Bab 15 Hati yang kosong

Queen melarang Mentari untuk mengantarnya ke bandara apalagi Queen tahu Mentari ada pertemuan pagi ini.

Mentari menurut saja ia langsung menuju lokasi pertemuan dengan pihak PT batu bata guna memperbaiki kerja sama mereka yang sempat terputus karena insiden beberapa waktu lalu.

Adelia selalu setia menemani Mentari karena itu pekerjaan.

"Kami minta maaf atas kejadian yang tak mengenakan belakangan ini?"

Ucap Adelia memulai pembicaraan dengan laki-laki paru baya sang pemilik PT batu bata.

"Kami sudah melupakannya apalagi nona Mentari bertanggung jawab atas semuanya bahkan dia mengganti konversasi melebihi kerugian perusahaan. Tak ada alasan bagi saya untuk memutus kerja sama kita apa lagi saya suka dengan kontrak kerja sama yang sedikit berbeda!"

"Terimakasih atas kepercayaan tuan, kami senang mendengarnya."

Seperti biasa Mentari hanya diam saja mempercayakan semuanya pada Adelia walau sedikit heran bagi sang pemilik PT batu bata kenapa sendari tadi Mentari tak bicara apapun.

Mungkin kabar yang beredar Mentari bos bisu benar tapi sang pemilik PT batu bata tak masalah asalkan kerja sama mereka saling menguntungkan.

Satu jam sudah mereka membahas semuanya. Hingga sang pemilik PT batu bata pamit terlebih dahulu karena ada urusan lain.

Mentari menyeruput jus nya guna membasahi tenggorokannya yang kering.

Mentari bernafas lega setidaknya PT batu bata masih bisa di ajak kompromi. Namun permasalahan Mentari bukan hanya itu saja masih banyak hal lain.

"Adelia bagaimana dengan keputusan perusahaan M.R grup, apa bos mereka sudah merespon?"

"Belum nona, seperti nya bos perusahaan M.R grup sangat privasi bahkan mereka masih menawarkan hal yang sama!"

Jelas Adelia membuat Mentari berpikir keras siapa sebenarnya bos perusahaan itu kenapa membuat perjanjian yang sangat konyol.

 "Carikan data, kapan berdirinya perusahaan itu dan bagaimana sepak terjangnya?"

"Baik nona, walau seperti nya agak sulit karena rumor yang beredar, tolong beri saya waktu!"

"Baik, seperti nya kita harus segera kembali!"

"Baik nona!"

Mentari dan Adelia kembali ke kantor sesudah makan siang. Masih ada berkas yang harus Mentari selesai.

Sendari kemaren Mentari terus memikirkan tentang perusahaan M.R grup. Walau menguntungkan perusahaan tapi Mentari tak mau ambil resiko. Mentari harus memastikan dulu jika itu bersih tak ada niat terselubung dalam hal kerja sama.

Kehati-hatian Mentari membuat orang lain memang tak mudah mempermainkan Mentari apalagi Mentari sudah terkenal bisu. Ada sebagian yang menyepelekan namun siapa sangka mereka akan mendapatkan kerugian besar atas semuanya.

Bukan hanya tentang perusahaan M.R grup yang Mentari pikirkan. Ia juga memikirkan tentang pertemuan dengan perusahaan Damaresh Bosch yang akan di selenggarakan beberapa hari lagi.

Semenjak Mentari pindah memang nomor Mentari di ganti. Hanya Fatih, Shofi dan Alana yang tahu karena memang Mentari sengaja.

Ingin menghubungi nomor Richo tapi tak mungkin juga. Apalagi hanya sekedar menanyakan siapa yang akan datang ke Indonesia.

Memikirkan itu saja sudah membuat Mentari pusing tujuh keliling.

Mentari cuma berharap hatinya baik-baik saja sampai hari itu tiba.

Karena tak mau pikirannya terus terganggu Mentari mencoba mengalihkannya dengan pekerjaan lain.

 Mengetik ulang laporan yang kurang dan memeriksa laporan lainnya.

Itulah cara Mentari mengalihkan dunianya karena tak mau berlarut-larut.

Sejenak Mentari menghentikan pekerjaan karena memang sudah hampir selesai.

Mengingat sang Tante tak ada dan tak akan mengunjunginya seperti nya bagus untuk Mentari mencari udara. Mentari tak peduli jika Aksara akan datang ia malas melihatnya.

Karena pekerjaan Mentari sudah selesai seperti nya hari ini Mentari bisa pulang lebih awal.

Malam minggu mengelilingi kota seperti nya seru.

Mentari segera menelepon Stephen agar keruangannya.

Stephen yang mendapat panggilan langsung bergegas ke ruangan Mentari.

"Ada apa non?"

"Stephen saya akan pulang bersama supir saja. Kamu bisa pulang sendiri!"

"Satu lagi, jangan mengikuti saya!"

Tegas Mentari membuat Stephen hanya bisa mengangguk pasrah. Ia juga tak bisa memaksa Mentari bisa-bisa Mentari marah.

.

Mentari menatap keluar jendela menikmati suasana sore mengelilingi kota.

 Hari cukup cerah dan panas padahal ini sudah sore. Cuaca di jakarta memang tak bisa di ragukan lagi.

Mentari menyuruh mang supir berhenti di depan penjual minuman Teh Nusantara. Mentari membelinya tak lupa membelikan juga untuk mang supir.

Mentari duduk di kursi trotoar jalan sambil menikmati suasana yang sedikit ramai oleh pesepeda dan juga pejalan kaki.

Tidak hanya membeli minuman Mentari juga membeli sosis bakar dan menu lainnya menemani sore nya kota Jakarta.

Mentari sudah dekat dengan mang supir bahkan ia biasa duduk berdua terlihat mereka seperti anak dan ayah.

Walau Mentari jarang sekali bicara tapi perlakukan Mentari membuat mang supir merasa nyaman. Bahkan Mentari memperlakukannya lebih dari supir.

Begitu banyak macam orang yang Mentari lihat seperti nya dari berbagai profesi juga.

Mentari benar-benar menikmati nya bahkan tanpa sadar senyuman terukir indah di bibirnya. Bahkan mang supir pun terkejut melihat Mentari yang tersenyum bukan sekedar terkejut namun juga terpana karena baru kali ini melihat wajah Mentari nampak hangat. Sambil terus menikmati jajanannya, sungguh Mentari sangat menyukai jajanan khas kaki lima.

Mentari tak melihat higenis atau tidak yang penting ia suka dan menikmatinya karena rasanya memang sama tak kalah jauh dengan yang di jual di cafe-cafe. Apalagi Mentari bisa menikmati nya sambil melihat orang lain yang tertawa dan bercanda. Suasana hangat yang selalu Mentari inginkan.

Di cafe memang tempat tenang untuk sekedar menenangkan diri. Tapi Mentari bukan untuk menenangkan diri ia hanya kehangatan melihat ramahnya penduduk yang tak Mentari dapatkan di Jerman.

Dunia Mentari terasa sendiri jadi ia ingin berada di lingkungan orang-orang yang menerimanya. Karena dengan begitu Mentari tak butuh kenal atau tidak. Jajan di pinggir jalan berbaur dengan orang-orang walau hanya sekedar mendengar dan melihat itu cukup mendatangkan kehangatan bagi Mentari. Apalagi Mentari bisa berbagi dengan anak-anak pengamen dan itu kebahagiaan yang luar biasa.

Bahkan karena seringnya sampai sebagian pengamen dan pedangan sudah hapal dengan Mentari. Karena Mentari langganan mereka setiap Mentari membeli pasti porsinya di tambah.

Sikap Mentari yang dingin pegangan memaklumi namun sikap Mentari yang ramah membuat para pedangan suka. Karena terkadang baik dan buruknya seseorang bukan di lihat dari tampang bukan.

Di atas sana langit nampak semakin berubah membuat Mentari memutuskan pulang.

Mentari melambaikan tangan pada para pengamen yang bernyanyi untuknya.

Sang supir tersenyum bahagia melihat Mentari terlihat bahagia.

"Usia mamang berapa tahun?"

Tiba-tiba Mentari bertanya membuat sang supir terkejut bahkan hampir saja menginjak pedal gasnya. Karena baru kali ini Mentari bertanya selama enam bulan bekerja dengan Mentari.

"Empat puluh tahun non!"

"Punya anak mang?"

"Alhamdulillah satu non, laki-laki baru kelas X!"

Mentari memangut-mangut tak bertanya lagi. Mentari kembali memerhatikan ke luar jendela di mana langit mulai gelap.

Membayangkan jika ia juga punya kedua orang tua pasti menyenangkan pulang di sambut dalam pelukan hangat. Namun, itu hanya angan yang tak akan pernah bertepi.

Terus berlayar di atas samudra mencari kehangatan hati namun belum juga temu.

Pah, ibu Mentari rindu ...

Bersambung ...

Jangan lupa, Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ....

Episodes
1 Bab 1 Mentari
2 Bab 2 Di benci tanpa sebab!
3 Bab 3 Unik
4 Bab 4 Diam
5 Bab 5 Pindah
6 Bab 6 Sekertaris baru
7 Bab 7 Orang unik
8 Bab 8 Belum siap
9 Bab 9 Sedikit masalah
10 Bab 10 Penangkapan
11 Bab 11 Tak mungkin dia!
12 Bab 12 Hidup dari tiga darah
13 Bab 13 Tak enak hati
14 Bab 14 Kunjungan dadakan
15 Bab 15 Hati yang kosong
16 Bab 16 Tiba-tiba sesak!
17 Bab 17 Kecurigaan Mentari
18 Bab 18 Pertemuan tak menyenangkan
19 Bab 19 Ketahuan
20 Bab 20 Keputusan Mentari
21 Bab 21 Kecewa
22 Bab 22 Kegilaan Richo
23 Bab 23 Kesalahpahaman
24 Bab 24 Tertekan
25 Bab 25 Cemburu
26 Bab 26 Di kurung
27 Bab 27 Keputusan Richard
28 Bab 28 Kekecewaan
29 Bab 29 Tak ada yang mengerti
30 Bab 30 Ye ...
31 Bab 31 Malam patah hati
32 Bab 32 Hancur
33 Bab 33 Keputusan
34 Bab 34 Hancurnya hati seorang ibu
35 Bab 35 Benci
36 Bab 36 Egois
37 Bab 37 Jatuh sakit
38 Bab 38 Merawat
39 Bab 39 Di terima dengan tangan terbuka
40 Bab 40. Alasan lain
41 Bab 41 Sudah di putuskan
42 Bab 42 Memeluk luka
43 Bab 43 Latihan Akting
44 Bab 44 Hari yang cerah
45 Bab 45 Boneka beruang
46 Bab 46 Bergerak dalam diam
47 Bab 47 Salah tingkah
48 Bab 48 Egois
49 Bab 49 Perusak suasana
50 Bab 50 Istri pengalihan
51 Bab 51 Fitting baju
52 Bab 52 Kedatangan Angel
53 Bab 53 Sisi lain Mentari
54 Bab 54 Kekesalan Richard
55 Bab 55 Memalukan
56 Bab 56 Kedatangan Aurora
57 Bab 57 Perdebatan kecil
58 Bab 58 Godaan Alana
59 Bab 59 Kehangatan keluarga
60 Bab 60 Hari-H
61 Bab 61 Tak sengaja di ungkapkan
62 Bab 62 Masih tersenyum di balik rasa sakit
63 Bab 63 Hamil
64 Bab 64 Penjelasan dan ungkapan hati Mentari
65 Bab 65 (Jangan) benci aku
66 Bab 66 Proyek baru
67 Bab 67 Keputusan Mentari
68 Bab 68 Pertemuan
69 Bab 69 Dua minggu
70 Bab 70 Luka Mentari
71 Bab 71 Operasi
72 Bab 72 Kekhawatiran keluarga
73 Bab 73 Penyesalan
74 Bab 74 Alasan yang terungkap
75 Bab 75 Rasa yang tak bisa di ungkapkan
76 Bab 76 Sebuah pilihan
77 Bab 77 Tak akan menyerah
78 Bab 78 Penyesalan
79 Bab 79 Sadar
80 Bab 80 Dimana kak Richard?
81 Bab 81 Penyesalan
82 Bab 82 Menyakitkan
83 Bab 83 Aku membenci mu
84 Bab 84 Bercerita
85 Bab 85 Rencana Semi
86 Bab 86 Kekonyolan Semi
87 Bab 87 Aku akan menjaga mu
88 Bab 88 Si keras kepala
89 Bab 89 Hanya diam
90 Bab 90 Cerita bi Narsih
91 Bab 91 Sebuah Drama
92 Bab 92 Kembali ke rumah
93 Bab 93 Perubahan Mentari
94 Bab 94 Ingin memperbaiki tapi sulit
95 Bab 95 Pingsan
96 Bab 96 Ya elah, pingsan lagi!
97 Bab 97 Meminta saran
98 Bab 98 Satu kamar walau tak satu ranjang
99 Bab 99 Diam
100 Bab 100 Pengecut
101 Bab 101 Ungkapan Richard
102 Bab 102 Bagaimana mungkin!
103 Bab 103 Sakit
104 Bab 104 Memaafkan
105 Bab 105 Hubungan yang mulai membaik
106 Bab 106 Merajut Asa
107 Bab 107 Menyampaikan Rindu
108 Bab 108 Tak tahu caranya?
109 Bab 109 Drama surga dunia
110 Bab 110 Jahat
111 Bab 111 Kembali akur
112 Bab 112 Cemburu
113 Sekedar informasi
114 Bab 113 Pergi sana--
115 Bab 114 To you who I love!
116 Bab 115 Satu!
117 Bab 116 Sisi romantis
118 Bab 117 Al pikir Daddy akan marah.
119 Bab 118 Ketakutan Mentari
120 Bab 119 Jatuh sakit
121 Bab 120 Aku hamil!
122 Bab121 Mimpi yang terwujud
123 Maaf
124 Bab 122 Kangen
125 Bab 123 Senja Evelyn Anggara
126 Bab 124 Extra part (Egois)
127 Bab 125 Ektra part (Mengerti sendiri)
128 Bab 126 Extra prat (Tentang Alex)
129 Bab 127 Ektra part (Tentu!)
130 Bab 128 Extra prat (Lepaskan aku)
131 Bab 129 Extra prat (Kenyataan)
132 Bab 130 Extra prat (Penyesalan)
133 Bab 131 Konflik (Tak perlu drama lagi)
134 Ungkapan Author
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Bab 1 Mentari
2
Bab 2 Di benci tanpa sebab!
3
Bab 3 Unik
4
Bab 4 Diam
5
Bab 5 Pindah
6
Bab 6 Sekertaris baru
7
Bab 7 Orang unik
8
Bab 8 Belum siap
9
Bab 9 Sedikit masalah
10
Bab 10 Penangkapan
11
Bab 11 Tak mungkin dia!
12
Bab 12 Hidup dari tiga darah
13
Bab 13 Tak enak hati
14
Bab 14 Kunjungan dadakan
15
Bab 15 Hati yang kosong
16
Bab 16 Tiba-tiba sesak!
17
Bab 17 Kecurigaan Mentari
18
Bab 18 Pertemuan tak menyenangkan
19
Bab 19 Ketahuan
20
Bab 20 Keputusan Mentari
21
Bab 21 Kecewa
22
Bab 22 Kegilaan Richo
23
Bab 23 Kesalahpahaman
24
Bab 24 Tertekan
25
Bab 25 Cemburu
26
Bab 26 Di kurung
27
Bab 27 Keputusan Richard
28
Bab 28 Kekecewaan
29
Bab 29 Tak ada yang mengerti
30
Bab 30 Ye ...
31
Bab 31 Malam patah hati
32
Bab 32 Hancur
33
Bab 33 Keputusan
34
Bab 34 Hancurnya hati seorang ibu
35
Bab 35 Benci
36
Bab 36 Egois
37
Bab 37 Jatuh sakit
38
Bab 38 Merawat
39
Bab 39 Di terima dengan tangan terbuka
40
Bab 40. Alasan lain
41
Bab 41 Sudah di putuskan
42
Bab 42 Memeluk luka
43
Bab 43 Latihan Akting
44
Bab 44 Hari yang cerah
45
Bab 45 Boneka beruang
46
Bab 46 Bergerak dalam diam
47
Bab 47 Salah tingkah
48
Bab 48 Egois
49
Bab 49 Perusak suasana
50
Bab 50 Istri pengalihan
51
Bab 51 Fitting baju
52
Bab 52 Kedatangan Angel
53
Bab 53 Sisi lain Mentari
54
Bab 54 Kekesalan Richard
55
Bab 55 Memalukan
56
Bab 56 Kedatangan Aurora
57
Bab 57 Perdebatan kecil
58
Bab 58 Godaan Alana
59
Bab 59 Kehangatan keluarga
60
Bab 60 Hari-H
61
Bab 61 Tak sengaja di ungkapkan
62
Bab 62 Masih tersenyum di balik rasa sakit
63
Bab 63 Hamil
64
Bab 64 Penjelasan dan ungkapan hati Mentari
65
Bab 65 (Jangan) benci aku
66
Bab 66 Proyek baru
67
Bab 67 Keputusan Mentari
68
Bab 68 Pertemuan
69
Bab 69 Dua minggu
70
Bab 70 Luka Mentari
71
Bab 71 Operasi
72
Bab 72 Kekhawatiran keluarga
73
Bab 73 Penyesalan
74
Bab 74 Alasan yang terungkap
75
Bab 75 Rasa yang tak bisa di ungkapkan
76
Bab 76 Sebuah pilihan
77
Bab 77 Tak akan menyerah
78
Bab 78 Penyesalan
79
Bab 79 Sadar
80
Bab 80 Dimana kak Richard?
81
Bab 81 Penyesalan
82
Bab 82 Menyakitkan
83
Bab 83 Aku membenci mu
84
Bab 84 Bercerita
85
Bab 85 Rencana Semi
86
Bab 86 Kekonyolan Semi
87
Bab 87 Aku akan menjaga mu
88
Bab 88 Si keras kepala
89
Bab 89 Hanya diam
90
Bab 90 Cerita bi Narsih
91
Bab 91 Sebuah Drama
92
Bab 92 Kembali ke rumah
93
Bab 93 Perubahan Mentari
94
Bab 94 Ingin memperbaiki tapi sulit
95
Bab 95 Pingsan
96
Bab 96 Ya elah, pingsan lagi!
97
Bab 97 Meminta saran
98
Bab 98 Satu kamar walau tak satu ranjang
99
Bab 99 Diam
100
Bab 100 Pengecut
101
Bab 101 Ungkapan Richard
102
Bab 102 Bagaimana mungkin!
103
Bab 103 Sakit
104
Bab 104 Memaafkan
105
Bab 105 Hubungan yang mulai membaik
106
Bab 106 Merajut Asa
107
Bab 107 Menyampaikan Rindu
108
Bab 108 Tak tahu caranya?
109
Bab 109 Drama surga dunia
110
Bab 110 Jahat
111
Bab 111 Kembali akur
112
Bab 112 Cemburu
113
Sekedar informasi
114
Bab 113 Pergi sana--
115
Bab 114 To you who I love!
116
Bab 115 Satu!
117
Bab 116 Sisi romantis
118
Bab 117 Al pikir Daddy akan marah.
119
Bab 118 Ketakutan Mentari
120
Bab 119 Jatuh sakit
121
Bab 120 Aku hamil!
122
Bab121 Mimpi yang terwujud
123
Maaf
124
Bab 122 Kangen
125
Bab 123 Senja Evelyn Anggara
126
Bab 124 Extra part (Egois)
127
Bab 125 Ektra part (Mengerti sendiri)
128
Bab 126 Extra prat (Tentang Alex)
129
Bab 127 Ektra part (Tentu!)
130
Bab 128 Extra prat (Lepaskan aku)
131
Bab 129 Extra prat (Kenyataan)
132
Bab 130 Extra prat (Penyesalan)
133
Bab 131 Konflik (Tak perlu drama lagi)
134
Ungkapan Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!