Bab 6 Sekertaris baru

Hari ini sedikit melelahkan bagi Mentari apalagi ia harus membereskan apartemen menara semua barangnya walau di bantu Queen.

Satu jam yang lalu Queen dan Farhan sudah pulang kini tinggal Mentari di apartemen.

Mentari mengelilingi apartemen sang papa. Wangi yang tak pernah berubah sama persis wangi sendari kecil Mentari kenal.

Cklek ....

Mentari membuka kamar sang papa karena memang kamar itu tak Mentari tempati. Dia menempati kamar sebelahnya karena memang di sana ada dua kamar.

 Tes ....

Setetes air mata keluar dada Mentari terasa sesak.

Mentari menelusuri setiap sudut di mana begitu banyak Poto kedua orang tuanya.

"Ibu, papa Mentari datang!"

Lilir Mentari mengambil Poto pernikahan kedua orang tuanya.

Mereka nampak bahagia dengan senyuman yang menghiasi keduanya.

Terlihat jelas jika mereka saling mencintai, namun Mentari tak bisa merasakan cinta besar itu.

"Mulai sekarang Mentari yang akan merawat kamar kalian. Di sini kenangan itu tersimpan, Mentari akan menjaga sebaik-baiknya!"

Cup ..

Sebuah kecupan Mentari berikan pada Poto kedua orang tuanya. Hanya itu yang Mentari miliki dan bisa melihat wajah kedua orang tuanya waktu muda. Sangat cantik dan tampan pahatan itu turun pada Mentari.

Sudah puas meluapkan rasa rindunya Mentari kembali ke kamarnya. Ia harus istirahat apalagi besok ia harus bangun pagi guna memulai hidup barunya di mana Mentari hidup sendiri belajar mandiri.

Kasih sayang keluarganya memang begitu besar Mentari menghargai itu tapi Mentari ingin berjuang di atas kakinya sendiri. Mentari tak mau di kasihani, ia hanya ingin di cintai dengan tulus.

Apa kah Mentari bisa menemukan sosok seperti sang papa yang mencintai ibunya begitu dalam.

Kisah mereka selalu Mentari baca berulang-ulang di waktu senggangnya. Guna mengenang masa muda kedua orang tuanya.

Mentari memutuskan tidur mencoba berpikir tenang. Mentari tak mau berlarut-larut dalam kesedihan nya. Kedua orang tuanya sudah tenang di alam sana. Mentari hanya bisa mendoakan dan ia berjanji akan menjalani hidupnya dengan baik.

"Selamat malam wahai malam!"

Gumam Mentari memeluk guling yang selalu menjadi temannya.

.

.

Selamat pagi wahai mentari terimakasih atas senyum yang kau beri. Hari ini begitu cerah dengan semangat baru.

Mentari sudah siap dengan setelan kantornya.

Begitupun dengan Stephen sudah menunggu di bawah.

Mereka segera berangkat ketika Mentari sudah masuk mobil.

Seperti biasa hanya ada keheningan di antara mereka. Mentari bukan tak ingin berteman namun itu lebih baik.

Mereka yang tulus tak perlu harus seakrab itu bukan. Cukup saling memahami saja untuk memulai pertemanan.

"Pagi Bu?"

Seperti biasa para karyawan menyapa Mentari ramah walau mereka tak pernah sedikitpun mendapat balasan.

Mentari hanya mengangguk saja lalu pergi menuju ruangannya.

"Jika sekertaris sudah datang antar ke ruangan saya?"

"Baik non!"

Jawab Stephen tegas ia akan berusaha proporsional apalagi Farhan sudah memperingati nya. Mentari bukan gadis yang mudah beradaptasi dan bergaul. Mentari akan membuka dirinya tergantung pada siapa yang membuatnya nyaman.

Mentari duduk di atas kursi kebesarannya, seorang office girl mengantar kan teh hangat. Mentari memang tak terlalu suka dengan kopi jadi ia hanya bisa meminum teh saja.

Tok .. Tok ..

Sebuah ketukan membuat Mentari mengangkat kepalanya.

"Masuk!"

Stephen langsung masuk ketika Mentari sudah mengijinkannya. Stephen masuk tidak seorang diri ia membawa seseorang yang akan menjadi sekertaris Mentari.

"Sekertaris nona!"

Mentari menatap seorang gadis yang mungkin seumuran dengannya. Pakaian terlihat sopan, wajahnya cantik nan imut namun penampilannya terlihat anggun walau berpakaian sederhana.

"Adelia Clara Narendra!"

Mentari membaca CV sekertaris barunya dengan lantang membuat Adelia tetap menunduk.

Mentari mengisyaratkan agar Stephen keluar dari ruangannya.

"Duduk lah!"

Adelia langsung duduk di hadapan Mentari.

"Perkenalkan dirimu, aku ingin tahu sedikit tentang mu?"

Tegas Mentari membuat Adelia duduk tenang sambil menatap Mentari. Seperti nya Mentari tak seperti kata sekelebat orang.

"Nama saya Adelia Clara Narendra, usia dua puluh tiga tahun lulusan UI. Saya tinggal di panti asuhan dan saya tak tahu siapa kedua orang tua saya. Ini pekerjaan baru buat saya semoga nona bisa membimbing saya!"

Mentari menatap gadis di depannya, suaranya sangat lembut dan sopan seperti nya Mentari akan cocok dengan Adelia.

"Baiklah Adelia, Stephen akan mengarahkan apa saja yang akan kamu lakukan. Silahkan kembali keruangan mu!"

Adelia beranjak dari duduknya, jantungnya sudah ingin meledak. Mentari benar-benar sangat dingin bahkan suaranya terdengar tegas berbeda balik dengan Adelia.

Adelia akan satu ruangan dengan Stephen ruangan mereka berdampingan dengan ruang Mentari.

" Sudah selesai?"

"Sudah tuan!"

"Meja mu ada di sana dan ini berkas-berkas yang nona Mentari perlukan untuk meeting nanti siang. Kamu cukup mencatat jadwal nona Mentari dan memberi tahu apa saja yang harus di lakukan nona Mentari. Jangan membuat kesalahan sedikit nona Mentari tak mentoleransi nya. Satu lagi, kamu harus datang lima menit sebelum nona Mentari datang ke perusahaan. Ini pelajari lah terlebih dahulu, jika tak mengerti kau tanyakan saja pada saya!"

"Baik tuan!"

Ini awal Adelia kerja sebagai sekertaris di perusahaan besar. Seperti nya akan menjadi tantangan tersendiri bagi Adelia.

Walau memiliki bos kaku dan dingin tapi setidaknya Mentari perempuan jika laki-laki mungkin Adelia tak akan mau.

Mudah bagi Adelia mengerti karena mempunyai otak cerdas.

"Adelia?"

"Iya tuan!"

"Kamu akan ikut makan siang dengan nona Mentari, cukup kamu temani jangan banyak bertanya jika tak di ajak bicara!"

"Baik tuan!"

"Setengah jam lagi kamu harus mengingatkannya!"

"Siap!"

Stephen kembali mengerjakan pekerjaan membiarkan Adelia mempelajari semuanya.

Ini hari pertama Adelia kerja dan ia harus bisa hapal kebiasaan apa saja yang Mentari lakukan agar Adelia gampang memahami Mentari.

Adelia melirik jam tangannya seperti nya ini sudah waktunya dia mengingatkan Mentari.

Tok ...

"Masuk!"

Adelia masuk keruang Mentari ketika Mentari sudah mempersilahkannya masuk.

"Maaf nona, lima menit lagi jadwal makan siang dan setelah makan siang ada meeting di luar dengan perusahaan Jaya grup!"

"Baik!"

Mentari segera membereskan berkasnya bersiap untuk makan siang.

Adelia mengekor Mentari dari belakang mengikuti kemana Mentari akan pergi.

Deg ..

Adelia terkejut ketika Mentari memilih makan di kantin para karyawan bukankah ada ruang khusus untuk makan para petinggi. Adelia hanya diam saja tak berani bicara karena Stephen sudah memperingatinya.

Bahkan Mentari sendiri yang memesan makannya tanpa menyuruh dia.

Sungguh sikap bos yang patut di acungi jempol.

Mentari memang banyak diam bahkan tak bicara sama sekali. Walau tak merasa nyaman tapi Adelia berusaha beradaptasi dengan sosok dingin melebihi kutub Utara.

Mentari begitu lahap memakan makanannya. Walau telinga Adelia begitu gatal ketika ada beberapa karyawan yang membicarakan Mentari.

Sikap Mentari begitu datar bahkan seolah tak peduli dengan sekitar.

Sudah selesai makan Mentari langsung beranjak.

"Selesai kan makan mu, sudah selesai susul saya!"

Adelia langsung duduk kembali ketika Mentari memerintah ya.

Mentari keluar sendiri membiarkan Adelia menyelesaikan makan siangnya.

Mentari memang cepat makannya karena memang porsi makannya sedikit.

Bruk ...

Langkah kaki Mentari terhenti ketika melihat salah satu OB terjatuh.

Tangan Mentari mengepal erat dengan rahang mengeras melihat semuanya.

Bersambung ....

Jangan lupa Like, Hadiah komen, dan Vote Terimakasih ...

Episodes
1 Bab 1 Mentari
2 Bab 2 Di benci tanpa sebab!
3 Bab 3 Unik
4 Bab 4 Diam
5 Bab 5 Pindah
6 Bab 6 Sekertaris baru
7 Bab 7 Orang unik
8 Bab 8 Belum siap
9 Bab 9 Sedikit masalah
10 Bab 10 Penangkapan
11 Bab 11 Tak mungkin dia!
12 Bab 12 Hidup dari tiga darah
13 Bab 13 Tak enak hati
14 Bab 14 Kunjungan dadakan
15 Bab 15 Hati yang kosong
16 Bab 16 Tiba-tiba sesak!
17 Bab 17 Kecurigaan Mentari
18 Bab 18 Pertemuan tak menyenangkan
19 Bab 19 Ketahuan
20 Bab 20 Keputusan Mentari
21 Bab 21 Kecewa
22 Bab 22 Kegilaan Richo
23 Bab 23 Kesalahpahaman
24 Bab 24 Tertekan
25 Bab 25 Cemburu
26 Bab 26 Di kurung
27 Bab 27 Keputusan Richard
28 Bab 28 Kekecewaan
29 Bab 29 Tak ada yang mengerti
30 Bab 30 Ye ...
31 Bab 31 Malam patah hati
32 Bab 32 Hancur
33 Bab 33 Keputusan
34 Bab 34 Hancurnya hati seorang ibu
35 Bab 35 Benci
36 Bab 36 Egois
37 Bab 37 Jatuh sakit
38 Bab 38 Merawat
39 Bab 39 Di terima dengan tangan terbuka
40 Bab 40. Alasan lain
41 Bab 41 Sudah di putuskan
42 Bab 42 Memeluk luka
43 Bab 43 Latihan Akting
44 Bab 44 Hari yang cerah
45 Bab 45 Boneka beruang
46 Bab 46 Bergerak dalam diam
47 Bab 47 Salah tingkah
48 Bab 48 Egois
49 Bab 49 Perusak suasana
50 Bab 50 Istri pengalihan
51 Bab 51 Fitting baju
52 Bab 52 Kedatangan Angel
53 Bab 53 Sisi lain Mentari
54 Bab 54 Kekesalan Richard
55 Bab 55 Memalukan
56 Bab 56 Kedatangan Aurora
57 Bab 57 Perdebatan kecil
58 Bab 58 Godaan Alana
59 Bab 59 Kehangatan keluarga
60 Bab 60 Hari-H
61 Bab 61 Tak sengaja di ungkapkan
62 Bab 62 Masih tersenyum di balik rasa sakit
63 Bab 63 Hamil
64 Bab 64 Penjelasan dan ungkapan hati Mentari
65 Bab 65 (Jangan) benci aku
66 Bab 66 Proyek baru
67 Bab 67 Keputusan Mentari
68 Bab 68 Pertemuan
69 Bab 69 Dua minggu
70 Bab 70 Luka Mentari
71 Bab 71 Operasi
72 Bab 72 Kekhawatiran keluarga
73 Bab 73 Penyesalan
74 Bab 74 Alasan yang terungkap
75 Bab 75 Rasa yang tak bisa di ungkapkan
76 Bab 76 Sebuah pilihan
77 Bab 77 Tak akan menyerah
78 Bab 78 Penyesalan
79 Bab 79 Sadar
80 Bab 80 Dimana kak Richard?
81 Bab 81 Penyesalan
82 Bab 82 Menyakitkan
83 Bab 83 Aku membenci mu
84 Bab 84 Bercerita
85 Bab 85 Rencana Semi
86 Bab 86 Kekonyolan Semi
87 Bab 87 Aku akan menjaga mu
88 Bab 88 Si keras kepala
89 Bab 89 Hanya diam
90 Bab 90 Cerita bi Narsih
91 Bab 91 Sebuah Drama
92 Bab 92 Kembali ke rumah
93 Bab 93 Perubahan Mentari
94 Bab 94 Ingin memperbaiki tapi sulit
95 Bab 95 Pingsan
96 Bab 96 Ya elah, pingsan lagi!
97 Bab 97 Meminta saran
98 Bab 98 Satu kamar walau tak satu ranjang
99 Bab 99 Diam
100 Bab 100 Pengecut
101 Bab 101 Ungkapan Richard
102 Bab 102 Bagaimana mungkin!
103 Bab 103 Sakit
104 Bab 104 Memaafkan
105 Bab 105 Hubungan yang mulai membaik
106 Bab 106 Merajut Asa
107 Bab 107 Menyampaikan Rindu
108 Bab 108 Tak tahu caranya?
109 Bab 109 Drama surga dunia
110 Bab 110 Jahat
111 Bab 111 Kembali akur
112 Bab 112 Cemburu
113 Sekedar informasi
114 Bab 113 Pergi sana--
115 Bab 114 To you who I love!
116 Bab 115 Satu!
117 Bab 116 Sisi romantis
118 Bab 117 Al pikir Daddy akan marah.
119 Bab 118 Ketakutan Mentari
120 Bab 119 Jatuh sakit
121 Bab 120 Aku hamil!
122 Bab121 Mimpi yang terwujud
123 Maaf
124 Bab 122 Kangen
125 Bab 123 Senja Evelyn Anggara
126 Bab 124 Extra part (Egois)
127 Bab 125 Ektra part (Mengerti sendiri)
128 Bab 126 Extra prat (Tentang Alex)
129 Bab 127 Ektra part (Tentu!)
130 Bab 128 Extra prat (Lepaskan aku)
131 Bab 129 Extra prat (Kenyataan)
132 Bab 130 Extra prat (Penyesalan)
133 Bab 131 Konflik (Tak perlu drama lagi)
134 Ungkapan Author
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Bab 1 Mentari
2
Bab 2 Di benci tanpa sebab!
3
Bab 3 Unik
4
Bab 4 Diam
5
Bab 5 Pindah
6
Bab 6 Sekertaris baru
7
Bab 7 Orang unik
8
Bab 8 Belum siap
9
Bab 9 Sedikit masalah
10
Bab 10 Penangkapan
11
Bab 11 Tak mungkin dia!
12
Bab 12 Hidup dari tiga darah
13
Bab 13 Tak enak hati
14
Bab 14 Kunjungan dadakan
15
Bab 15 Hati yang kosong
16
Bab 16 Tiba-tiba sesak!
17
Bab 17 Kecurigaan Mentari
18
Bab 18 Pertemuan tak menyenangkan
19
Bab 19 Ketahuan
20
Bab 20 Keputusan Mentari
21
Bab 21 Kecewa
22
Bab 22 Kegilaan Richo
23
Bab 23 Kesalahpahaman
24
Bab 24 Tertekan
25
Bab 25 Cemburu
26
Bab 26 Di kurung
27
Bab 27 Keputusan Richard
28
Bab 28 Kekecewaan
29
Bab 29 Tak ada yang mengerti
30
Bab 30 Ye ...
31
Bab 31 Malam patah hati
32
Bab 32 Hancur
33
Bab 33 Keputusan
34
Bab 34 Hancurnya hati seorang ibu
35
Bab 35 Benci
36
Bab 36 Egois
37
Bab 37 Jatuh sakit
38
Bab 38 Merawat
39
Bab 39 Di terima dengan tangan terbuka
40
Bab 40. Alasan lain
41
Bab 41 Sudah di putuskan
42
Bab 42 Memeluk luka
43
Bab 43 Latihan Akting
44
Bab 44 Hari yang cerah
45
Bab 45 Boneka beruang
46
Bab 46 Bergerak dalam diam
47
Bab 47 Salah tingkah
48
Bab 48 Egois
49
Bab 49 Perusak suasana
50
Bab 50 Istri pengalihan
51
Bab 51 Fitting baju
52
Bab 52 Kedatangan Angel
53
Bab 53 Sisi lain Mentari
54
Bab 54 Kekesalan Richard
55
Bab 55 Memalukan
56
Bab 56 Kedatangan Aurora
57
Bab 57 Perdebatan kecil
58
Bab 58 Godaan Alana
59
Bab 59 Kehangatan keluarga
60
Bab 60 Hari-H
61
Bab 61 Tak sengaja di ungkapkan
62
Bab 62 Masih tersenyum di balik rasa sakit
63
Bab 63 Hamil
64
Bab 64 Penjelasan dan ungkapan hati Mentari
65
Bab 65 (Jangan) benci aku
66
Bab 66 Proyek baru
67
Bab 67 Keputusan Mentari
68
Bab 68 Pertemuan
69
Bab 69 Dua minggu
70
Bab 70 Luka Mentari
71
Bab 71 Operasi
72
Bab 72 Kekhawatiran keluarga
73
Bab 73 Penyesalan
74
Bab 74 Alasan yang terungkap
75
Bab 75 Rasa yang tak bisa di ungkapkan
76
Bab 76 Sebuah pilihan
77
Bab 77 Tak akan menyerah
78
Bab 78 Penyesalan
79
Bab 79 Sadar
80
Bab 80 Dimana kak Richard?
81
Bab 81 Penyesalan
82
Bab 82 Menyakitkan
83
Bab 83 Aku membenci mu
84
Bab 84 Bercerita
85
Bab 85 Rencana Semi
86
Bab 86 Kekonyolan Semi
87
Bab 87 Aku akan menjaga mu
88
Bab 88 Si keras kepala
89
Bab 89 Hanya diam
90
Bab 90 Cerita bi Narsih
91
Bab 91 Sebuah Drama
92
Bab 92 Kembali ke rumah
93
Bab 93 Perubahan Mentari
94
Bab 94 Ingin memperbaiki tapi sulit
95
Bab 95 Pingsan
96
Bab 96 Ya elah, pingsan lagi!
97
Bab 97 Meminta saran
98
Bab 98 Satu kamar walau tak satu ranjang
99
Bab 99 Diam
100
Bab 100 Pengecut
101
Bab 101 Ungkapan Richard
102
Bab 102 Bagaimana mungkin!
103
Bab 103 Sakit
104
Bab 104 Memaafkan
105
Bab 105 Hubungan yang mulai membaik
106
Bab 106 Merajut Asa
107
Bab 107 Menyampaikan Rindu
108
Bab 108 Tak tahu caranya?
109
Bab 109 Drama surga dunia
110
Bab 110 Jahat
111
Bab 111 Kembali akur
112
Bab 112 Cemburu
113
Sekedar informasi
114
Bab 113 Pergi sana--
115
Bab 114 To you who I love!
116
Bab 115 Satu!
117
Bab 116 Sisi romantis
118
Bab 117 Al pikir Daddy akan marah.
119
Bab 118 Ketakutan Mentari
120
Bab 119 Jatuh sakit
121
Bab 120 Aku hamil!
122
Bab121 Mimpi yang terwujud
123
Maaf
124
Bab 122 Kangen
125
Bab 123 Senja Evelyn Anggara
126
Bab 124 Extra part (Egois)
127
Bab 125 Ektra part (Mengerti sendiri)
128
Bab 126 Extra prat (Tentang Alex)
129
Bab 127 Ektra part (Tentu!)
130
Bab 128 Extra prat (Lepaskan aku)
131
Bab 129 Extra prat (Kenyataan)
132
Bab 130 Extra prat (Penyesalan)
133
Bab 131 Konflik (Tak perlu drama lagi)
134
Ungkapan Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!