Bab 11 Tak mungkin dia!

Dari kejadian beberapa hari lalu membuat para jajaran waspada dalam melakukan apapun.

Mereka tak menyangka mempunyai bos yang pendiam namun mematikan.

Apalagi Mentari sudah memperingati mereka semua dari rapat tadi.

Sungguh, kerja diam namun sangat mematikan bahkan dalam kurun waktu empat bulan sudah belasan orang yang di tendang dari perusahaan.

Bahkan perekrutan manajer baru telah selesai bahkan segala sistem Mentari juga merubahnya.

Mereka tak menyangka cara kerja Mentari sangatlah cepat dan tepat. Bahkan dulu ketika Aurora yang memimpin butuh beberapa bulan untuk menendang satu orang saja.

Jangan di tanya karena bukan keahlian Aurora memegang perusahaan. Aurora hanya lihai dalam bidang medis dan pengetahuan saja.

Sudah selesai rapat jajaran Mentari kembali ke ruangannya di ikuti Stephen dan Adelia.

Karena masalah ini membuat Mentari tak bisa makan siang seperti biasanya ia bahkan meminta Adelia membawakannya saja ke ruangan.

Adelia segera memesan apa yang Mentari butuhkan.

"Stephen!"

"Iya nona?"

"Atur pertemuan saya dengan ayah mu, ada sesuatu yang harus saya bahas!"

"Baik nona!"

Stephen membiarkan Mentari masuk sendiri ke ruangannya dan Stephen juga masuk kedalam ruangannya.

Hari ini seperti nya membuat Mentari lelah dan ia harus menjaga kesehatannya. Bahkan Mentari sampai lupa belum menelepon Shofi atau pun Fatih. Jika begini rasanya Mentari kangen pelukan hangat Shofi yang selalu menenangkan jiwanya.

Ibu!

Batin Mentari sakit, sungguh kenapa ia harus berjuang sendiri menahan rindu yang tak bertepi.

Bahkan sampai kapanpun tak akan tepi, terkadang Mentari lelah akan semua nya bahkan ia ingin mengakhiri dirinya sendiri namun Mentari masih waras.

Mentari memegang dadanya sesak, ingin meluapkan namun sulit sungguh ini sangatlah menyakitkan.

Mentari berlari ke arah kamar mandi membasuh wajahnya. Tangan Mentari bergetar dengan dada yang semakin sesak.

Ibu, tolong Tari sungguh ini sangat lelah hiks ...

Jerit Mentari sesak, berusaha mengatur nafasnya.

.

Adelia sendari tadi mengetuk pintu ruangan Mentari namun tak ada sahutan sama sekali membuat Adelia khawatir takut terjadi sesuatu pada Mentari apalagi wajah Mentari tadi terlihat pucat.

Adelia menerobos masuk saja karena takut terjadi sesuatu yang tak di inginkan.

"Nona!"

Panik Adelia ketika tak mendapati Mentari ada di kursinya bahkan ruangan Mentari kosong.

"Nona!"

Panggil Adelia lagi cemas takut hal buruk menghampiri Mentari.

Hiks ...

Adelia menghentikan langkahnya ketika mendengar suara orang menangis. Adelia berjalan menuju kamar mandi yakin jika Mentari ada di sana.

Isakan itu terdengar semakin jelas membuat Adelia bingung harus berbuat apa. Antara mengetuk atau membiarkan, sungguh Adelia berada dalam dilema yang tak menyenangkan.

Jika masuk Adelia takut Mentari marah besar tapi membiarkan takut terjadi sesuatu apalagi isakan itu terdengar berat.

"Nona, anda di dalam!"

Adelia pada akhirnya memberanikan diri memanggil karena tak mau terjadi sesuatu pada Mentari.

Karena tak mendapati sahutan Adelia langsung membuka kamar mandi tak peduli Mentari akan marah atau tidak.

Deg ...

Adelia terkejut melihat keadaan Mentari yang tak bisa di katakan baik-baik saja.

"Nona!"

Cemas Adelia memegang lengan Mentari yang terus memukul dadanya seolah ingin meluapkan kesesakan.

"Nona, tolong atur nafas secara perlahan. Tenang!"

Adelia berusaha membantu Mentari agar bisa mengatur nafas nya. Entah apa yang terjadi kenapa Mentari bisa seperti ini. Di lihat dari keadaan bisa Adelia tebak jika Mentari mengalami traumatik yang sangat dalam.

Setengah jam Adelia membantu Mentari agar tenang. Pada akhirnya Mentari bisa tenang bahkan nafasnya mulai teratur kembali.

"Nona minum dulu!"

Adelia memberikan botol minum pada Mentari membuat Mentari langsung meminumnya.

Suasana nampak canggung dengan keterdiaman Mentari.

"Nona ini makanan yang nona pesan!"

"Del?"

"Iya nona, ada yang anda perlukan lagi?"

"Tolong rahasia kan apa yang terjadi pada saya!"

"Baik nona, seperti nya nona harus segera makan!"

Mentari mengambil kotak nasi yang Adelia berikan.

Adelia segera undur membiarkan Mentari makan sendiri.

Rasanya hampa bahkan rasanya Mentari enggan menelannya. Namun, Mentari harus makan agar kesehatannya tetap terjaga.

Mentari tak boleh jatuh sakit, ia tak mau membuat semua orang menatap kasihan padanya.

Sungguh miris bukan, tak ada sandaran bagi Mentari mengadu. Walau masih ada keluarga yang menyayangi namun Mentari malu.

Yang Mentari inginkan sosok ibu dan papa, memberikan peluk hangat di saat seperti itu. Namun, berkali-kali Mentari harus meleburnya.

Mentari hanya bisa memeluk luka di setiap rindu yang membelenggu.

Mentari ingin keluar dari semuanya, ia rasanya sudah lelah sangat lelah.

Teringat lagi akan tanggung jawab besar Mentari tak bisa menelantarkan begitu saja.

Sudah makan Mentari meminum obat yang selalu ia bawa.

Sejenak Mentari memejamkan kedua matanya sampai tak sadar jika ia ketiduran.

Stephen dan Adelia tak berani menggangu apalagi Adelia sudah memperingati Stephen jika Mentari tak mau di ganggu. Itu hanya inisiatif Adelia saja karena tak mungkin membiarkan Stephen masuk melihat keadaan Mentari seperti itu.

Biarlah itu jadi rahasia Adelia, setidaknya Adelia jauh lebih beruntung dari pada Mentari.

Walau Adelia sama tak punya orang tua namun orang-orang di sekitarnya sangat menyayangi nya apalagi ibu panti. Bahkan masa remaja Adelia pun sangat menyenangkan apalagi Adelia mempunyai otak cerdas tentu mudah bagi Adelia punya teman walau Adelia tak tahu mereka tulus atau tidak.

Melihat Mentari seperti itu seperti hidup Mentari sangat berat.

Walau belum lama Adelia mengenal Mentari tapi Adelia bisa melihat seperti banyak beban dan kesakitan.

Hatinya terlalu dingin hingga sulit di sentuh. Entah apa yang membuat Mentari seperti itu.

Adelia tak mau menebak-nebak karena mereka tak sedekat itu.

Adelia melirik jam pergelangan tangannya, sebentar lagi waktu pulang. Adelia teringat Mentari namun ia tak berani.

Mentari masih tidur tak terusik oleh apapun. Bahkan para karyawan sudah berangsur pulang.

Tok .. Tok ...

Suara ketukan pintu membuat Mentari terbangun.

"Masuk!"

Stephen langsung masuk ketika Mentari menyahut membuat Adelia bernafas lega.

"Waktu nya pulang nona?"

"Tunggu di loby saja!"

Ucap Mentari membuat Stephen mengangguk.

Mentari segera membereskan barang-barangnya sudah selesai ia langsung pergi.

Huh ..

Mentari menghela nafas kasar sebelum keluar.

Seperti biasa Mentari akan memasang wajah datarnya.

Tanpa kata Mentari langsung naik dengan Stephen langsung menutup mobil.

Jalanan cukup macet membuat Stephen membawa mobil sedikit pelan. Seperti biasa Mentari akan menikmati kemacetan kota Jakarta.

Mata Mentari berbinar ketika melihat ada pedagang bakso seperti nya segar makan bakso pedas apalagi kepala Mentari sedikit pusing.

"Stephen, berhenti di depan gerobak bakso?"

"Baik nona!"

Mentari keluar dengan rona bahagia nya memesan satu porsi bakso.

Ada beberapa pengamen menghampiri seperti biasa Mentari memberikan uang pada mereka.

Mentari sangat menikmati bakso dengan rona di wajahnya membuat Stephen selalu curi-curi pandang.

Uhuk ..

Stephen terkejut ketika melihat Mentari memuntahkan bakso yang di makannya.

Tatapan Mentari tertuju pada satu objek membuat Stephen menatap ke arah Mentari lihat namun tak ada siapapun hanya ada beberapa orang lalu lalang dan pengamen tadi.

Mentari seolah mencari sesuatu tak mungkin Mentari salah lihat.

Kenapa begitu mirip membuat Mentari tanpa sadar mencari.

Stephen langsung turun dari mobil ketika melihat Mentari nampak linglung.

"Nona ada apa?"

Tanya Stephen merasa heran karena tak biasanya Mentari bersikap seperti ini.

"Tidak!"

Jawaban singkat padat membuat Stephen menghela nafas berat ketika Mentari meninggalkannya.

Tak mungkin dia!

Batin Mentari mengepalkan kedua tangannya erat.

Bersambung ...

Jangan lupa, Like, Hadiah komen, dan Vote Terimakasih ...

Episodes
1 Bab 1 Mentari
2 Bab 2 Di benci tanpa sebab!
3 Bab 3 Unik
4 Bab 4 Diam
5 Bab 5 Pindah
6 Bab 6 Sekertaris baru
7 Bab 7 Orang unik
8 Bab 8 Belum siap
9 Bab 9 Sedikit masalah
10 Bab 10 Penangkapan
11 Bab 11 Tak mungkin dia!
12 Bab 12 Hidup dari tiga darah
13 Bab 13 Tak enak hati
14 Bab 14 Kunjungan dadakan
15 Bab 15 Hati yang kosong
16 Bab 16 Tiba-tiba sesak!
17 Bab 17 Kecurigaan Mentari
18 Bab 18 Pertemuan tak menyenangkan
19 Bab 19 Ketahuan
20 Bab 20 Keputusan Mentari
21 Bab 21 Kecewa
22 Bab 22 Kegilaan Richo
23 Bab 23 Kesalahpahaman
24 Bab 24 Tertekan
25 Bab 25 Cemburu
26 Bab 26 Di kurung
27 Bab 27 Keputusan Richard
28 Bab 28 Kekecewaan
29 Bab 29 Tak ada yang mengerti
30 Bab 30 Ye ...
31 Bab 31 Malam patah hati
32 Bab 32 Hancur
33 Bab 33 Keputusan
34 Bab 34 Hancurnya hati seorang ibu
35 Bab 35 Benci
36 Bab 36 Egois
37 Bab 37 Jatuh sakit
38 Bab 38 Merawat
39 Bab 39 Di terima dengan tangan terbuka
40 Bab 40. Alasan lain
41 Bab 41 Sudah di putuskan
42 Bab 42 Memeluk luka
43 Bab 43 Latihan Akting
44 Bab 44 Hari yang cerah
45 Bab 45 Boneka beruang
46 Bab 46 Bergerak dalam diam
47 Bab 47 Salah tingkah
48 Bab 48 Egois
49 Bab 49 Perusak suasana
50 Bab 50 Istri pengalihan
51 Bab 51 Fitting baju
52 Bab 52 Kedatangan Angel
53 Bab 53 Sisi lain Mentari
54 Bab 54 Kekesalan Richard
55 Bab 55 Memalukan
56 Bab 56 Kedatangan Aurora
57 Bab 57 Perdebatan kecil
58 Bab 58 Godaan Alana
59 Bab 59 Kehangatan keluarga
60 Bab 60 Hari-H
61 Bab 61 Tak sengaja di ungkapkan
62 Bab 62 Masih tersenyum di balik rasa sakit
63 Bab 63 Hamil
64 Bab 64 Penjelasan dan ungkapan hati Mentari
65 Bab 65 (Jangan) benci aku
66 Bab 66 Proyek baru
67 Bab 67 Keputusan Mentari
68 Bab 68 Pertemuan
69 Bab 69 Dua minggu
70 Bab 70 Luka Mentari
71 Bab 71 Operasi
72 Bab 72 Kekhawatiran keluarga
73 Bab 73 Penyesalan
74 Bab 74 Alasan yang terungkap
75 Bab 75 Rasa yang tak bisa di ungkapkan
76 Bab 76 Sebuah pilihan
77 Bab 77 Tak akan menyerah
78 Bab 78 Penyesalan
79 Bab 79 Sadar
80 Bab 80 Dimana kak Richard?
81 Bab 81 Penyesalan
82 Bab 82 Menyakitkan
83 Bab 83 Aku membenci mu
84 Bab 84 Bercerita
85 Bab 85 Rencana Semi
86 Bab 86 Kekonyolan Semi
87 Bab 87 Aku akan menjaga mu
88 Bab 88 Si keras kepala
89 Bab 89 Hanya diam
90 Bab 90 Cerita bi Narsih
91 Bab 91 Sebuah Drama
92 Bab 92 Kembali ke rumah
93 Bab 93 Perubahan Mentari
94 Bab 94 Ingin memperbaiki tapi sulit
95 Bab 95 Pingsan
96 Bab 96 Ya elah, pingsan lagi!
97 Bab 97 Meminta saran
98 Bab 98 Satu kamar walau tak satu ranjang
99 Bab 99 Diam
100 Bab 100 Pengecut
101 Bab 101 Ungkapan Richard
102 Bab 102 Bagaimana mungkin!
103 Bab 103 Sakit
104 Bab 104 Memaafkan
105 Bab 105 Hubungan yang mulai membaik
106 Bab 106 Merajut Asa
107 Bab 107 Menyampaikan Rindu
108 Bab 108 Tak tahu caranya?
109 Bab 109 Drama surga dunia
110 Bab 110 Jahat
111 Bab 111 Kembali akur
112 Bab 112 Cemburu
113 Sekedar informasi
114 Bab 113 Pergi sana--
115 Bab 114 To you who I love!
116 Bab 115 Satu!
117 Bab 116 Sisi romantis
118 Bab 117 Al pikir Daddy akan marah.
119 Bab 118 Ketakutan Mentari
120 Bab 119 Jatuh sakit
121 Bab 120 Aku hamil!
122 Bab121 Mimpi yang terwujud
123 Maaf
124 Bab 122 Kangen
125 Bab 123 Senja Evelyn Anggara
126 Bab 124 Extra part (Egois)
127 Bab 125 Ektra part (Mengerti sendiri)
128 Bab 126 Extra prat (Tentang Alex)
129 Bab 127 Ektra part (Tentu!)
130 Bab 128 Extra prat (Lepaskan aku)
131 Bab 129 Extra prat (Kenyataan)
132 Bab 130 Extra prat (Penyesalan)
133 Bab 131 Konflik (Tak perlu drama lagi)
134 Ungkapan Author
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Bab 1 Mentari
2
Bab 2 Di benci tanpa sebab!
3
Bab 3 Unik
4
Bab 4 Diam
5
Bab 5 Pindah
6
Bab 6 Sekertaris baru
7
Bab 7 Orang unik
8
Bab 8 Belum siap
9
Bab 9 Sedikit masalah
10
Bab 10 Penangkapan
11
Bab 11 Tak mungkin dia!
12
Bab 12 Hidup dari tiga darah
13
Bab 13 Tak enak hati
14
Bab 14 Kunjungan dadakan
15
Bab 15 Hati yang kosong
16
Bab 16 Tiba-tiba sesak!
17
Bab 17 Kecurigaan Mentari
18
Bab 18 Pertemuan tak menyenangkan
19
Bab 19 Ketahuan
20
Bab 20 Keputusan Mentari
21
Bab 21 Kecewa
22
Bab 22 Kegilaan Richo
23
Bab 23 Kesalahpahaman
24
Bab 24 Tertekan
25
Bab 25 Cemburu
26
Bab 26 Di kurung
27
Bab 27 Keputusan Richard
28
Bab 28 Kekecewaan
29
Bab 29 Tak ada yang mengerti
30
Bab 30 Ye ...
31
Bab 31 Malam patah hati
32
Bab 32 Hancur
33
Bab 33 Keputusan
34
Bab 34 Hancurnya hati seorang ibu
35
Bab 35 Benci
36
Bab 36 Egois
37
Bab 37 Jatuh sakit
38
Bab 38 Merawat
39
Bab 39 Di terima dengan tangan terbuka
40
Bab 40. Alasan lain
41
Bab 41 Sudah di putuskan
42
Bab 42 Memeluk luka
43
Bab 43 Latihan Akting
44
Bab 44 Hari yang cerah
45
Bab 45 Boneka beruang
46
Bab 46 Bergerak dalam diam
47
Bab 47 Salah tingkah
48
Bab 48 Egois
49
Bab 49 Perusak suasana
50
Bab 50 Istri pengalihan
51
Bab 51 Fitting baju
52
Bab 52 Kedatangan Angel
53
Bab 53 Sisi lain Mentari
54
Bab 54 Kekesalan Richard
55
Bab 55 Memalukan
56
Bab 56 Kedatangan Aurora
57
Bab 57 Perdebatan kecil
58
Bab 58 Godaan Alana
59
Bab 59 Kehangatan keluarga
60
Bab 60 Hari-H
61
Bab 61 Tak sengaja di ungkapkan
62
Bab 62 Masih tersenyum di balik rasa sakit
63
Bab 63 Hamil
64
Bab 64 Penjelasan dan ungkapan hati Mentari
65
Bab 65 (Jangan) benci aku
66
Bab 66 Proyek baru
67
Bab 67 Keputusan Mentari
68
Bab 68 Pertemuan
69
Bab 69 Dua minggu
70
Bab 70 Luka Mentari
71
Bab 71 Operasi
72
Bab 72 Kekhawatiran keluarga
73
Bab 73 Penyesalan
74
Bab 74 Alasan yang terungkap
75
Bab 75 Rasa yang tak bisa di ungkapkan
76
Bab 76 Sebuah pilihan
77
Bab 77 Tak akan menyerah
78
Bab 78 Penyesalan
79
Bab 79 Sadar
80
Bab 80 Dimana kak Richard?
81
Bab 81 Penyesalan
82
Bab 82 Menyakitkan
83
Bab 83 Aku membenci mu
84
Bab 84 Bercerita
85
Bab 85 Rencana Semi
86
Bab 86 Kekonyolan Semi
87
Bab 87 Aku akan menjaga mu
88
Bab 88 Si keras kepala
89
Bab 89 Hanya diam
90
Bab 90 Cerita bi Narsih
91
Bab 91 Sebuah Drama
92
Bab 92 Kembali ke rumah
93
Bab 93 Perubahan Mentari
94
Bab 94 Ingin memperbaiki tapi sulit
95
Bab 95 Pingsan
96
Bab 96 Ya elah, pingsan lagi!
97
Bab 97 Meminta saran
98
Bab 98 Satu kamar walau tak satu ranjang
99
Bab 99 Diam
100
Bab 100 Pengecut
101
Bab 101 Ungkapan Richard
102
Bab 102 Bagaimana mungkin!
103
Bab 103 Sakit
104
Bab 104 Memaafkan
105
Bab 105 Hubungan yang mulai membaik
106
Bab 106 Merajut Asa
107
Bab 107 Menyampaikan Rindu
108
Bab 108 Tak tahu caranya?
109
Bab 109 Drama surga dunia
110
Bab 110 Jahat
111
Bab 111 Kembali akur
112
Bab 112 Cemburu
113
Sekedar informasi
114
Bab 113 Pergi sana--
115
Bab 114 To you who I love!
116
Bab 115 Satu!
117
Bab 116 Sisi romantis
118
Bab 117 Al pikir Daddy akan marah.
119
Bab 118 Ketakutan Mentari
120
Bab 119 Jatuh sakit
121
Bab 120 Aku hamil!
122
Bab121 Mimpi yang terwujud
123
Maaf
124
Bab 122 Kangen
125
Bab 123 Senja Evelyn Anggara
126
Bab 124 Extra part (Egois)
127
Bab 125 Ektra part (Mengerti sendiri)
128
Bab 126 Extra prat (Tentang Alex)
129
Bab 127 Ektra part (Tentu!)
130
Bab 128 Extra prat (Lepaskan aku)
131
Bab 129 Extra prat (Kenyataan)
132
Bab 130 Extra prat (Penyesalan)
133
Bab 131 Konflik (Tak perlu drama lagi)
134
Ungkapan Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!