Menangis

POV IBU

Aku adalah seorang ibu. Tiara dia adalah putri semata wayangku. Anak gadisku satu-satunya, kini sudah dipinang orang. Sekarang dia bukan anak kecil lagi. Kami menikahkan mereka, karena kami yakin Jiho akan bertanggungjawab terhadap kehidupan Tiara. Dia lelaki yang baik. Semoga kalian selalu bahagia, nak. Menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah.

Aku menyetujui ketika dia (anakku ) mengajakku ke kota kecamatan. Ya, pikirku kapan lagi bisa bersama dengannya. Lusa dia akan pergi merantau ke kota bersama suaminya. Takkan ada lagi waktu untuk bersamanya lebih lama. Mulai sekarang, dia akan punya kehidupannya sendiri.

Dia selalu tersenyum, itu yang membuatku bahagia. Kami membeli beberapa barang yang dibutuhkan.

"Apa Ibu capek?" tanyanya yang melihatku sedikit kelelahan.

"Ya, sedikit."

"Kita istirahat dulu, Bu?"

"Gak usah nak, kita langsung pulang saja."

"Kita duduk dulu disini sebentar, Bu..."

"Hmmm baiklah."

Kami duduk sebentar di emperan toko, sambil sesekali menenggak air minum di botol plastik yang tadi sempat dibeli.

"Kita lanjut jalan lagi, nak. Sudah siang, kita belum masak buat bapak sama suamimu," ucapku kemudian. Aku mengangguk lagi.

Kami menyeberang jalan raya, dia masih menggandeng tanganku. Jalanan tadinya sepi, tapi tiba-tiba saja ada sebuah mobil dengan suara klakson yang kencang mengagetkan kami. Membuat kami tidak bisa menghindar. "Tiiin...Tiiin....Ttiiiinnn..... Ttiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnn.....!" mobil itu melaju dengan cepat sekali.

"Buuuu....! Awaaaaaassss....!" teriaknya sambil mendorongku. Aku terjatuh di pinggir jalan.

"Dug...!" Aku melihatnya sendiri, tubuhnya tersenggol mobil itu, dia kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Kepalanya membentur batu. Dan mobil itu melesat pergi tanpa memedulikan kami.

"Tidaaaaakk....! Naaaaaak...!" teriakku histeris. Kutengok kanan dan kiri lalu menghambur ke arahnya. "Nak... Tiara...! Bangun, nak... Bangun...!" tak terasa buliran bening ini menetes seperti anak sungai.

"Tolooooong.... Tolooooong...." tak ada siapapun. Jalanan kembali lengang, sepi. Nasib tinggal di pelosok desa. "Tolooooong... Tolooooong..." teriakku masih sambil menangis. Mengharap ada pertolongan untuk anakku.

"Bu... Kenapa dengan Tiara, Bu?" tanya seseorang. Aku menoleh, ternyata nak Ferdi sudah ada diantara kami. Aku tidak tahu dia datang dari arah mana. Aku masih menangis, syok menyaksikan ini semua.

"Ayo Bu, kita bawa ke puskesmas terdekat," lanjutnya kembali, tanpa ba-bi-bu lagi dia menggendong anakku yang terkulai tak berdaya.

Aku masih terisak. "Apa Ibu bisa jalan?" tanyanya kembali.

"Iya nak, ibu tidak apa-apa."

"Alhamdulillah."

Aku mengikutinya berjalan ke Puskesmas terdekat meski dengan langkah terseok. "Kenapa Nak Ferdi bisa ada disini?" tanyaku penasaran.

"Oh iya Bu, tadi pagi saya ada rapat di kantor kecamatan, ini baru pulang tapi lihat Ibu sama Tiara. Bagaimana ini bisa terjadi, Bu?"

"Tiara keserempet mobil, nak."

"Terus mobilnya?"

"Pergi nak,"

"Astaghfirullah,"

"Mobil itu kencang sekali, kami gak bisa menghindar. Tiara mendorong Ibu ke pinggir jalan, tapi malah Tiara yang kesenggol mobil itu. Mudah-mudahan aja Tiara gak apa-apa ya, nak..."

"Iya, Bu. Insyaallah, Tiara akan baik-baik saja."

***

Sesampainya di Puskesmas. Tiara langsung ditangani tim medis.

"Ibu yang tenang ya, Tiara pasti baik-baik saja. Badan Ibu apakah ada yang sakit? Biar sekalian diobati disini."

"Tidak, nak. Ibu baik-baik saja. Ibu hanya syok saja."

"Keluarga Tiara?" tanya seorang perawat menghampiri mereka.

"Iya..."

"Anak Ibu sudah siuman. Silahkan Bu."

Mereka memasuki ruangan itu, masih ada dokter yang menangani Tiara.

"Anak Ibu, tidak apa-apa, sudah boleh pulang. Dia hanya luka ringan dan syok saja. Ini resepnya, nanti tebus di loker obat ya."

"Baik, pak dokter," jawab Ferdi sembari mengambil lembaran kertas itu.

Kami keluar dan duduk di ruang tunggu. Sedangkan Ferdi sedang menebus obat.

"Kenapa bisa ada Mas Ferdi, Bu?" tanya Tiara dengan nada lemah.

"Dia yang menolong kita, nak... Nah tuh dia sudah selesai," lanjut Ibu.

"Gimana, dek? Udah bisa jalan?" tanya Ferdi kemudian. Tiara hanya mengangguk lemah. Sang ibu berusaha memapah anaknya berdiri. Tetapi Ferdi menyanggahnya.

"Biar saya saja, Bu," ungkap Ferdi lagi. Ibu Ningsih menyingkir, tenaganya memang sudah tidak seperti dulu lagi, kalau dipaksakan bisa-bisa malah jatuh bersama.

"Maaf, ngrepotin nak Ferdi."

"Sama sekali tidak, Bu" sahutnya sambil tersenyum.

Ferdi memapah Tiara dengan hati-hati. Mereka melewati jalan setapak berbatu, karena itu hanya akses yang paling dekat menuju desanya. Berulangkali Tiara merasa lemas dan hampir terjatuh, untungnya Ferdi dengan sigap membantunya.

"Kita istirahat dulu disini, sepertinya ibu juga sudah lelah berjalan," ucap Ferdi. Mereka bertiga duduk sebentar di jalanan yang sepi ini.

"Aku ingin pulang..." ucap Tiara dengan nada lemah.

Ibu mengangguk, "Ayo jalan lagi, nak?" lanjutnya.

"Baik, Bu." Ferdi kembali memapah Tiara.

Tapi tiba-tiba saja "Brukk...!" Dia terkulai lemah lagi.

"Nak...! Tiara...!" Ibu panik luar biasa.

"Gak apa-apa, Bu. Dia cuma kelelahan," jawab Ferdi dengan tenang.

Tak lama Tiara sadar lagi. Dia menatap ibunya dan Ferdi secara bergantian.

"Sepertinya kamu sudah gak kuat jalan, dek. Biar aku gendong saja ya...?" tanya Ferdi. Tiara menengok ke arah ibu, wanita paruh baya itu hanya mengangguk dengan mata berkaca-kaca. Dia tak kuasa melihat anaknya lemah seperti itu, tak terasa air mata ini mengalir lagi.

Ferdi kembali menggendong gadis lemah itu. Entahlah, gimana nasibnya kalau tidak ada Ferdi. Ditengah jalan, mereka bertemu dengan Pak Hasan, salah satu tetangga mereka.

"Lho... lho... Ini Neng Tiara kenapa, Bu?" tanya Pak Hasan kebingungan.

"Itu pak, Tiara tadi keserempet mobil. Oh iya pak, tolong sampaikan ke bapak sama suami Tiara. Mereka belum tahu kalau Tiara keserempet mobil. Mereka ada di Ladang, Pak Hasan," jawab Ibu sambil berusaha menahan air matanya.

"Baik, baik Bu..." jawabnya sigap sambil sedikit berlari menuju ke ladang Bapak.

Mereka kembali berjalan. Untungnya jarak rumah sudah semakin dekat.

"Rebahkan disini saja, Nak..."

"Baik, Bu." Ferdi merebahkan tubuh Tiara di kursi panjang.

"Makasih, mas..." sambung Tiara dengan nada lemah.

Ibu berlalu ke belakang untuk mengambil dua gelas air minum hangat untuk Tiara dan juga Ferdi.

"Ini nak, diminum dulu..." Ibu menyerahkan gelas minumnya untuk mereka.

"Terima kasih ya nak, udah membantu kami..." lanjut ibu lagi.

Ferdi tersenyum. "Udah kewajiban kita untuk menolong sesama, Bu" jawabnya dengan nada ramah.

Sesekali dia menatap Tiara dengan tatapan yang berbeda. Bukannya tidak tahu, Ibu mengetahui pemuda itu punya perasaan istimewa terhadap anaknya. Tapi itu tidak mungkin karena mereka sudah menjodohkan anaknya lebih dulu.

"Nak Ferdi, tunggu disini dulu ya. Sampai bapak dan suaminya Tiara datang. Ibu ke belakang dulu mau masak."

"Baik, Bu."

"Apa Ibu sudah tidak apa-apa?" tanya Tiara penuh perhatian, masih dengan nada yang lemah.

"Ibu baik-baik saja, nak. Kamu jangan khawatir ya, saat ini kamu yang harus sehat, harus kuat!" jawab Ibu tersenyum sambil terus menyemangatinya. Gadis itu mengangguk dan tersenyum.

***

Sementara di ladang...

"Pak...! pak Toha...."

Dari kejauhan Pak Hasan sudah berteriak memanggil-manggil, dengan nafas yang terengah-engah, dia berlari.

"Pak... Pak Toha...! Aa Jiho...!"

"Iya, ada apa pak?" tanya bapak penasaran.

"Itu pak, neng Tiara..."

"Tiara kenapa Pak Hasan?"

"Neng Tiara keserempet mobil pak!"

"Apa...? Terus sekarang dia dimana pak?"

"Mungkin sudah ada di rumah pak, tadi dibawa Mas Ferdi," ungkap pak Hasan dengan nafas yang masih tak beraturan.

"Makasih infonya ya pak, kami segera pulang."

"Iya... Iya..."

-bersambung-

Terpopuler

Comments

Little Peony

Little Peony

Like like like

2021-06-14

0

Rasinar Yohana

Rasinar Yohana

semngat kaka

2020-09-28

1

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

lanjuttt

2020-08-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!