"Kakak jahat .. kakak jahat hiks ...,"
"Al benci kakak!"
Teriak Alana dengan air mata yang berlinang. Sungguh Alana tak bermaksud bersikap sekejam itu pada Mentari namun entah kenapa dirinya bisa sekejam itu hanya satu kesalahan membuat Alana merubah segalanya.
Alana sangat membenci dirinya sendiri dalam keadaan seperti ini. Kenapa ia begitu egois membiarkan sang kakak pergi dengan luka yang ia ciptakan. Sang kakak orang yang begitu Alana sayangi kenapa sekarang ia bersikap seperti itu.
"Maafkan Al kak, maaf Al benci kakak hiks,,,!"
Mulut Alana seolah membenci namun dari lubuk hati Alana ia sangat menyesal sekali dengan semua itu.
Akankah Alana masih bisa bertemu Mentari sosok kakak yang selalu ada untuknya. Sosok kakak yang begitu lembut penuh kasih. Sosok kakak yang selalu menjaga nya dengan segenap jiwa.
Bisakah keadaan tak merubah pandangan Alana dan tak menyakiti Mentari.
Mentari seorang gadis yang selalu lemah jika di benci oleh orang tersayangnya membuat Mentari seolah-olah menyangka jika tak ada satu orang pun di dunia ini menginginkan kehadirannya.
Sama seperti Amira dan Alam yang meninggalkan ia ketika lahir ke dunia bahkan Tuhan begitu kejam tak membiarkan sedetikpun Mentari menatap wajah kedua orang tuanya.
Salahkah Mentari lahir ke dunia ini kenapa banyak orang yang sangat membencinya. Sungguh Mentari tak sanggup jika harus menghadapi situasi seperti ini.
Kenapa ia harus ada jika tak di inginkan, kenapa harus tumbuh jika di benci tanpa alasan.
Bisakah Mentari bertahan di dunia kejam ini, bertahan untuk menemukan setitik kebahagiaan, kenyamanan hingga tak ada lagi ruang rindu dan kesepian.
Hati Mentari selalu kosong akan hal itu walau Shofi dan Fatih selalu mengisinya dengan kasih dan cinta.
Tak pantas kan Mentari di cintai atau mencintai kenapa seolah Tuhan seolah tak mau Mentari bahagia.
Sungguh gadis yang malang yang selalu terbelenggu dalam kerinduan. Rindu akan kehadiran sosok kedua orang tua yang tak pernah Mentari dapatkan sendari lahir.
Pantaskah gadis malang itu tetap di benci dan harus di benci.
Kenapa?
Apa salahnya Mentari lahir ke dunia kenapa orang-orang seolah menatapnya tak suka. Ini bukan keinginan Mentari berada di dunia ini bukan keinginan Mentari berada di situasi yang sangat menyakitkan.
Bolehkah Mentari merasakan cinta itu, bahkan Shofi dan Fatih pun tak bisa memberikan cinta satu dalam kekosongan hati Mentari yang selalu Mentari rindukan.
Alana terus menangis dengan ribuan penyesalan yang tak dapat ia gambarkan.
Begitupun dengan Mentari terus menangis dalam kesendirian duduk di kursi pesawat seorang diri.
Lahir di tengah tiga keluarga besar membuat Mentari tak bisa merasakan kebahagiaan utuh seperti Alana.
Walau semua keluarga menyayangi Mentari layaknya anak kandung sendiri dan cucu sendiri.
Kini hanya ada Farhan dan Queen menjadi tertua di tiga keluarga itu.
Lima tahun silam Jek dan Melati pada akhirnya meninggalkan Mentari juga. Meninggalkan membawa penyesalan yang selalu menghantui mereka.
Tak ada ibu dan papa tak ada pula nenek dan kakek kini Mentari hanya hidup di antara tiga keluarga besar yang hanya tinggal nama saja.
Tinggal keluarga Al-biru yang menampungnya hidup bahkan Mentari tak pernah tahu siapa lagi saudara dari sang nenek.
Mentari terus menangis sambil menggenggam sebuah novel yang berjudul Heterogen (Seperti Air dan Pasir) sebuah novel yang menceritakan kisah perjalanan kedua orang tuanya.
Kisah yang Amira tulis agar Mentari tahu jika Amira dan Alam sangat menyayanginya. Mereka tak bermaksud meninggalkan Mentari, mereka tak bermaksud menghadirkan Mentari hanya sebatas kenangan.
Semua sudah takdir Tuhan yang tak bisa di hindari lagi.
Ibu!
Papa!
Mentari hanya bisa memanggil nama itu dengan hatinya bahkan sekedar mengucapkannya saja dengan lisan Mentari terlalu sulit.
Novel itu menjadi pelipur lara di kala Mentari di benci, di jauhi dan di tinggalkan. Mentari selalu mencoba jika kedua orang tuanya tak pernah meninggalkan dia.
Mereka ada dengan kenangannya Mentari tahu namun sulit bagi Mentari mengatakannya terlalu pilu untuk di katakan.
Perjalanan cukup panjang membuat Mentari lelah, lelah akan semuanya. Namun, Mentari berusaha bersikap tenang dan baik-baik saja.
Di bandara Soekarno Hatta sudah ada beberapa bodyguard yang menjemput tentunya Farhan yang memerintah.
Queen dan Aksara ikut menjemput, dari kejauhan Mentari berjalan anggun dengan kaca mata hitam yang menghiasi hidung mancungnya.
Rambut di biarkan tergerai melambai-lambai di terpa angin.
"Mentari!"
Teriak Aksara melambaikan tangan membuat Mentari menyunggingkan senyum terbaiknya.
Baiklah Mentari, perjalanan hidup mu telah di mulai. Awal babak baru teruslah kuat apapun yang terjadi jangan menyerah. Ingat kamu kuat sampai di titik ini, jadi teruslah berjuang.
"Nak!"
Mentari berhambur memeluk Queen, keluarga yang tertinggal.
"Lelah?"
"Lumayan Tante!"
Queen tersenyum mendengar panggilan dari Mentari. Padahal Queen sudah menyuruhnya memanggil nenek sama seperti Alana namun nyatanya Mentari keras kepala.
"Baiklah, kita langsung pulang!"
Mentari hanya mengangguk saja mengikuti arahan dari Queen.
"Cantik!"
"Aksara juga ganteng!"
Canda Mentari karena entah kenapa Aksara selalu saja suka memerhatikan nya.
Terkadang Mentari merasa heran jika Aksara menatapnya seolah menatap dengan tatapan entahlah Mentari tak mau berasumsi.
Bukankah mereka adalah saudara tentu Mentari tak akan takut dengan semuanya.
"Bagaimana kabar di sana?"
"Baik Tan, ada salam dari Mommy, Alana dan Daddy!"
"Syukurlah!"
Karena sendari kecil memanggil Shofi dan Fatih dengan sebutan mommy dan Daddy membuat Mentari tak kaku lagi namun untuk memanggil Queen nenek rasanya Mentari sulit.
"Sudah sampai!"
Girang Aksara bak anak kecil padahal ia sudah sangat dewasa bahkan sudah cocok untuk menikah.
Queen menggandeng lengan Mentari masuk kedalam.
"Istirahat lah, kamu pasti cape!"
"Dhe, anterin Mentari ke kamarnya!"
"Siap Bunda!"
"Ayo!"
Ucap Aksara menarik lengan Mentari dengan satu tangan lagi menarik koper Mentari. Mentari hanya pasrah saja di tarik begini bak seorang suami saja.
"Selamat istirahat cantik!"
Goda Aksara membuat Mentari hanya tersenyum saja tak menanggapi ucapan absurd Aksara.
Aksara memang selalu saja memanggil dia Cantik sendari dulu. Mentari tak masalah selagi Aksara nyaman dan ia pun tak keberatan.
"Bagaimana aku akan istirahat jika kamu masih di situ!"
Ketus Mentari membuat Aksara menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Istirahat lah!"
Deg ..
Mentari tertegun ketika Aksara mengelus kepalanya dengan lembut. Sungguh perlakukan Aksara begitu lembut padanya membuat Mentari takut.
Entahlah, kenapa Aksara seperti ini, terlihat jelas kasih sayang yang Aksara berikan padanya.
Namun, Mentari segera menepisnya jauh-jauh yakin Aksara sama memperlakukannya seperti Alana.
Mentari menatap ke sekeliling kamar yang memang khusus Queen siapkan untuk dirinya ketika pulang ke Indonesia.
Namun, sepertinya Mentari tak akan tinggal di kediaman Al-biru. Mentari sudah memutuskan ia akan memilih tinggal di apartemen tempat sang papa dan sang ibu tinggal.
Ya, selama ini apartemen itu selalu terawat dan terjaga karena Melati dan Jek menyuruh seseorang membersihkan apartemen itu sampai akhir hayat mereka dan sekarang Mentari yang mengurus semuanya.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Liana Liana
aku sedih bacanya.
2023-11-01
2