Galau

Tiara mengambil ponselnya yang dari semalam masih tersimpan di tas ransel. Ternyata ada pesan. Dan itu dari Ferdi.

[ Udah sampai dek? ]

Dia membaca isi pesan itu, dan menanyakan keberadaannya.

[Udah, Mas.]

[Alhamdulillah, mas khawatir dek...]

[Khawatir kenapa?]

[Dari semalam kamu gak bales sms mas, mas jadi khawatir]

[Aku baik-baik saja mas. Oh iya mas, aku minta tolong sampaikan ke Bapak sama Ibu kalau aku udah sampai disini dan baik-baik saja]

balas Tiara kemudian, Dia tak tahu harus menghubungi siapa lagi untuk mengabari orang tuanya. Orang tuanya tak punya ponsel.

Tak menunggu waktu lama, pesan Tiara terbalas lagi.

[Baik, dek. Kalau mau telpon Bapak sama Ibu, telpon ke nomor mas saja dek, nanti mas sampaikan]

[ Iya, Mas. Terima kasih ]

[Suamimu udah berangkat kerja, dek?]

[Sudah mas]

[Kunci pintunya dek. Disitu kamu orang baru, harus hati-hati, hidup di kota beda sama di desa]

[Iya Mas, terima kasih nasehatnya]

[Iya jaga diri baik-baik ya, kalau ada apa-apa kabari saja]

[Ok, mas]

Tiara kembali menyimpan ponselnya.

'Kapan-kapan aku ingin telepon Ibu. Duh tapi kenapa ya Mas Ferdi masih perhatian sama aku?' ucap Tiara dalam hatinya sembari menghela nafas panjang.

Tapi tak berapa lama, ponsel itu berdering. Menandakan ada sebuah panggilan masuk.

Mas Ferdi, nama yang tertera di layar ponselnya.

'Ada apa dia telepon? Bukankah tadi sudah kubalas pesan darinya?' Tiara bertanya-tanya dalam hati.

Diapun menjawab panggilan telepon itu.

[Hallo, Assalamualaikum...]

[Waalaikum salam]

[Lagi ngapain, dek?]

[Hah? Mmmhh, aku lagi duduk aja mas...]

[Udah santai ya dek?]

[Iya, mas]

[Sakitnya udah sembuh?]

[Udah, mas. Alhamdulillah udah mendingan]

[Syukurlah... Mmmhh... Dek...?]

[Ya..?]

[Mas kangen sama kamu]

[Haha mas ini lucuu, jangan bercanda deh...]

[Mas serius dek]

[Apaan sih mas, aku kan udah nikah...]

[Tapi mas serius dek, mas kangen banget sama kamu]

[Mas maaf, udah dulu ya, aku mau masak]

[Hhhh, ya sudah. Mas tutup dulu teleponnya, kapan-kapan mas telepon lagi ya. Assalamualaikum]

[Waalaikum salam]

Tiara kembali menyimpan ponsel itu. Dia bimbang. Ketika hatinya sedang berbunga-bunga karena suaminya, kenapa Ferdi tetap saja menghubungi. Membuat hatinya galau tak menentu.

****

Ferdi mulai menemui para petani di ladang. Hatinya sudah membaik sekarang setelah mendengar suara pujaan hatinya.

"Wuih udah datang mas. Kelihatannya ceria sekarang, padahal tadi di rumah masih kusut," seloroh pak Hasan.

"Haha tadi belum mandi, pak..." jawab Ferdi sambil tertawa.

"Biasa pak Hasan, kalau orang lagi jatuh cinta mah gitu. Bentar-bentar sedih, bentar-bentar bahagia. Bapak mah udah pengalaman atuuh..." sahut pak Samsul yang disambut tawa yang lainnya. Ferdi pun ikut tertawa menanggapinya.

Dia berjalan ke areal persawahan, beberapa petani sedang memanen hasil sayurannya.

Di tengah jalan dia berpapasan dengan Pak Toha. Ferdi menyalami orang tua itu.

"Pak... Tadi dapat salam dari Tiara,"

"Oh iya nak, gimana dia nak?"

"Alhamdulillah baik-baik saja, pak. Kapan-kapan dia akan telepon lagi pak."

"Iya iya... Alhamdulillah bapak senang dengarnya kalau mereka baik-baik saja."

"Pak, kalau nanti sore saya main ke rumah bapak, apa boleh?"

"Walaaah kenapa harus nanya lagi nak, ya tentu saja boleh. Datang saja kalau mau main. Ibu juga kesepian setelah kepergian mereka."

"Haha iya ya pak, tiap hari aku bakalan main ke rumah bapak biar ibu gak kesepian lagi..."

"Iya nak, ibu pasti senang. Anggap saja kami sebagai orang tuamu. Datanglah dan makan bersama kami."

"Baik, pak. Ya sudah saya mau ninjau sebelah sana dulu ya, pak."

"Iya nak."

"Terima kasih, pak. Permisi..."

"Mari... Mari..."

Pria paruh baya itu tersenyum melihat tingkah pemuda itu yang penuh semangat.

***

Pukul 10.30

"Wah ternyata sudah jam segini. Aku masak dulu ah... Ada apa aja y di kulkas?" ucap Tiara berbicara sendiri.

Dia membuka lemari pendingin itu, dan waow... Semuanya lengkap, ada aneka sayur mayur, daging ayam, ikan, telur, tempe, tahu. Bumbu-bumbu dapur juga lengkap. Ada buah-buahan juga seperti apel, pear, pisang dan pepaya. Susu, kopi + gulapun tidak ketinggalan.

'Kenapa A Jiho bisa tahu sedetail ini? Nasi sudah dimasaknya tadi pagi, paling aku bikin buat lauk dan sayurnya saja. Kalau begini sih, buat seminggu juga cukup. Kapan dia belanjanya ya?'

'Ah, kalo aku bikin sayur bening saja sama goreng ikan plus sambal, dia gak bakal komplen kan? batinku bertanya-tanya sendiri. Sepertinya enggak sih, selama di desa dia tak pernah komplen soal makanan. Makannya pun lahap. Ah iya, aku masak itu saja deh.' ceracaunya dalam hati.

Tiara menyiapkan semuanya. Dan selesai semua sebelum Jiho pulang.

"Assalamualaikum..."

"Waalaikum salam, A udah pulang?" Tiara menyambut kedatangan suaminya.

"Badan Aa kotor, mau mandi dulu," ucapnya sambil berlalu menuju kamar mandi.

Tiara menunggunya sambil menyiapkan makanan. Tak lama iapun keluar, dan tersenyum melihat Tiara.

"Wah... Makanannya udah siap nih..." ucap Jiho sumringah.

"Iya, coba cicipi dulu A..." sahut Tiara sembari memberikan suapan untuk suaminya itu. "Gimana?" tanyanya lagi.

"Hmmm... Masakan istriku enak," jawabnya. Diapun mulai melahap makanan yang tersaji dihadapannya. Tiara tersenyum.

"Habis ini, Aa berangkat lagi?"

"Hmmm... Iya... Aa cuma istirahat sebentar."

"Kalau bisa, mulai besok bikinin Aa bekal ya..."

"Kenapa? Istirahat Aa ga pulang lagi?"

"Iya sayang, maaf lagi banyak gawean di bengkel."

"Oh..."

"Gak apa-apa kan?" tanyanya kemudian sambil menatap Tiara. Tiara hanya mengangguk. Sebenarnya dia keberatan, dia ingin Jiho menemaninya lebih lama.

Selesai makan, Jiho membereskan piring-piring kotor.

"A, jangan... Biar aku saja. Aku disini gak ngapa-ngapain, Aa kan sudah kerja. Istirahat saja dulu, bentar lagi berangkat kan?" Tiara melarangnya.

Dia menoleh ke arah istrinya, tersenyum kemudian menciumi pipinya dengan lembut.

Setelah selesai mencuci piring, Tiara melihat suaminya sudah tertidur.

'Dia pasti capek sekali, kan?'

Tiara mulai mengupaskan buah pepaya untuknya. Jam menunjukkan pukul 12.45, sebentar lagi Aa pasti masuk kerja.

"A....A....bangun...." Tiara menggoyang-goyangkan tubuh suaminya itu.

Jiho membukakan matanya. "Ah, aku ketiduran. Sudah jam berapa ini?" tanyanya kemudian.

"Jam satu kurang seperempat A. Ini dimakan dulu buahnya," lanjut Tiara sambil menyodorkan buah pepaya.

"Oh iya, terima kasih istriku..."

"Jam tiga sore Aa pulang. Tapi nanti Aa berangkat lagi narik ojek."

"Haah?"

"Maaf ya sayang..."

"Gak apa-apa, A. Ya sudah berangkat gih, nanti kena tegur sama bos."

"Iya... Iya istrikuuuu," jawabnya sambil tersenyum.

Tetapi Jiho tak lekas beranjak, dia masih terduduk diatas kasur.

"Lho kok masih duduk aja?" tanya Tiara sambil memberikan air putih untuknya. Jiho meminumnya dan meletakkan gelas itu.

"Hmmm..."

Jiho menarik tangan Tiara hingga gadis itu jatuh terduduk di pangkuannya. Diapun mendekap tubuh gadis itu.

"Biarkan Aa memelukmu, sebentaar saja... " ucap Jiho lirih.

Tiara terdiam, akhirnya diapun membalas pelukan suaminya itu. "Aa sayang sama kamu, Aa cinta sama kamu lebih dari siapapun..." ungkapnya lagi setengah berbisik.

"Iya A, aku tahu..." jawab Tiara.

"Jangan pergi dari Aa. Insyaallah Aa akan mengupayakan yang terbaik buat kamu..." lanjutnya lagi.

Tiara hanya mengangguk. Ia tak kuasa untuk berbicara lagi, dia merasa terharu.

Jiho menciumi bibir Tiara dengan lembut dan mesra.

"Aa berangkat dulu ya..." pamitnya kemudian.

Terpopuler

Comments

Toshio Inge

Toshio Inge

thor pesen suami kayak jiho dong 2

2020-10-25

0

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

😍😍😍😍😍

2020-09-13

1

Rena Karisma

Rena Karisma

Love..Love..❤️❤️❤️❤️

2020-09-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!