Mentari sulit sekali tidur, pikirannya terus tertuju pada kejadian sore tadi. Tak mungkin Mentari salah lihat.
Jika memang dia ada di Indonesia, sedang apa! Apa dia datang karena kontrak kerja itu.
Tidak!
Batin Mentari belum siap jika harus bertemu. Hati Mentari masih belum baik-baik saja, ia belum siap jika harus bertemu bahkan menatap matanya saja Mentari tak sanggup.
Kenapa harus dia yang datang kenapa bukan orang lain.
Mentari benar-benar tak bisa tidur karena sekelebat bayangan sosok itu terus menghantuinya.
Ibu, papa tolong Mentari hiks ...
Jerit Mentari memeluk guling berharap ia bisa tidur dengan nyenyak.
Bahkan Mentari melakukan apa saja supaya ia lelah dan cepat tidur sampai-sampai Mentari harus tidur di atas shopa.
Sungguh gadis yang malang, seperti nya sebentar lagi petaka akan datang.
.
Mentari memegang pundaknya yang terasa sakit. Tidur di atas shopa memang tak menyenangkan bahkan tubuh Mentari seakan remuk.
Walau begitu Mentari mencoba profesional datang ke kantor tepat waktu.
Seperti nya hari ini hari berat bagi Mentari apalagi tubuhnya kurang sehat. Apalagi terlihat jelas wajah Mentari begitu pucat. Mentari tetap memaksakan diri apalagi hari ini ada meeting.
Karena sudah beberapa kali Mentari menunda meeting tersebut dan kali ini sepertinya Mentari tak bisa apalagi pihak sana tak bisa mentoleransi lagi. Sudah tiga kali Mentari membatalkan pertemuan mereka dan ini yang ke empat Mentari harus datang.
Bukan hanya itu yang membuat Mentari datang karena sang pemilik perusahaan mengancam akan membatalkan kerja samanya jika Mentari tak profesional.
Sang pemilik perusahaan M.R grup itu terkenal dingin dan kejam seperti nya sikap mereka sama sebelas dua belas dengan Mentari.
Bahkan Adelia yang sudah di ingatkan oleh Stephen berkali-kali mempelajari berkas itu karena tak mau ada kesalahan mengingat mereka terus mengundur waktu pertemuan.
"Nona jika masih sakit sebaiknya di wakilkan saja. Apalagi perusahaan M.R grup mereka juga selalu mengutus orang lain. Dari data yang saya terima CEO mereka jarang menampakan wajah beliau!"
"Tak apa, itu terserah mereka yang penting kita tak melakukan kesalahan!"
Ucap Mentari lemah membuat Adelia khawatir akan kondisi Mentari.
Sejatinya Mentari yang keras kepala ia tak akan mendengarkan orang lain.
Mentari tetap pergi dengan Adelia dan Adelia harus siap akan semuanya.
Mereka mengadakan pertemuan di salah satu hotel di Jakarta pusat karena itu permintaan M.R grup.
Mentari dan Adelia masuk ke sebuah ruangan di mana sudah ada dua orang yang menunggu mereka.
"Mohon maaf atas keterlambatan kami?"
Sesal Adelia menjabat tangan rekan kerjanya.
Orang-orang M.R grup langsung mempersilahkan Adelia dan Mentari duduk.
Karena ada perubahan kontrak kerja sama sang sekertaris dari M.R grup menjelaskan terlebih dahulu membuat Adelia mendengarkan seksama.
Namun kening Mentari mengerut seolah ada yang salah dengan apa yang mereka bicarakan.
Perubahan kontrak kerja sama itu seolah sengaja menguntungkan perusahaan Mentari dan mereka mengambil dari beberapa persen saja.
Adelia yang mendengar justru tergiur karena perubahan itu menguntungkan banyak pada perusahaan. Adelia pikir jika mereka menggunakan cara licik tapi sepertinya tidak.
"Bagaimana, apa nona-nona setuju?"
Tanya sang sekertaris tersenyum sopan membuat Adelia senang seperti nya sikap mereka berbeda balik dengan yang Stephen ceritakan.
Puk ....
Ucapan Adelia tertahan ketika Mentari menepuk pundaknya.
Adelia menatap Mentari yang selalu menatapnya dingin tapi Adelia mengerti maksud Mentari.
Glek ...
Sang sekertaris dan juga asisten M.R grup menelan ludahnya kasar melihat tatapan tajam yang Mentari berikan.
Ternyata rumor tentang Mentari benar jika Mentari CEO yang berdarah dingin bahkan sendari tadi hanya diam setia dengan wajah datarnya.
Bahkan tatapan Mentari sangat mengerikan sama seperti bos mereka.
Namun mereka berusaha tenang tak memperlihatkan gelagat apapun. Bahkan mereka berdua terlihat cool membuat Mentari semakin memicingkan kedua matanya.
"Nona!"
Mentari memberikan sebuah nota pada Adelia membuat Adelia langsung membacanya.
Adelia terdiam membaca pesan Mentari sungguh Adelia tak mengerti kenapa Mentari malah bersikap begini. Walau apa yang Mentari lakukan memang ada benarnya juga.
Huh ...
Adelia menghela nafas pelan mengubah raut wajahnya jadi biasa tak se antusias tadi.
"Maaf tuan, seperti nya kami kurang setuju dengan perubahan isi kontrak ini!"
"Kenapa? Bukankah ini menguntungkan bagi perusahaan kalian?"
"So, kita realita saja. Mana ada sebuah perusahaan mengajukan kerja sama hanya untuk menguntungkan orang lain!"
Sang asisten menyunggingkan senyum mendengar jawaban cerdas Adelia. Ternyata mereka berdua sangat hati-hati dan teliti. Apalagi sang asisten melirik Mentari sekilas yang tetap bungkam seolah mempercayakan semuanya pada Adelia.
Ternyata tak mudah menaklukan perusahaan besar ini dan sialnya Mentari tak mudah tergiur oleh apapun, keadaan yang membuat Mentari hati-hati.
"Nona-nona kalian terlalu naif, tapi saya suka dengan cara pikir kalian. Percayalah bos kami tidak bermaksud apa-apa ini memang murni yang sering kami lakukan pada perusahaan lain!"
Mentari berpikir keras siapa bos mereka sebenarnya kenapa membuat perjanjian konyol seperti ini.
Di lihat dari data memang perusahaan M.R grup sering melakukan kerja sama seperti ini dan itu dengan perusahaan kecil jadi wajar guna mengembangkan perusahaan-perusahaan kecil tapi bagi perusahaan besar seperti Mentari tak mungkin. Perusahaan mereka tak kekurangan dana apapun seperti nya ada yang keliru dan Mentari harus mencari tahu.
"Maaf nona, bisakah anda bicara kenapa harus sekertaris anda yang bicara ap-apakah rumor yang beredar benar?"
"Jaga ucapan anda tuan!"
Tekan Adelia tak suka dengan ucapan sang asisten.
Mentari hanya menyunggingkan senyum seringai membuat Adelia bergidik ngeri karena kali kedua Adelia melihat senyum aneh itu dan itu tandanya ada sesuatu yang Mentari rencanakan.
Bahkan sang asisten dan sekertaris terkejut melihatnya. Kenapa aura di ruangan ini menjadi merinding.
"Maafkan saya nona, saya tak bermaksud hanya saj--"
"Pembahasan kita sampai ini, nona Mentari menginginkan isi perjanjian itu di rubah. Jika tidak nona Mentari akan membatalkan semua dan menanggung konversasi nya. Dan, satu lagi pertemuan berikutnya nona Mentari ingin bos kalian yang datang!"
Tegas Adelia ketika membaca pesan Mentari dari tabletnya jika itu keputusan Mentari walau Adelia sedikit was-was pasalnya mengganti uang konversasi sangatlah besar.
Tak di sangka jawaban Mentari seperti itu membuat sang asisten dan sang sekertaris terkejut. Ternyata bukan pendiam dan juga dingin Mentari sangat ahli juga membalikan keadaan bahkan mereka berdua tak bisa berkata-kata.
Mereka berdua saling pandang jika mereka gagal tentu mereka harus siap dengan amukan sang bos. Tapi, jika menekan mereka takut Mentari akan curiga.
Sungguh tak di ragukan lagi tiga darah yang mengalir dalam diri Mentari.
Darah al-biru dan Mangku Alam mengalir di diri Mentari dari sang papa. Darah Prayoga mengalir dari sang ibu, keturunan yang sempurna dan hanya Mentari sendiri yang mempunyai tiga darah itu.
Mentari langsung beranjak dari duduknya ketika sendari tadi tak mendapati jawaban.
Adelia mengikuti hingga membuat sang asisten juga berdiri mereka bingung harus bicara apa.
Tanpa peduli Mentari langsung keluar dari ruangan tersebut tanpa ragu di ikuti Adelia.
Seseorang yang sendari tadi mendengarkan di balik pintu menyunggingkan senyum seringai sangat suka dengan cara Mentari yang tak di ragukan lagi. Seperti nya ini akan semakin menarik.
Bersambung ...
Jangan lupa, Like, Hadiah, komen dan Vote ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Mbah Darmo
ralat : uang kompensasi
2024-05-24
1
Jumi Saddah
🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔
2023-11-11
2