Hari H
Tak terasa, seminggu telah berlalu setelah kepulangan Jiho dari kota. Hari ini adalah hari pernikahan Tiara bersama Jiho. Entah kenapa perasaannya campur aduk jadi satu. Perasaan bahagia dan perasaan tak rela.
'Kenapa aku bisa begini?
Sungguh, harusnya aku bahagia kan? Bukankah ini yang kunanti-nantikan selama ini? Menikah dengan lelaki pilihan Bapak? Tidak-tidak, akupun mencintainya. Kami saling cinta bukan? Tapi kenapa ada sudut hatiku yang terasa sakit? Sakit bila mengingat Mas Ferdi. Aku gak bakalan bisa dekat lagi dengannya. Maafkan aku, Mas. Mungkin kau juga tersakiti dalam hal ini. Tapi, aku juga tak ingin mengecewakannya. Aku tak mungkin mengecewakan lelaki yang pernah melingkarkan cincin pada jari manisku. Aku tahu perjuangannya tidaklah mudah.'
Tiara sudah didandani seperti putri, tidak-tidak lebih tepatnya dia hanya memakai kebaya brokat berwarna putih, hijab putih dengan hiasan headpiece sederhana di kepalanya, lalu polesan make up yang natural. Ya, sederhana saja sesuai dengan permintaan Tiara. Ibu tersenyum padanya
"Kamu cantik, nak..." ungkap Ibu dengan wajah berseri-seri. "Hari ini akan jadi hari dimana kamu memulai lembaran baru, semoga bahagia ya nak..." sambung ibu lagi. Tiara tersenyum sambil mengangguk. "Terima kasih untuk semuanya, Bu," jawab Tiara kemudian. Ibu dan anak itu saling berpelukan penuh dengan kasih sayang.
Semua tamu undangan sudah pada hadir, tetapi Tiara hanya bisa melihatnya dari balik jendela kamar. Acara yang ditunggu-tunggupun segera di mulai. Pak penghulu, Bapak, para saksi dan Jiho sudah duduk rapi di tempatnya masing-masing.
Ijab qobul yang sakralpun segera dimulai. Tiara menunggu didalam dengan perasaan tak menentu. Tapi dengan lancarnya Jiho melafalkan ijab qabul itu hanya dengan satu kali ucap.
"Saudara Ahmad Jiho Wisesa, silahkan jabat tangan saya dan ikuti perkataan saya,"
"Saudara Ahmad Jiho Wisesa Bin Wisesa, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Tiara Septiani Binti Toha dengan maskawinnya berupa seperangkat Alat sholat dan emas seberat 10gram, tunai!"
“Saya terima nikah dan kawinnya Tiara Septiani Binti Toha dengan maskawin yang tersebut diatas tunai.”
"Gimana, saksi? Sah?"
"Saah!!"
"Alhamdulillah."
Tiara tersenyum, mendengar itu semua. Entah kenapa air mata ini mengalir bersamaan dengan hari bahagia ini.
"Selamat ya, nak... Semoga kalian menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah..."
"Aamiin..."
"Ingat pesan ibu ya nak, kamu harus selalu mengikuti perintah suamimu itu selagi itu masih dijalan kebaikan. Saling setia, saling percaya..." bisik ibu di telinga Tiara.
Tiara mengangguk sembari memeluk ibu. Tak lama ibupun mengantarkan Tiara keluar, duduk bersanding dengan Jiho.
Tiara menyambut uluran tangan Jiho yang kini sudah sah menjadi suaminya. Semua orang yang datang seakan bahagia melihat mereka. Tiara dan Jiho melakukan sungkeman kepada Bapak dan Ibu. Setelah ritual itu selesai, mereka duduk kembali sambil sesekali menyambut tamu yang datang.
Jiho menatap Tiara lama, tanpa berkedip.
"Kenapa, A?" tanya Tiara yang membuatnya sedikit gugup.
"Ehhmmm... kamu cantik sekali, yang. Pangling Aa lihatnya, seperti bidadari..."
"Ah apaan sih, A? Ngerayu terus..."
"Iyaa... kamu kan bidadari buat Aa," jawabnya sambil tersenyum.
"Dasar genit," Tiara mencebiknya. Dia hanya tertawa.
Dia melihat sekeliling, pesta ini memang tidak meriah, tapi yang datang cukuplah banyak, sungguh diluar dugaan. Tak lama Tiarapun melihat Ferdi datang, dia mengenakan baju batik warna coklat. Sungguh terlihat sangat menawan. Dia asyik mengobrol dengan beberapa tamu yang lainnya, sesekali dia tertawa. Ferdi menoleh ke arahnya dan tanpa sengaja tatapan mereka bertemu. Tapi dengan segera dia membuang wajahnya. Sebegitu kecewanya kah dia? Sampai berlaku seperti itu tanpa senyum sedikitpun. Tiara melihat dia menghampiri Bapak, berbicara sebentar dengannya kemudian pergi.
'Secepat itu kah? Tanpa mengucapkan selamat padaku, dia pergi?' Tiara melihat kepergiannya dengan mata berkaca-kaca.
"Kenapa?" tanya A Jiho dengan nada berbisik.
"Kok kayaknya sedih gitu?" sambungnya lagi.
Tiara menoleh kearahnya sambil tersenyum.
"Gak apa-apa..." jawabnya kemudian.
"Apa kamu bahagia?" tanyanya kembali. Tiara mengangguk pelan. Jiho tersenyum. Masih sama, senyumannya yang mengagumkan.
"Jangan bersedih, kalau ada apa-apa cerita sama Aa,"
"Iya A..."
"Kita harus saling terbuka, tidak boleh ada yang ditutup-tutupi, kamu percaya kan sama Aa?"
"Iya, aku percaya A."
"Senyum dong, jangan menangis..." ucap A Jiho lagi yang tahu ada butiran bening di sudut mata Tiara.
"Ini air mata bahagia tauuu..." sahut Tiara kemudian. Dia tersenyum lagi.
Sungguh sebenarnya lelaki ini sangatlah mempesona, dia terlihat sangat tampan. Dengan balutan kemeja putih dan peci hitam. Rona yang terpancar di wajahnya adalah rona bahagia. Tidak seperti setahun silam, ketika terakhir kali dia melihatnya. Wajahnya sendu, penuh kedukaan. Pikirannya mungkin sangat kalut.
***
Tiara pamit ke dalam duluan. Dikamar, dia membaca pesan dari Ferdi.
[Selamat atas pernikahanmu, dek. semoga kamu bisa bahagia bersamanya. Maaf tak bisa menemuimu secara langsung.]
[Mas jahat]
balasnya kemudian, dia mengirim SMS itu padanya.
Tak lama ponselnya kembali bergetar. Sebuah pesan masuk dari Ferdi lagi. Ah, dia selalu cepat untuk membalas pesan darinya.
[Maaf dek, mas gak sanggup melihatmu secara langsung. Mas perlu nenangin pikiran dulu. Sekali lagi mas minta maaf ya, dek. Mas masih sayang kok sama kamu dek.]
Deg! jantung Tiara berdebar lebih cepat, nyeriii rasanya. Tak terasa buliran bening ini menetes lagi tanpa kompromi.
***
Malam harinya...
Acara selesai setelah para tamu undangan pulang. Tiara melepas baju kebayanya dan segera membersihkan diri. Ya, dia tidak mungkin memakai kebaya itu terus menerus dan berdiam diri saja di kamar. Tiara masih melihat Jiho masih diluar sedang berbincang dengan Bapak dan beberapa tetangga yang masih berkumpul. Sedangkan Tiara berniat membantu para ibu - ibu tetangga yang masih berkutat melakukan pekerjaan di dapur dan membereskan sisa-sisa acara tadi.
"Mau ngapain neng? Sudah istirahat saja di kamar, masa pengantin baru kok malah ke sini sih," ledek salah seorang ibu yang bernama Cayu.
"Iya, disini biar kami-kami aja yang beresin... Kan neng hari ini ratunya..." timpal ibu lainnya sambil tersenyum.
Tiara yang tadi berniat ingin membantu menjadi segan seperti ini.
"Waaah... Ada apa nih rame-rame? Kayaknya seru banget..." tiba-tiba Jiho ikut nimbrung. Dia berdiri di sebelah istrinya.
"Ehem-ehem... Cie cie, rupanya sang raja menyusul nih ye... Kayaknya gak lama lagi bakal ada pangeran kecil nih..." timpal Bu Cayu yang di sahuti tawa riuh ibu-ibu yang lainnya.
"Hahaha..."
Duh, suasana ini bikin Tiara malu saja.
"Iya...do'akan lancar ya Bu ibu..." sahut A Jiho sambil melirik Tiara. Dia saja ikut tertawa bisa-bisanya Tiara tegang begini, huh! Tanpa permisi Jihopun menggandeng tangannya pergi menuju kamar.
-bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Rara
sebel ama tiara di hari pernikahan kok masih aja mau bls sms dr laki² lain inget woy dah nikah buang jauh² tuh perasaan sma Ferdi 🤣🤣🤣🤣
2020-11-02
0
Erlina Khopiani
semangat kak
2020-09-23
1
winidepuh
Semangat kak 😊
2020-08-21
1