Bab 17 Kecurigaan Mentari

Mentari berusaha menepis segala rasa yang menggangu pikirannya. Mentari harus fokus sudah cukup kemaren Mentari tak bisa fokus dalam bekerja.

Hari nampak berlalu dari pertemuan tiga hari lalu kini Mentari bisa mengatasinya.

Stephen bisa melihat perubahan wajah Mentari yang nampak baik membuat Stephen sedikit lega.

Secangkir teh sudah tersedia di meja Mentari dan beberapa berkas yang memang kemaren belum sempat Mentari lihat.

Mentari harus semangat tak boleh begini, sudah banyak kesakitan yang Mentari lewati dan ia bisa di titik ini. Tak mungkin Mentari lemah karena hal yang sama.

Mentari menyeruput teh buatan Adelia yang selalu pas di lidahnya tak terlalu manis dan pahit teh.

Adelia sudah mengingatkan jika besok ada pertemuan dengan perusahaan M.R grup dan bos mereka bersedia merubah isi kontraknya.

Mentari merasa lega dan penasaran siapa sebenarnya bos M.R grup.

Jarang ada pengusaha dengan pemikiran seperti itu bahkan Mentari pun tak sampai ke tahap itu.

Masih banyak yang harus Mentari pikirkan tentang semuanya. Mengeluarkan modal cuma-cuma bagi Perusahaan lain itu tak mudah karena di pertaruhkan rugi dan untungnya terutama dapat di percaya atau tidak.

Karena kepercayaan nomor satu dalam semuanya.

Mentari memeriksa berkas yang ada di mejanya satu persatu dengan teliti. Walau pikiran Mentari sempat kacau bukan berarti Mentari akan berlarut. Mentari sudah bisa mengatasinya bahkan kini ia bisa fokus kembali.

Bahkan tak terasa sudah waktunya sudah makan siang.

Dan benar saja tak lama terdengar suara ketukan pintu membuat Mentari menghentikan ketikannya.

"Masuk!"

Adelia masuk mengingatkan Mentari makan siang.

Drett ....

Suara ponsel membuat Mentari menahan langkahnya.

"Adelia kamu duluan saja dan seperti nya saya makan di sini saja. Nanti tolong kamu pesankan saja seperti biasa!"

"Baik nona!"

"Iya mom!"

Jawab Mentari ketika sudah mengangkat panggilan telepon dari Shofi.

"Sayang, sedang apa? Apa sudah makan siang?"

"Mentari baru istirahat mom, ini baru mau makan siang!"

"Mommy ganggu ya!"

"No mom, ada apa? Apa ada sesuatu yang terjadi?"

"Tidak, mommy hanya kangen saja. Bagaimana hari kakak hari ini?"

"Syukurlah, Mentari baik mom. Maafkan Mentari belum bisa jenguk mommy!"

"Tak apa sayang, yang penting kakak sehat di sana!"

"Mommy baik-baik saja kan?"

Tanya Mentari memastikan karena merasa ada sesuatu yang di sembunyikan terdengar jelas helaan nafas berat.

"Tidak! Mommy baik-baik saja,"

"Bagaimana kabar Daddy dan Alana?"

"Daddy baik, dia belum pulang kerja. Alana juga baik!"

"Syukurlah kalau kalian di sana baik!"

"Masuk!"

Ucap Mentari ketika ada yang mengetuk pintu mungkin yang mengantarkan makanan untuknya.

"Siapa sayang?"

"Yang ngantar makanan mom!"

  "Ya sudah, kakak makan dulu sana!"

"Baik mom!"

"Selamat makan, mommy tutup teleponnya!"

Tut ...

Mentari menatap ponselnya menghela nafas pelan.

Entah kenapa Mentari merasa ada sesuatu yang di sembunyikan oleh Shofi darinya. Tapi apa? Apalagi Mentari tak tahu keadaan di Jerman setelah kepergian nya.

Karena tak mau berpikir yang tidak-tidak Mentari memilih makan saja apalagi ia harus minum obat.

Sudah selesai Mentari membereskan bekas kotak makannya. Seperti nya istirahat sejenak sesudah makan hal baik.

Mentari mengutak-atik ponselnya, tak banyak yang aneh di dalam ponselnya bahkan hanya tersimpan beberapa nomor telepon saja.

Entah bagaimana masa kecil Mentari bahkan tak ada satupun nomor telepon lain, seorang teman atau sahabat.

Seolah dunia Mentari benar-benar sendiri, sosok yang selalu menyimpan luka sendiri tanpa melibatkan orang lain.

Karena tak mau berpikir negatif Mentari memilih melanjutkan pekerjaan nya lagi agar semuanya cepat selesai.

Hari ini seperti nya Mentari sengaja pulang agak telat karena tanggung ada dua berkas lagi yang harus ia bereskan agar besok Mentari tak terlalu banyak pekerjaan apalagi besok jadwal pertemuan ia dengan pemilik M.R grup.

Bahkan Mentari menyuruh Stephen pulang duluan saja dan Mentari akan pulang bersama sang supir.

Jika Mentari sudah memutuskan seperti nya Stephen tak berani menolak.

Padahal bisa saja Mentari pulang pergi sendiri namun Mentari menghargai keputusan Farhan karena keselamatan.

Nampak kantor mulai sepi karena para karyawan berangsur pulang. Mentari berjalan menuju lif karena tinggal dia tak membutuhkan waktu lama lif itu terbuka.

Sang supir sudah siap menyambut kedatangan Mentari.

"Mang, kita pergi ke swalayan dulu ya?"

"Siap non!"

Sengaja Mentari ingin pulang dengan sang supir karena memang Mentari ingin belanja dulu karena bahan makanan ia sudah hampir habis.

Jika jalan sama Stephen Mentari kurang nyaman karena tak mau menimbulkan sesuatu yang gaduh pasalnya kemanapun Mentari pergi pasti akan selalu ada paparazi. Untuk itu Mentari cari aman saja, toh sang supir sudah Mentari anggap ayah nya sendiri apalagi usianya tak jauh dengan Alam dan Fatih.

Jalan cukup macet sudah biasa bagi ibu kota dan Mentari tak masalah ia selalu menikmati nya.

Karena kemacetan membuat sang supir menjalankannya dengan perlahan.

Mentari menatap keluar jendela di mana hari mulai gelap dan gemerlap lampu sepanjang jalan mulai menyala.

Mentari turun dari mobil ketika sudah sampai begitupun dengan sang supir.

Swalayan cukup ramai oleh pengunjung, sang supir berinisiatif mengikuti Mentari guna membantu.

Beberapa sayuran dan juga buah sudah masuk kedalam troli. Tak lupa Mentari membeli beberapa bungkus roti dan cemilan ringan. Tak lupa Mentari juga membelikan beberapa bahan dapur untuk sang supir. Karena Mentari kurang terlalu suka daging Mentari hanya membeli jenis seafood saja.

Merasa cukup Mentari segera membayarnya dengan sedikit antrian.

Terkadang sang supir merasa tak enak Mentari sering kali membelikannya makanan dan bahan makanan seperti nya lain kali sang supir meminta istrinya membuatkan makan siang untuk Mentari.

"Hari sudah gelap, seperti nya kita makan malam di luar saja mang. Tolong cari lestoran terdekat?"

"Siap non!"

Sang supir segera melesat meninggalkan swalayan mencari lestoran untuk mereka makan malam.

Seperti nya Mentari sesekali harus mencoba ke cafe guna mencari suasana baru. Karena jalan cukup macet membuat laju mobil sedikit melambat.m

Lampu-lampu yang menyala di sepanjang jalan membuat suasana malam terlihat indah dengan gemerlap lampu kendaraan yang berbeda warna.

Mentari menikmati nya dengan hembusan angin malam yang sedikit kencang.

Mentari menyipitkan kedua matanya ketika melihat sosok yang ia kenali masuk kedalam restoran tepat di mana sang supir memarkirkan mobil.

Mentari mengerjakan matanya bahkan sampai mengucek nya takut apa yang ia lihat salah tapi nyatanya mata Mentari masih normal ia tak salah lihat.

"Apa hubungan mereka!"

Gumam Mentari bertanya-tanya seolah tak menyangka dengan apa yang ia lihat bahkan dari mobil yang terparkir membuat Mentari semakin yakin.

Ingin sekali Mentari tak mempercayainya namun genggaman mesra itu sudah membuktikan jika mereka benar-benar memiliki hubungan.

Lantas selama ini apa Mentari salah mengartikan sesuatu. Seperti nya ada hal yang Mentari lewatkan.

"Nona apa tak jadi?"

Seketika Mentari tersadar dari lamunannya dan melanjutkan langkahnya masuk kedalam restoran yang sama walau hati Mentari sedikit was-was berharap mereka tak menyadari kehadirannya.

Untungnya restoran cukup ramai membuat Mentari dengan mudah menyelinap agar tak ketahuan walau sang supir merasa heran dengan tingkah Mentari.

"Mang, pesan saja apa yang mamang mau jangan sungkan!"

Itulah yang sang supir sukai, Mentari sangat baik walau ekpektasi nya tak menunjukan lebih.

Bersambung ...

Jangan lupa, Like, Hadiah komen dan Vote Terimakasih ...

Terpopuler

Comments

Sri Darmayanti

Sri Darmayanti

Richard Adellia

2024-04-17

1

Jumi Saddah

Jumi Saddah

apa xnk mentari lihat,,adelia kh? atau xnk laen,ju2r cerita ini banyak misteri nya,,,

2023-11-16

6

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Mentari
2 Bab 2 Di benci tanpa sebab!
3 Bab 3 Unik
4 Bab 4 Diam
5 Bab 5 Pindah
6 Bab 6 Sekertaris baru
7 Bab 7 Orang unik
8 Bab 8 Belum siap
9 Bab 9 Sedikit masalah
10 Bab 10 Penangkapan
11 Bab 11 Tak mungkin dia!
12 Bab 12 Hidup dari tiga darah
13 Bab 13 Tak enak hati
14 Bab 14 Kunjungan dadakan
15 Bab 15 Hati yang kosong
16 Bab 16 Tiba-tiba sesak!
17 Bab 17 Kecurigaan Mentari
18 Bab 18 Pertemuan tak menyenangkan
19 Bab 19 Ketahuan
20 Bab 20 Keputusan Mentari
21 Bab 21 Kecewa
22 Bab 22 Kegilaan Richo
23 Bab 23 Kesalahpahaman
24 Bab 24 Tertekan
25 Bab 25 Cemburu
26 Bab 26 Di kurung
27 Bab 27 Keputusan Richard
28 Bab 28 Kekecewaan
29 Bab 29 Tak ada yang mengerti
30 Bab 30 Ye ...
31 Bab 31 Malam patah hati
32 Bab 32 Hancur
33 Bab 33 Keputusan
34 Bab 34 Hancurnya hati seorang ibu
35 Bab 35 Benci
36 Bab 36 Egois
37 Bab 37 Jatuh sakit
38 Bab 38 Merawat
39 Bab 39 Di terima dengan tangan terbuka
40 Bab 40. Alasan lain
41 Bab 41 Sudah di putuskan
42 Bab 42 Memeluk luka
43 Bab 43 Latihan Akting
44 Bab 44 Hari yang cerah
45 Bab 45 Boneka beruang
46 Bab 46 Bergerak dalam diam
47 Bab 47 Salah tingkah
48 Bab 48 Egois
49 Bab 49 Perusak suasana
50 Bab 50 Istri pengalihan
51 Bab 51 Fitting baju
52 Bab 52 Kedatangan Angel
53 Bab 53 Sisi lain Mentari
54 Bab 54 Kekesalan Richard
55 Bab 55 Memalukan
56 Bab 56 Kedatangan Aurora
57 Bab 57 Perdebatan kecil
58 Bab 58 Godaan Alana
59 Bab 59 Kehangatan keluarga
60 Bab 60 Hari-H
61 Bab 61 Tak sengaja di ungkapkan
62 Bab 62 Masih tersenyum di balik rasa sakit
63 Bab 63 Hamil
64 Bab 64 Penjelasan dan ungkapan hati Mentari
65 Bab 65 (Jangan) benci aku
66 Bab 66 Proyek baru
67 Bab 67 Keputusan Mentari
68 Bab 68 Pertemuan
69 Bab 69 Dua minggu
70 Bab 70 Luka Mentari
71 Bab 71 Operasi
72 Bab 72 Kekhawatiran keluarga
73 Bab 73 Penyesalan
74 Bab 74 Alasan yang terungkap
75 Bab 75 Rasa yang tak bisa di ungkapkan
76 Bab 76 Sebuah pilihan
77 Bab 77 Tak akan menyerah
78 Bab 78 Penyesalan
79 Bab 79 Sadar
80 Bab 80 Dimana kak Richard?
81 Bab 81 Penyesalan
82 Bab 82 Menyakitkan
83 Bab 83 Aku membenci mu
84 Bab 84 Bercerita
85 Bab 85 Rencana Semi
86 Bab 86 Kekonyolan Semi
87 Bab 87 Aku akan menjaga mu
88 Bab 88 Si keras kepala
89 Bab 89 Hanya diam
90 Bab 90 Cerita bi Narsih
91 Bab 91 Sebuah Drama
92 Bab 92 Kembali ke rumah
93 Bab 93 Perubahan Mentari
94 Bab 94 Ingin memperbaiki tapi sulit
95 Bab 95 Pingsan
96 Bab 96 Ya elah, pingsan lagi!
97 Bab 97 Meminta saran
98 Bab 98 Satu kamar walau tak satu ranjang
99 Bab 99 Diam
100 Bab 100 Pengecut
101 Bab 101 Ungkapan Richard
102 Bab 102 Bagaimana mungkin!
103 Bab 103 Sakit
104 Bab 104 Memaafkan
105 Bab 105 Hubungan yang mulai membaik
106 Bab 106 Merajut Asa
107 Bab 107 Menyampaikan Rindu
108 Bab 108 Tak tahu caranya?
109 Bab 109 Drama surga dunia
110 Bab 110 Jahat
111 Bab 111 Kembali akur
112 Bab 112 Cemburu
113 Sekedar informasi
114 Bab 113 Pergi sana--
115 Bab 114 To you who I love!
116 Bab 115 Satu!
117 Bab 116 Sisi romantis
118 Bab 117 Al pikir Daddy akan marah.
119 Bab 118 Ketakutan Mentari
120 Bab 119 Jatuh sakit
121 Bab 120 Aku hamil!
122 Bab121 Mimpi yang terwujud
123 Maaf
124 Bab 122 Kangen
125 Bab 123 Senja Evelyn Anggara
126 Bab 124 Extra part (Egois)
127 Bab 125 Ektra part (Mengerti sendiri)
128 Bab 126 Extra prat (Tentang Alex)
129 Bab 127 Ektra part (Tentu!)
130 Bab 128 Extra prat (Lepaskan aku)
131 Bab 129 Extra prat (Kenyataan)
132 Bab 130 Extra prat (Penyesalan)
133 Bab 131 Konflik (Tak perlu drama lagi)
134 Ungkapan Author
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Bab 1 Mentari
2
Bab 2 Di benci tanpa sebab!
3
Bab 3 Unik
4
Bab 4 Diam
5
Bab 5 Pindah
6
Bab 6 Sekertaris baru
7
Bab 7 Orang unik
8
Bab 8 Belum siap
9
Bab 9 Sedikit masalah
10
Bab 10 Penangkapan
11
Bab 11 Tak mungkin dia!
12
Bab 12 Hidup dari tiga darah
13
Bab 13 Tak enak hati
14
Bab 14 Kunjungan dadakan
15
Bab 15 Hati yang kosong
16
Bab 16 Tiba-tiba sesak!
17
Bab 17 Kecurigaan Mentari
18
Bab 18 Pertemuan tak menyenangkan
19
Bab 19 Ketahuan
20
Bab 20 Keputusan Mentari
21
Bab 21 Kecewa
22
Bab 22 Kegilaan Richo
23
Bab 23 Kesalahpahaman
24
Bab 24 Tertekan
25
Bab 25 Cemburu
26
Bab 26 Di kurung
27
Bab 27 Keputusan Richard
28
Bab 28 Kekecewaan
29
Bab 29 Tak ada yang mengerti
30
Bab 30 Ye ...
31
Bab 31 Malam patah hati
32
Bab 32 Hancur
33
Bab 33 Keputusan
34
Bab 34 Hancurnya hati seorang ibu
35
Bab 35 Benci
36
Bab 36 Egois
37
Bab 37 Jatuh sakit
38
Bab 38 Merawat
39
Bab 39 Di terima dengan tangan terbuka
40
Bab 40. Alasan lain
41
Bab 41 Sudah di putuskan
42
Bab 42 Memeluk luka
43
Bab 43 Latihan Akting
44
Bab 44 Hari yang cerah
45
Bab 45 Boneka beruang
46
Bab 46 Bergerak dalam diam
47
Bab 47 Salah tingkah
48
Bab 48 Egois
49
Bab 49 Perusak suasana
50
Bab 50 Istri pengalihan
51
Bab 51 Fitting baju
52
Bab 52 Kedatangan Angel
53
Bab 53 Sisi lain Mentari
54
Bab 54 Kekesalan Richard
55
Bab 55 Memalukan
56
Bab 56 Kedatangan Aurora
57
Bab 57 Perdebatan kecil
58
Bab 58 Godaan Alana
59
Bab 59 Kehangatan keluarga
60
Bab 60 Hari-H
61
Bab 61 Tak sengaja di ungkapkan
62
Bab 62 Masih tersenyum di balik rasa sakit
63
Bab 63 Hamil
64
Bab 64 Penjelasan dan ungkapan hati Mentari
65
Bab 65 (Jangan) benci aku
66
Bab 66 Proyek baru
67
Bab 67 Keputusan Mentari
68
Bab 68 Pertemuan
69
Bab 69 Dua minggu
70
Bab 70 Luka Mentari
71
Bab 71 Operasi
72
Bab 72 Kekhawatiran keluarga
73
Bab 73 Penyesalan
74
Bab 74 Alasan yang terungkap
75
Bab 75 Rasa yang tak bisa di ungkapkan
76
Bab 76 Sebuah pilihan
77
Bab 77 Tak akan menyerah
78
Bab 78 Penyesalan
79
Bab 79 Sadar
80
Bab 80 Dimana kak Richard?
81
Bab 81 Penyesalan
82
Bab 82 Menyakitkan
83
Bab 83 Aku membenci mu
84
Bab 84 Bercerita
85
Bab 85 Rencana Semi
86
Bab 86 Kekonyolan Semi
87
Bab 87 Aku akan menjaga mu
88
Bab 88 Si keras kepala
89
Bab 89 Hanya diam
90
Bab 90 Cerita bi Narsih
91
Bab 91 Sebuah Drama
92
Bab 92 Kembali ke rumah
93
Bab 93 Perubahan Mentari
94
Bab 94 Ingin memperbaiki tapi sulit
95
Bab 95 Pingsan
96
Bab 96 Ya elah, pingsan lagi!
97
Bab 97 Meminta saran
98
Bab 98 Satu kamar walau tak satu ranjang
99
Bab 99 Diam
100
Bab 100 Pengecut
101
Bab 101 Ungkapan Richard
102
Bab 102 Bagaimana mungkin!
103
Bab 103 Sakit
104
Bab 104 Memaafkan
105
Bab 105 Hubungan yang mulai membaik
106
Bab 106 Merajut Asa
107
Bab 107 Menyampaikan Rindu
108
Bab 108 Tak tahu caranya?
109
Bab 109 Drama surga dunia
110
Bab 110 Jahat
111
Bab 111 Kembali akur
112
Bab 112 Cemburu
113
Sekedar informasi
114
Bab 113 Pergi sana--
115
Bab 114 To you who I love!
116
Bab 115 Satu!
117
Bab 116 Sisi romantis
118
Bab 117 Al pikir Daddy akan marah.
119
Bab 118 Ketakutan Mentari
120
Bab 119 Jatuh sakit
121
Bab 120 Aku hamil!
122
Bab121 Mimpi yang terwujud
123
Maaf
124
Bab 122 Kangen
125
Bab 123 Senja Evelyn Anggara
126
Bab 124 Extra part (Egois)
127
Bab 125 Ektra part (Mengerti sendiri)
128
Bab 126 Extra prat (Tentang Alex)
129
Bab 127 Ektra part (Tentu!)
130
Bab 128 Extra prat (Lepaskan aku)
131
Bab 129 Extra prat (Kenyataan)
132
Bab 130 Extra prat (Penyesalan)
133
Bab 131 Konflik (Tak perlu drama lagi)
134
Ungkapan Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!