Hari ini sedikit melelahkan bagi Mentari apalagi ia harus membereskan apartemen menara semua barangnya walau di bantu Queen.
Satu jam yang lalu Queen dan Farhan sudah pulang kini tinggal Mentari di apartemen.
Mentari mengelilingi apartemen sang papa. Wangi yang tak pernah berubah sama persis wangi sendari kecil Mentari kenal.
Cklek ....
Mentari membuka kamar sang papa karena memang kamar itu tak Mentari tempati. Dia menempati kamar sebelahnya karena memang di sana ada dua kamar.
Tes ....
Setetes air mata keluar dada Mentari terasa sesak.
Mentari menelusuri setiap sudut di mana begitu banyak Poto kedua orang tuanya.
"Ibu, papa Mentari datang!"
Lilir Mentari mengambil Poto pernikahan kedua orang tuanya.
Mereka nampak bahagia dengan senyuman yang menghiasi keduanya.
Terlihat jelas jika mereka saling mencintai, namun Mentari tak bisa merasakan cinta besar itu.
"Mulai sekarang Mentari yang akan merawat kamar kalian. Di sini kenangan itu tersimpan, Mentari akan menjaga sebaik-baiknya!"
Cup ..
Sebuah kecupan Mentari berikan pada Poto kedua orang tuanya. Hanya itu yang Mentari miliki dan bisa melihat wajah kedua orang tuanya waktu muda. Sangat cantik dan tampan pahatan itu turun pada Mentari.
Sudah puas meluapkan rasa rindunya Mentari kembali ke kamarnya. Ia harus istirahat apalagi besok ia harus bangun pagi guna memulai hidup barunya di mana Mentari hidup sendiri belajar mandiri.
Kasih sayang keluarganya memang begitu besar Mentari menghargai itu tapi Mentari ingin berjuang di atas kakinya sendiri. Mentari tak mau di kasihani, ia hanya ingin di cintai dengan tulus.
Apa kah Mentari bisa menemukan sosok seperti sang papa yang mencintai ibunya begitu dalam.
Kisah mereka selalu Mentari baca berulang-ulang di waktu senggangnya. Guna mengenang masa muda kedua orang tuanya.
Mentari memutuskan tidur mencoba berpikir tenang. Mentari tak mau berlarut-larut dalam kesedihan nya. Kedua orang tuanya sudah tenang di alam sana. Mentari hanya bisa mendoakan dan ia berjanji akan menjalani hidupnya dengan baik.
"Selamat malam wahai malam!"
Gumam Mentari memeluk guling yang selalu menjadi temannya.
.
.
Selamat pagi wahai mentari terimakasih atas senyum yang kau beri. Hari ini begitu cerah dengan semangat baru.
Mentari sudah siap dengan setelan kantornya.
Begitupun dengan Stephen sudah menunggu di bawah.
Mereka segera berangkat ketika Mentari sudah masuk mobil.
Seperti biasa hanya ada keheningan di antara mereka. Mentari bukan tak ingin berteman namun itu lebih baik.
Mereka yang tulus tak perlu harus seakrab itu bukan. Cukup saling memahami saja untuk memulai pertemanan.
"Pagi Bu?"
Seperti biasa para karyawan menyapa Mentari ramah walau mereka tak pernah sedikitpun mendapat balasan.
Mentari hanya mengangguk saja lalu pergi menuju ruangannya.
"Jika sekertaris sudah datang antar ke ruangan saya?"
"Baik non!"
Jawab Stephen tegas ia akan berusaha proporsional apalagi Farhan sudah memperingati nya. Mentari bukan gadis yang mudah beradaptasi dan bergaul. Mentari akan membuka dirinya tergantung pada siapa yang membuatnya nyaman.
Mentari duduk di atas kursi kebesarannya, seorang office girl mengantar kan teh hangat. Mentari memang tak terlalu suka dengan kopi jadi ia hanya bisa meminum teh saja.
Tok .. Tok ..
Sebuah ketukan membuat Mentari mengangkat kepalanya.
"Masuk!"
Stephen langsung masuk ketika Mentari sudah mengijinkannya. Stephen masuk tidak seorang diri ia membawa seseorang yang akan menjadi sekertaris Mentari.
"Sekertaris nona!"
Mentari menatap seorang gadis yang mungkin seumuran dengannya. Pakaian terlihat sopan, wajahnya cantik nan imut namun penampilannya terlihat anggun walau berpakaian sederhana.
"Adelia Clara Narendra!"
Mentari membaca CV sekertaris barunya dengan lantang membuat Adelia tetap menunduk.
Mentari mengisyaratkan agar Stephen keluar dari ruangannya.
"Duduk lah!"
Adelia langsung duduk di hadapan Mentari.
"Perkenalkan dirimu, aku ingin tahu sedikit tentang mu?"
Tegas Mentari membuat Adelia duduk tenang sambil menatap Mentari. Seperti nya Mentari tak seperti kata sekelebat orang.
"Nama saya Adelia Clara Narendra, usia dua puluh tiga tahun lulusan UI. Saya tinggal di panti asuhan dan saya tak tahu siapa kedua orang tua saya. Ini pekerjaan baru buat saya semoga nona bisa membimbing saya!"
Mentari menatap gadis di depannya, suaranya sangat lembut dan sopan seperti nya Mentari akan cocok dengan Adelia.
"Baiklah Adelia, Stephen akan mengarahkan apa saja yang akan kamu lakukan. Silahkan kembali keruangan mu!"
Adelia beranjak dari duduknya, jantungnya sudah ingin meledak. Mentari benar-benar sangat dingin bahkan suaranya terdengar tegas berbeda balik dengan Adelia.
Adelia akan satu ruangan dengan Stephen ruangan mereka berdampingan dengan ruang Mentari.
" Sudah selesai?"
"Sudah tuan!"
"Meja mu ada di sana dan ini berkas-berkas yang nona Mentari perlukan untuk meeting nanti siang. Kamu cukup mencatat jadwal nona Mentari dan memberi tahu apa saja yang harus di lakukan nona Mentari. Jangan membuat kesalahan sedikit nona Mentari tak mentoleransi nya. Satu lagi, kamu harus datang lima menit sebelum nona Mentari datang ke perusahaan. Ini pelajari lah terlebih dahulu, jika tak mengerti kau tanyakan saja pada saya!"
"Baik tuan!"
Ini awal Adelia kerja sebagai sekertaris di perusahaan besar. Seperti nya akan menjadi tantangan tersendiri bagi Adelia.
Walau memiliki bos kaku dan dingin tapi setidaknya Mentari perempuan jika laki-laki mungkin Adelia tak akan mau.
Mudah bagi Adelia mengerti karena mempunyai otak cerdas.
"Adelia?"
"Iya tuan!"
"Kamu akan ikut makan siang dengan nona Mentari, cukup kamu temani jangan banyak bertanya jika tak di ajak bicara!"
"Baik tuan!"
"Setengah jam lagi kamu harus mengingatkannya!"
"Siap!"
Stephen kembali mengerjakan pekerjaan membiarkan Adelia mempelajari semuanya.
Ini hari pertama Adelia kerja dan ia harus bisa hapal kebiasaan apa saja yang Mentari lakukan agar Adelia gampang memahami Mentari.
Adelia melirik jam tangannya seperti nya ini sudah waktunya dia mengingatkan Mentari.
Tok ...
"Masuk!"
Adelia masuk keruang Mentari ketika Mentari sudah mempersilahkannya masuk.
"Maaf nona, lima menit lagi jadwal makan siang dan setelah makan siang ada meeting di luar dengan perusahaan Jaya grup!"
"Baik!"
Mentari segera membereskan berkasnya bersiap untuk makan siang.
Adelia mengekor Mentari dari belakang mengikuti kemana Mentari akan pergi.
Deg ..
Adelia terkejut ketika Mentari memilih makan di kantin para karyawan bukankah ada ruang khusus untuk makan para petinggi. Adelia hanya diam saja tak berani bicara karena Stephen sudah memperingatinya.
Bahkan Mentari sendiri yang memesan makannya tanpa menyuruh dia.
Sungguh sikap bos yang patut di acungi jempol.
Mentari memang banyak diam bahkan tak bicara sama sekali. Walau tak merasa nyaman tapi Adelia berusaha beradaptasi dengan sosok dingin melebihi kutub Utara.
Mentari begitu lahap memakan makanannya. Walau telinga Adelia begitu gatal ketika ada beberapa karyawan yang membicarakan Mentari.
Sikap Mentari begitu datar bahkan seolah tak peduli dengan sekitar.
Sudah selesai makan Mentari langsung beranjak.
"Selesai kan makan mu, sudah selesai susul saya!"
Adelia langsung duduk kembali ketika Mentari memerintah ya.
Mentari keluar sendiri membiarkan Adelia menyelesaikan makan siangnya.
Mentari memang cepat makannya karena memang porsi makannya sedikit.
Bruk ...
Langkah kaki Mentari terhenti ketika melihat salah satu OB terjatuh.
Tangan Mentari mengepal erat dengan rahang mengeras melihat semuanya.
Bersambung ....
Jangan lupa Like, Hadiah komen, dan Vote Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments