Pukul 15.00
Seperti ucapannya, jam tiga sore Jiho pulang. Dia langsung mandi dan bersiap-siap memakai jaket.
"Aa berangkat dulu ya..."
"Lho, Aa ga makan dulu?"
"Gak usah sayang. Kalau kamu mau makan, makan dulu saja ya...?"
"Ooh iya, hati-hati dijalan."
"Iya, pasti. Kamu juga hati-hati ya. Kunci pintunya rapat-rapat. Kalau Aa belum pulang, jangan bukakan pintu untuk siapapun, oke?"
"Baik, A."
Jiho memeluk Tiara. Dia menatapnya lama, entah apa yang dipikirkannya. Tapi sejurus kemudian dia mencumbu bibir Tiara dengan mesra.
"Aa sayang kamu," bisiknya di telinga Tiara yang membuat jantungnya menjadi berdebar-debar tak karuan.
"Aa pamit ya," lanjutnya. Gadis itu mengangguk pelan, walaupun rasanya dia masih ingin lebih lama lagi berdua dengan suaminya.
***
Jiho masih diperjalanan mengantarkan penumpangnya ke tujuan.
"Udah sampai, pak..." ucap Jiho sembari menghentikan laju motornya.
"Iya mas. Ini ongkosnya ya, terima kasih..." sahut penumpang itu.
"Baik pak, terima kasih kembali," jawab Jiho dengan ramah.
"Sepertinya gak bisa pulang dulu nih, sudah telat, langsung ke kafe sajalah," imbuh Jiho berbicara pada dirinya sendiri. Dia melirik jam yang melingkar ditangannya, waktu menunjukkan pukul 19.14 WIB.
Dia mengendarai motornya dengan cepat menuju kafe 'kedai angkringan' tempat dia bekerja.
Sesampainya di kafe...
"Kamu baru datang Jiho?" tanya Rania yang menghampiri lelaki itu.
"Hmmm..." jawab Jiho dengan malas. Sungguh dia malas meladeni gadis itu. Dia memang cantik, dia juga baik kepadanya. Tetapi hati Jiho sudah terpatri untuk Tiara, tidak ada yang lain. Hanya Tiara yang dia cintai.
"Kamu belum makan kan? Ini tadi aku sempat beli ini" tambah Rania lagi sembari menyodorkan makanan yang tadi sempat dibelinya khusus untuk gebetannya itu.
"Tidak usah Rania."
"Gak baik lho nolak rezeki..." imbuh Rania lagi.
"Baiklah, ini aku terima ya. Terima kasih, Ran."
"Iya, sama-sama... Ayo dimakan dulu mumpung si bos belum datang," tukas gadis itu lagi. Dia sangat haus akan perhatian Jiho, dia melakukan apapun untuk menarik perhatiannya. Namun sayangnya Jiho tetap bersikap dingin kepadanya.
***
"Lo kenapa? Kelihatannya gelisah amat?" tegur Yusuf, rekan kerjanya di kafe.
"Gue kepikiran yang di rumah,"
"Istri lo?"
"Iya,"
"Emangnya kenapa?"
"Tadi gak sempat pamit. Pulang ngojek langsung kesini. Pasti dia bakal nungguin sampe malem... Hhhhhhh"
"Lo juga, pengantin baru malah ditinggal-tinggal..."
"Yee, gue kan udah libur lama. Gak enak sama bos,"
"Iya dilema juga ya... Harusnya pengantin baru itu honeymoon, di Bali kek atau dimana gitu biar romantis..." ledek Yusuf lagi.
"Haha, apaan sih... Kalo mau pemandangan indah, di kampungku juga indah. Masih asri, udara segar belum terkontaminasi asap kendaraan maupun limbah pabrik."
"Lah terus ngapain lo ke kota,"
"Ya kerjalah, di kampung gue udah gak punya apa-apa. Malu dong gue kalo numpang sama mertua."
"Haha, iya juga sih. Sukseslah bro!" ujar Yusuf lagi sambil menepuk bahu Jiho. "Gue ingetin nih, jangan sering ditinggal-tinggal istri lo. Kasihan dia..." tambahnya.
"Hmmm..." jawab Jiho.
***
Sementara di rumah, Tiara menunggu dengan gelisah. Tak ada yang bisa dia lakukan selain nonton tv. Jenuh sekali rasanya. Sampai larut malam, suaminya tak kunjung pulang. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
'Kenapa A Jiho belum pulang juga? Apa terjadi sesuatu dengannya?' Dia mulai bertanya-tanya sendiri dengan khawatir.
Tok... Tok... Tok...
Terdengar suara ketukan pintu. "Assalamualaikum... sayang ini aa, buka pintunya..." suara seseorang dari luar. Tiara menyingkap tirai jendela, untuk memastikan kalau suaminyalah yang datang. Dan ternyata benar.
"Waalaikum salam... Aa kok baru pulang?" tanyanya penuh khawatir.
"Aa mandi dulu ya sayang..." belum sempat Tiara berbicara dia sudah berlalu ke kamar mandi.
"Kamu belum tidur?" tanyanya setelah bebersih diri dan memakai baju ganti.
"Aku nungguin Aa, kenapa Aa baru pulang?" tanya Tiara penuh selidik.
"Maafin Aa ya, pulang ngojek Aa langsung kerja di kafe."
"kafe mana?"
"kedai angkringan, tadi kafenya rame..."
"Jadi... Aa kerja di tiga tempat sekaligus dalam sehari?"
"Ya kadang-kadang. Tapi kalau ngojek hanya sampingan saja. kalau bengkel sama kedai rame Aa ga narik ojek."
"Kenapa?" tanya Tiara dengan nada tercekat. Matanya mulai berkaca-kaca, jadi selama ini dia bekerja keras seperti ini?
"Oh iya, ini..." ucap A Jiho sambil menyerahkan dua lembar uang seratus ribuan. "Ini hasil hari ini, disimpan ya, yang ini khusus untuk kamu. Barangkali kamu perlu sesuatu. Tapi untuk setiap harinya, gak tentu juga penghasilan Aa. Tergantung banyaknya pengunjung yang datang. Kalau untuk kebutuhan sehari-hari gak usah dipikirin, biar Aa yang tanggung." Jelasnya lagi penuh perhatian.
"Kenapa Aa lakuin ini semua?" tanya gadis itu kembali, akhirnya tangisnya pecah. Jiho memeluknya, mendekapnya dengan erat.
"Aa gak ingin disini kamu hidup kekurangan," jawabnya yang membuat tangisnya semakin menjadi.
'Jadi selama ini, hidup seperti inilah yang dia lakukan dan dia tak mengeluh sedikitpun? Bodohnya aku yang sudah menduakan cintanya!'
"Jadi seperti ini yang Aa lakukan selama ini?"
"Iya sayang... Itulah kenapa Aa bisa melunasi hutang-hutang Ayah dan bisa menikahi kamu. Aa kan sudah bilang, Aa bukan pekerja kantoran. Pekerjaan Aa seperti ini, yang penting ada hasil dan bisa memenuhi kebutuhan kamu," jelasnya yang membuat hati Tiara makin merasa bersalah.
"Maaf ya, dulu...kalau selama di kota, Aa gak pernah ngasih kabar ke kamu," ungkapnya lagi.
"Sudah malam, ayo kita tidur. Sudah jangan menangis, Aa bahagia bisa menikahi kamu," ucap A Jiho kembali sambil mengusap air mata di pipinya.
"Aa udah makan?"
"Sudah, tadi di kafe. Kamu sudah makan?"
Tiara mengangguk.
"Ya sudah, jangan bersedih lagi. Aa udah terbiasa hidup seperti ini. Tidur ya... kamu pasti sudah ngantuk."
Tiara mengangguk lagi. Jiho tersenyum dan menghujani ciuman yang lembut dan mesra pada bibir Tiara.
Layaknya laki-laki pada umumnya, hal yang wajar bila Jihopun menginginkan hal itu. Apalagi mereka sudah resmi menikah. Namun tiba-tiba dia berhenti. Tangannya di tepis oleh sang istri. Memang sepertinya Tiara belum siap untuk melakukannya. "Maaf..." ucap Jiho kemudian, dia sedikit kecewa. Ia berbalik dan membelakangi istrinya.
"A... Aa kenapa?" tanya Tiara. Dia hanya diam, "Aa sudah tidur?" tanya Tiara lagi. Hening, masih tak ada jawaban. Bukan, bukan karena dia sudah terlelap tidur, justru dia pura-pura memejamkan matanya. Dia kecewa, mungkin belum sepenuhnya Tiara menerima dirinya kembali.
'Kenapa dia? Kenapa tiba-tiba berhenti? Apa dia marah? Apa dia kecewa?' Tiara mulai bertanya-tanya dalam hati sembari memandangi punggung suaminya itu.
'Ah, Lebih baik, aku tidur juga. Besok aku harus bangun lebih pagi darinya.' gumam Tiara lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Little Peony
Semangat selalu Thor ✨✨✨
2021-06-14
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
Jiho perhatian banget
2020-09-13
1
Siti Jaenah Si Jay
cakeeeeppp
2020-09-09
1