengan semua, karena sudah lama tak merasakan momen ini.

"Nanti Stephen yang akan membantu kamu, nak!"

Ucap Farhan angkat bicara ketika sudah menyelesaikan sarapannya.

"Terimakasih, om!"

"Jangan sungkan, kalau banyak yang tak mengerti tinggal tanyakan om selalu membuka ruang!"

Tegas Farhan karena memang Farhan memutuskan menyerahkan perusahaan induk pada Aksara sedang Mentari memegang perusahaan F.B grup. Kini Farhan tinggal duduk saja di rumah memantau dari kejauhan apalagi Farhan ingin menghabiskan masa tuanya bersama sang istri.

"Baik, om!"

Suasana kembali tenang tak menegangkan sebelumnya.

Farhan memang selalu tegas pada siapapun begitupun pada Mentari.

"Kalau begitu Mentari pamit om Tante!"

Pamit Mentari karena memang Stephen sudah menunggu di luar dimana Stephen di perintah oleh Farhan untuk mengantar jemput Mentari selagi hari ini penyambutan untuk Mentari.

Bukan tanpa alasan Mentari ingin cepat-cepat pergi karena merasa tak nyaman dengan tatapan yang selalu Aksara berikan entah kenapa tatapan itu membuat Mentari tak suka.

"Nona!"

Salam Stephen membukakan pintu gugup melihat gadis yang dengan anggunnya berjalan mendekat. Stephen berusaha menundukkan pandangannya karena tak mau membuat Mentari merasa tak nyaman apalagi ini pertemuan pertama mereka.

Tanpa berkata Mentari langsung masuk bahkan tak ada sedikitpun senyuman yang Mentari berikan.

Judes tapi cantik!

Batin Stephen tersenyum tipis namun tak berani. Stephen bergegas masuk karena tak mau membuat image dia rusak di hari pertama. Apalagi Stephen tak tahu bagaimana sikap Mentari terlihat dari wajahnya saja sangat datar bahkan tak berminat berkenalan.

Entahlah membuat Steph penasaran bagaimana karakteristik seorang Mentari sang pewaris Kerajaan Al-biru ke dua.

Stephen sendiri putra dari om Dominic asisten sekaligus sahabat dari Alam, ayah Mentari.

Di sepanjang jalan hanya ada keheningan membuat Stephen sesekali mencuri pandang.

Mentari sendiri hanya diam membuang mukanya keluar jendela melihat banyaknya kendaraan dan gedung-gedung mencakar langit.

Sudah lama rasanya Mentari tak menginjakan kaki di negara kelahirannya. Seperti nya Mentari harus meluangkan waktu untuk sekedar berkeliling menikmati suasana kota Jakarta.

Terlihat banyak perubahan membuat Mentari sangat menyukainya.

Mentari harus semangat ia tak boleh loyo di hari pertama.

Stephen menghentikan mobilnya tepat di sebuah perusahaan yang menjulang tinggi.

Mentari membuka pintu mobilnya sendiri tanpa menunggu Stephen. Stephen hanya diam saja melihat sikap Mentari yang seolah tak mau dia membuka pintu.

"Lain kali jangan membukakan pintu, aku masih punya kedua tangan!"

Ketus Mentari tanpa ekspresi membuat Stephen mengangguk kaku suaranya begitu lembut namun penuh ketajaman di setiap kata yang keluar.

Semua karyawan menyambut kedatangan CEO baru mereka dengan ramah namun lihatlah tak ada senyuman sedikit pun di bibir Mentari. Wajahnya terlihat datar dan dingin bahkan tatapannya sangat tajam menatap satu persatu para karyawan.

Stephen hanya diam saja mengamati setiap ekspresi yang Mentari tunjukan, bisa Stephen tebak jika Mentari gadis kutub Utara.

Stephen langsung membawa Mentari ke ruangannya.

Para karyawan membuang nafas kasar ketika mereka menahan nafas sangat merinding melihat tatapan Mentari.

Sangat cantik dan mempesona namun auranya sangat mencekik mereka semua.

"Jangan membuat kesalahan, yang aku dengar dia lebih kejam dari pada nona Aurora dulu!"

"Masa sih, tapi kelihatannya ramah!'

"Hey, kau tak lihat sikapnya tadi, bahkan tersenyum pun tidak!"

"Benar juga, tapi nona Mentari sangat cantik!"

"Ya, dia sangat mirip artis Turki!"

Desak desuk para karyawan membicarakan Mentari di hari pertama.

Mereka harus hati-hati, telinga Mentari begitu tajam melebihi pisau. Mentari selalu suka kedisiplinan dan tak akan mentoleransi siapapun yang tak disiplin.

Otak mentari begitu cerdas sama seperti Alam dan Amira. Tak di ragukan lagi ia menguasai semuanya bahkan beberapa jam ia sudah menyelesaikan apa yang harus ia selesaikan bahkan dengan sepersekian menit ia selesai membaca beberapa berkas.

Cara kerja Mentari sangatlah cepat bahkan Stephen terkejut Mentari sudah mengerti situasi dan apa saja yang di butuhkan perusahaan.

Bahkan dalam sekali gabung Mentari mengubah sistem kerja dan juga aturan-aturan siapa saja yang tak setuju Mentari tak akan pernah mempertahankan walau itu karyawan berbakat.

Dari rapat dadakan itu membuat semua karyawan ketakutan akan dan juga bagian-bagian petinggi lain. Seperti nya mereka harus hati-hati dalam melakukan hal apapun.

Ketegasan Mentari sama seperti pemegang perusahaan yang pertama. Jangan di ragukan karena Mentari cucu nya.

Hari pertama membuat Mentari lelah karena terlalu banyak yang harus di perbaiki. Karena terlalu sering mengganti CEO membuat setiap sistem sedikit berubah.

Seperti nya apa yang di lakukan Mentari akan sama dengan pemegang perusahaan yang pertama.

Kedisiplinan adalah kesuksesan yang nyata.

Itulah yang selalu Mentari pegang, dan oleh sebab itu Mentari selalu di juluki kutub buku yang selalu menghabiskan harinya dengan tumpukan buku di hadapannya.

"Step, kau bisa pulang duluan?"

"Maaf nona, tuan besar meminta saya mengantar kemanapun nona pergi!"

Sudah mentari duga jika om nya tak akan membiarkan dia berkeliaran sendiri. Mentari tak bicara lagi, ia diam sambil melangkah cepat membuat Stephen terdiam sejenak.

Mentari akan bicara jika di perlukan jika tidak ia akan diam kembali dengan ekspresi datar, itulah yang bisa Stephen lihat.

"Kunci?"

Pinta Mentari datar membuat Stephen tak mengerti.

"Om ku tak melarang aku menyetir bukan!"

Kini Stephen mengerti, ia memberikan kunci mobilnya pada Mentari merasa takut aura Mentari sungguh mengerikan.

Benar kata ayah, gadis ini sama seperti nenek nya!

Batin Stephen masuk kedalam mobil membiarkan Mentari menyetir.

Mentari berniat mengelilingi kota Jakarta, ia ingin melihat bagaimana perubahannya.

Macet, tak pernah berubah dari dulu. Jakarta selalu saja macet entah harus bagaimana memutar otak agar jalanan tidak terlalu macet.

Mentari mengelilingi Monas, suasana sore nampak sedikit tenang. Mentari sedikit menikmati suasana kota kelahirannya.

Mentari menghentikan mobilnya melihat ada pedagang kaki lima. Walau lama tinggal di luar negri tapi Mentari sangat merindukan jajanan-jajanan khas pedagang kaki lima.

Sosis bakar, roti bakar, pentol, cimol dan jajanan lain semuanya Mentari beli membuat Stephen tercengang. Apa Mentari akan menghabiskan semua jajanan itu seorang diri. Belum lagi Mentari memberi tahu bulat dan sotong sungguh Stephen sangat heran melihat Mentari menyukai makanan begini.

Stephen pikir Mentari sangat makanan-makanan Eropa atau China tapi Mentari seperti lebih menyukai makanan khas Indonesia sendiri.

Dari setiap jajanan yang Mentari beli, Mentari tak sedikitpun menawari Stephen makan. Bagi Mentari jika mau ya beli saja toh Mentari yakin Stephen tak se-miskin itu apalagi Mentari tahu siapa Stephen. Mentari bukan orang bodoh yang tak tahu siapa saja yang bekerja dengannya dan Mentari tak suka ber-basa-basi akan semuanya.

Sudah puas berjalan-jalan Mentari pulang ke kediaman Al-biru. Ia menyerahkan kunci pada Stephen tanpa mengucap apapun berlalu pergi masuk kedalam.

"Unik!

Gumam Stephen sungguh benar-benar merasa aneh baru mengenal gadis seperti Mentari.

Gadis yang tak banyak bicara sekali bicara selalu tepat sasaran. Tak suka basa-basi tak penting Mentari akan menjawab dengan sebuah catatan seolah suara Mentari bak berlian yang bisa di dengar tak sembarang orang.

Bersambung ...

Jangan lupa Like Hadiah komen dan Vote Terimakasih ..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!