Mentari berusaha menepis segala rasa yang menggangu pikirannya. Mentari harus fokus sudah cukup kemaren Mentari tak bisa fokus dalam bekerja.
Hari nampak berlalu dari pertemuan tiga hari lalu kini Mentari bisa mengatasinya.
Stephen bisa melihat perubahan wajah Mentari yang nampak baik membuat Stephen sedikit lega.
Secangkir teh sudah tersedia di meja Mentari dan beberapa berkas yang memang kemaren belum sempat Mentari lihat.
Mentari harus semangat tak boleh begini, sudah banyak kesakitan yang Mentari lewati dan ia bisa di titik ini. Tak mungkin Mentari lemah karena hal yang sama.
Mentari menyeruput teh buatan Adelia yang selalu pas di lidahnya tak terlalu manis dan pahit teh.
Adelia sudah mengingatkan jika besok ada pertemuan dengan perusahaan M.R grup dan bos mereka bersedia merubah isi kontraknya.
Mentari merasa lega dan penasaran siapa sebenarnya bos M.R grup.
Jarang ada pengusaha dengan pemikiran seperti itu bahkan Mentari pun tak sampai ke tahap itu.
Masih banyak yang harus Mentari pikirkan tentang semuanya. Mengeluarkan modal cuma-cuma bagi Perusahaan lain itu tak mudah karena di pertaruhkan rugi dan untungnya terutama dapat di percaya atau tidak.
Karena kepercayaan nomor satu dalam semuanya.
Mentari memeriksa berkas yang ada di mejanya satu persatu dengan teliti. Walau pikiran Mentari sempat kacau bukan berarti Mentari akan berlarut. Mentari sudah bisa mengatasinya bahkan kini ia bisa fokus kembali.
Bahkan tak terasa sudah waktunya sudah makan siang.
Dan benar saja tak lama terdengar suara ketukan pintu membuat Mentari menghentikan ketikannya.
"Masuk!"
Adelia masuk mengingatkan Mentari makan siang.
Drett ....
Suara ponsel membuat Mentari menahan langkahnya.
"Adelia kamu duluan saja dan seperti nya saya makan di sini saja. Nanti tolong kamu pesankan saja seperti biasa!"
"Baik nona!"
"Iya mom!"
Jawab Mentari ketika sudah mengangkat panggilan telepon dari Shofi.
"Sayang, sedang apa? Apa sudah makan siang?"
"Mentari baru istirahat mom, ini baru mau makan siang!"
"Mommy ganggu ya!"
"No mom, ada apa? Apa ada sesuatu yang terjadi?"
"Tidak, mommy hanya kangen saja. Bagaimana hari kakak hari ini?"
"Syukurlah, Mentari baik mom. Maafkan Mentari belum bisa jenguk mommy!"
"Tak apa sayang, yang penting kakak sehat di sana!"
"Mommy baik-baik saja kan?"
Tanya Mentari memastikan karena merasa ada sesuatu yang di sembunyikan terdengar jelas helaan nafas berat.
"Tidak! Mommy baik-baik saja,"
"Bagaimana kabar Daddy dan Alana?"
"Daddy baik, dia belum pulang kerja. Alana juga baik!"
"Syukurlah kalau kalian di sana baik!"
"Masuk!"
Ucap Mentari ketika ada yang mengetuk pintu mungkin yang mengantarkan makanan untuknya.
"Siapa sayang?"
"Yang ngantar makanan mom!"
"Ya sudah, kakak makan dulu sana!"
"Baik mom!"
"Selamat makan, mommy tutup teleponnya!"
Tut ...
Mentari menatap ponselnya menghela nafas pelan.
Entah kenapa Mentari merasa ada sesuatu yang di sembunyikan oleh Shofi darinya. Tapi apa? Apalagi Mentari tak tahu keadaan di Jerman setelah kepergian nya.
Karena tak mau berpikir yang tidak-tidak Mentari memilih makan saja apalagi ia harus minum obat.
Sudah selesai Mentari membereskan bekas kotak makannya. Seperti nya istirahat sejenak sesudah makan hal baik.
Mentari mengutak-atik ponselnya, tak banyak yang aneh di dalam ponselnya bahkan hanya tersimpan beberapa nomor telepon saja.
Entah bagaimana masa kecil Mentari bahkan tak ada satupun nomor telepon lain, seorang teman atau sahabat.
Seolah dunia Mentari benar-benar sendiri, sosok yang selalu menyimpan luka sendiri tanpa melibatkan orang lain.
Karena tak mau berpikir negatif Mentari memilih melanjutkan pekerjaan nya lagi agar semuanya cepat selesai.
Hari ini seperti nya Mentari sengaja pulang agak telat karena tanggung ada dua berkas lagi yang harus ia bereskan agar besok Mentari tak terlalu banyak pekerjaan apalagi besok jadwal pertemuan ia dengan pemilik M.R grup.
Bahkan Mentari menyuruh Stephen pulang duluan saja dan Mentari akan pulang bersama sang supir.
Jika Mentari sudah memutuskan seperti nya Stephen tak berani menolak.
Padahal bisa saja Mentari pulang pergi sendiri namun Mentari menghargai keputusan Farhan karena keselamatan.
Nampak kantor mulai sepi karena para karyawan berangsur pulang. Mentari berjalan menuju lif karena tinggal dia tak membutuhkan waktu lama lif itu terbuka.
Sang supir sudah siap menyambut kedatangan Mentari.
"Mang, kita pergi ke swalayan dulu ya?"
"Siap non!"
Sengaja Mentari ingin pulang dengan sang supir karena memang Mentari ingin belanja dulu karena bahan makanan ia sudah hampir habis.
Jika jalan sama Stephen Mentari kurang nyaman karena tak mau menimbulkan sesuatu yang gaduh pasalnya kemanapun Mentari pergi pasti akan selalu ada paparazi. Untuk itu Mentari cari aman saja, toh sang supir sudah Mentari anggap ayah nya sendiri apalagi usianya tak jauh dengan Alam dan Fatih.
Jalan cukup macet sudah biasa bagi ibu kota dan Mentari tak masalah ia selalu menikmati nya.
Karena kemacetan membuat sang supir menjalankannya dengan perlahan.
Mentari menatap keluar jendela di mana hari mulai gelap dan gemerlap lampu sepanjang jalan mulai menyala.
Mentari turun dari mobil ketika sudah sampai begitupun dengan sang supir.
Swalayan cukup ramai oleh pengunjung, sang supir berinisiatif mengikuti Mentari guna membantu.
Beberapa sayuran dan juga buah sudah masuk kedalam troli. Tak lupa Mentari membeli beberapa bungkus roti dan cemilan ringan. Tak lupa Mentari juga membelikan beberapa bahan dapur untuk sang supir. Karena Mentari kurang terlalu suka daging Mentari hanya membeli jenis seafood saja.
Merasa cukup Mentari segera membayarnya dengan sedikit antrian.
Terkadang sang supir merasa tak enak Mentari sering kali membelikannya makanan dan bahan makanan seperti nya lain kali sang supir meminta istrinya membuatkan makan siang untuk Mentari.
"Hari sudah gelap, seperti nya kita makan malam di luar saja mang. Tolong cari lestoran terdekat?"
"Siap non!"
Sang supir segera melesat meninggalkan swalayan mencari lestoran untuk mereka makan malam.
Seperti nya Mentari sesekali harus mencoba ke cafe guna mencari suasana baru. Karena jalan cukup macet membuat laju mobil sedikit melambat.m
Lampu-lampu yang menyala di sepanjang jalan membuat suasana malam terlihat indah dengan gemerlap lampu kendaraan yang berbeda warna.
Mentari menikmati nya dengan hembusan angin malam yang sedikit kencang.
Mentari menyipitkan kedua matanya ketika melihat sosok yang ia kenali masuk kedalam restoran tepat di mana sang supir memarkirkan mobil.
Mentari mengerjakan matanya bahkan sampai mengucek nya takut apa yang ia lihat salah tapi nyatanya mata Mentari masih normal ia tak salah lihat.
"Apa hubungan mereka!"
Gumam Mentari bertanya-tanya seolah tak menyangka dengan apa yang ia lihat bahkan dari mobil yang terparkir membuat Mentari semakin yakin.
Ingin sekali Mentari tak mempercayainya namun genggaman mesra itu sudah membuktikan jika mereka benar-benar memiliki hubungan.
Lantas selama ini apa Mentari salah mengartikan sesuatu. Seperti nya ada hal yang Mentari lewatkan.
"Nona apa tak jadi?"
Seketika Mentari tersadar dari lamunannya dan melanjutkan langkahnya masuk kedalam restoran yang sama walau hati Mentari sedikit was-was berharap mereka tak menyadari kehadirannya.
Untungnya restoran cukup ramai membuat Mentari dengan mudah menyelinap agar tak ketahuan walau sang supir merasa heran dengan tingkah Mentari.
"Mang, pesan saja apa yang mamang mau jangan sungkan!"
Itulah yang sang supir sukai, Mentari sangat baik walau ekpektasi nya tak menunjukan lebih.
Bersambung ...
Jangan lupa, Like, Hadiah komen dan Vote Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Sri Darmayanti
Richard Adellia
2024-04-17
1
Jumi Saddah
apa xnk mentari lihat,,adelia kh? atau xnk laen,ju2r cerita ini banyak misteri nya,,,
2023-11-16
6