Suami Perhatian

Tiara merebahkan diri diatas kasur. Badannya terlalu penat. "Pak, Bu, kami sudah sampai..." ucapnya dalam hati.

Matanya sudah terasa berat, dia sedikit terlelap tapi kemudian tersadar ketika merasa ada sebuah pijatan lembut di kakinya. "Aa..." ucapnya lirih. Tiara mulai terjaga lagi.

"Kamu pasti capek banget kan? Sampai ketiduran begitu..." sahut Jiho. Dia tersenyum maniiis sekali, masih seperti dulu. "Yang terkilir tadi apa masih sakit?" tanyanya lagi.

Tiara hanya mengangguk pelan. Lelaki itu beranjak dan mengambil sesuatu di kotak p3k. Dia meneteskan betadine pada luka di kaki istrinya. Tak lupa dia membalut lukany dengan kain kasa dan hansaplast.

"Maaf ya, telat mengobati lukamu," imbuhnya lagi.

Tiara hanya tersenyum penuh haru. 'Sungguh manis sekali perlakuanmu terhadap istri. Ingin rasanya aku memelukmu, tapi entahlah kenapa aku merasa malu.'

"Ya sudah, tidur lagi. Maaf malah membangunkanmu," ucapnya lagi, kemudian dia merebahkan diri disamping Tiara.

Karena tubuh yang terasa sangat lelah seharian di perjalanan, kamipun terlelap, kami terbawa mimpi di alam bawah sadar masing-masing.

***

Jiho terbangun, dia melirik jam yang ada di dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 03.40 pagi. Diapun menoleh kesamping, dipandanginya istrinya itu lekat lekat. Melihatnya tidur damai saja, hatinya sudah bahagia. Jiho tersenyum, kemudian dia menciumi kening dan pipinya, Tiara bergeming. Istrinya itu masih terlelap tidur.

"Tidurmu lelap sekali. Kamu pasti lelah ya sayang..." ucap Jiho lirih. Tanpa sadar dia tersenyum lagi menatap istrinya yang masih terlelap tidur. Dia segera membersihkan dirinya agar terlihat segar dan tidak kuyu. Setelah itu diapun segera beranjak pergi keluar menuju pasar terdekat. Mengunci pintu dari luar dengan hati-hati, agar istrinya tidak terbangun.

Jiho paham betul, istrinya adalah anak rumahan, jadi pasti dia akan memasak seperti yang biasa dia lakukan ketika di kampung halaman.

"Sebelum dia terbangun, aku harus ke pasar, membeli sayur dan yang lainnya," tukasnya lagi.

Dia segera melajukan motornya ke pasar terdekat. Meskipun masih pagi, tetapi jam segini pasar sudah buka, sudah ramai pengunjung. Dia membeli beberapa sayuran, bumbu, buah-buahan dan kebutuhan dapur lainnya.

"Segini pasti cukup untuk seminggu ke depan. Tiara kan pintar masak, dia pasti jago untuk mengolah makanan sederhana ini jadi istimewa," ujarnya lagi berbicara sendiri. Jiho tersenyum tipis.

Dia pulang ke rumah dengan beberapa bungkusan plastik yang berisi penuh sayur mayur maupun kebutuhan dapur lainnya.

Sampai rumah dia mendapati istrinya yang masih tertidur. Dia tersenyum lagi dan menghampiri istrinya itu. "Kamu belum bangun juga," diusapnya lembut rambut istrinya.

Jihopun beranjak membereskan belanjaannya dan memasukkannya ke dalam kulkas. Dia menyisakan beberapa bahan makanan untuk dimasak buat sarapan nanti. Diapun ke dapur, dengan tangkas dia memasak sarapan. Sungguh dia memang sudah terbiasa seperti ini.

***

Tiara mencium aroma masakan yang wangi. "Tumben ibu gak membangunkanku," ucapnya dalam hati dengan mata masih terpejam. Tiara membukakan mata dan tersadar.

'Ah...iya sekarang aku disini. Di rumah suamiku.'

"Sayang, kamu sudah bangun..." sapa Jiho sambil tersenyum. Dia menghampiri istrinya dan mencium keningnya lagi membuat Tiara jadi tersipu.

'Duh, kenapa aku bangun kesiangan sih? Harusnya aku yang menyiapkan semuanya kan?'

Jiho kembali ke dapur, Tiarapun mengikutinya di belakang.

"Aa masak apa?" tanyanya.

"Cuma telor dadar sama oseng-oseng tempe," jawab suaminya.

Tiara memeluknya dari belakang. "Maafin aku, harusnya aku bangun lebih awal," ucap Tiara kemudian.

"Tidak apa-apa, kamu pasti capek banget kan? Aa udah terbiasa masak sarapan seperti ini."

Jiho berbalik, tapi Tiara masih memeluknya. Dia ingin bermanja-manja terhadap suaminya itu.

'Kenapa dia selalu baik terhadapku? Padahal aku pernah mengecewakannya, iya kan?'

"Sudah sembuh?" tanya Jiho kemudian.

"Apanya?"

"Kakimu sudah baikan?"

"Ah, iya A. Udah lebih baik, makasih ya A."

"Hmmm... Nah ini sudah matang, ayo kita sarapan dulu," tukasnya lagi. "Atau kamu mau mandi dulu?" tanya Jiho lagi yang membuat Tiara melepaskan pelukannya.

"Ah iya A, aku mandi dulu..."

***

Jiho menyiapkan semuanya. Diapun sudah rapi dan wangi.

'Entahlah dia bangun jam berapa? Sungguh jarang ada laki-laki yang serajin ini. Biarpun dulunya dia orang kaya, tapi dia benar-benar berbeda. Aku sayang kamu, A.' Tiara berucap dalam hatinya.

Mereka menikmati sarapan bersama buatan Jiho.

"Masakan Aa enak," ucap Tiara memuji.

"Benarkah? Tapi masih kalah sama masakan Ibu."

"Haha iya juga sih, masakan Ibu mah lengkap..." jawab Tiara kemudian. "Aa udah mandi?"

"Udah dong dari tadi, habis ini kan Aa berangkat kerja," jawab lelaki itu penuh semangat. Tiara hanya manggut-manggut mengerti.

"Aa tadi udah belanja, barangkali nanti siang kamu mau masak," lanjutnya lagi.

"Istirahat Aa pulang?"

"Ya, insyaallah."

"Kenapa tadi Aa gak bangunin aku?"

Jiho hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaannya.

"Aa berangkat dulu ya..." pamitnya kemudian.

"Aa kerja dimana sih?"

"Bengkel temen Aa,"

"Ooh... Hati-hati ya A,"

"Iya sayang..."

Tiara menyalami tangannya dan mencium punggung tangan lelaki itu. Tidak lupa Jiho mengecup kening istrinya dengan sayang.

Tiara mulai membereskan rumah, dari mulai mencuci piring, menyapu, mencuci baju dan menjemurnya di teras.

"Ooh... Ini istrinya Mas Jiho yang tampan itu ya...?" tanya seseorang mengagetkan Tiara.

Tiara berbalik dan tersenyum. "Ah iya Bu," jawabnya seramah mungkin.

Mereka tersenyum, "semoga kerasan ya disini," jawab salah satu diantara mereka. Tiara hanya mengangguk.

"Ayo mba, kapan-kapan main ke tempat kami," sahut yang lainnya.

"Ah iya, baik Bu..."

Merekapun berlalu.

'Rupanya A Jiho terkenal ya di kalangan ibu-ibu, sampai pada manggil tampan lagi! Ah, tapi memang dia tampan sih.' serunya dalam hati Tiara.

Pekerjaan rumah sudah selesai semua, waktu masih menunjukkan pukul 09.00 pagi.

Tiara terduduk. Dia kebingungan mau ngapain lagi. Semuanya sudah selesai.

***

Sementara di kampung, ada seseorang yang harap-harap cemas. Dia Ferdi. Menunggu dengan gelisah. Dari semalam pesan yang dia kirim untuk Tiara tak juga dibalas. Dia menatap ponsel itu frustasi.

'Aaaarrrgghhh... Kenapa kamu terus hadir dalam pikiranku? Aku tak bisa melupakanmu!' serunya dalam hati.

Dia sungguh frustasi karena tak akan melihat pujaan hatinya lagi. Hanya satu-satunya yang bisa dia lakukan, mendengar suaranya. Dia rindu sekali.

"Mas, kok gak ke ladang...?" tanya Pak Hasan yang sengaja datang ke rumahnya.

"Ah iya, sebentar lagi pak," jawab Ferdi sambil menyesap kopi di cangkirnya. "Ngopi dulu, pak..." tawarnya.

"Terima kasih mas. Ya sudah, cuma mau nyampein, mas udah ditunggu sama bapak-bapak yang lain. Saya permisi dulu ya mas..." sahut Pak Hasan sambil berlalu.

"Baik pak, saya segera kesana," jawab Ferdi lagi.

Sebenarnya dia malas sekali, hatinya masih kacau. Tapi demi pekerjaan akhirnya Ferdi pun beranjak pergi.

Terpopuler

Comments

Toshio Inge

Toshio Inge

keren cerita nya kayak real life

2020-10-25

0

Rasinar Yohana

Rasinar Yohana

like like

2020-09-28

1

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

akutuh jadi kasihan sama ferdi

2020-08-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!