Perkenalan

Perkenalan pertama

-------

Keluarga Wisesa sudah sampai di kediaman pak Toha. Mereka bermaksud meminang anak gadis Pak Toha yang beranjak dewasa.

"Assalamualaikum..."

"Waalaikum salam..."

Dua orang laki-laki itu saling berpelukan, sedangkan istri-istrinya saling mengangguk dan bersalaman tanda saling menghormati. Mereka duduk di kursi ruang tamu sambil memperkenalkan anak mereka.

"Nah ini lho Pak, Bu, anak kami... Namanya Jiho, dia penerus keluarga Wisesa," ucap Pak Wisesa memperkenalkan.

Mereka tersenyum dan menyambut ramah.

"Anakmu ganteng ya, pak... Seperti bapaknya, kharismatik," seloroh Pak Toha yang disambut tawa yang lainnya.

"Hahaha... Iya dong, asli keturunanku. Oh iya, mana anak gadismu, pak?" tanya Pak Wisesa kembali.

"Dia belum pulang pak, tunggu sebentar lagi," ucap Pak Toha sambil tersenyum.

"Kemana?"

"Anakku masih sekolah, Pak. Dia baru kelas tiga SMA," sahut Pak Toha kembali.

"Oalaaah, masih muda banget ya. Selisih tujuh tahun sama anakku," sambung Pak Wisesa.

Jiho hanya manggut-manggut, sebenarnya dia penasaran, bagaimana rupa gadis yang akan dijodohkannya itu. Apakah dia akan menyukainya??

"Pak, Bu... Saya permisi dulu," ucap Ibu Ningsih berpamitan. Dia berlalu masuk kedalam, di dapur dia menyiapkan 5 gelas yang berisi teh manis dan aneka cemilan yang dia punya. Bu Ningsih memanggil beberapa ibu-ibu tetangga untuk membantunya memasak, untuk makan siang.

Tak lama kemudian, Bu Ningsih keluar lagi sambil membawa teh manis dan cemilan yang tadi disiapkannya di dapur.

"Silahkan dicicipi dulu Pak, Bu, Nak..." ucap Bu Ningsih yang dijawab anggukan kepala mereka sambil tersenyum.

"Terima kasih, Bu."

Suasana hening sejenak. Tak lama sebuah salam membuyarkan pikiran mereka masing-masing.

"Assalamualaikum..." salam sapa seseorang dari luar. Seorang gadis berseragam putih abu-abu perlahan masuk sambil menunduk malu.

"Oh, itu dia pak, anak kami..." ucap Pak Toha. "Neng, kesini dulu..." lanjut Pak Toha. Gadis itu mengangguk dan menghampiri mereka.

"Neng, ini ada keluarga Pak Wisesa ingin bersilaturahmi dan berkenalan denganmu," lanjut Pak Toha kembali.

Tiara menyalami mereka satu persatu secara bergantian sambil mengucap namanya "Tiara."

"Neng, ganti baju dulu nanti kesini lagi ya..." ujar Pak Toha kembali sesaat setelah mereka berkenalan. Gadis yang di panggil neng itu mengangguk dan berlalu.

"Dia sekolah dimana, Pak?" tanya Jiho penasaran, tapi entah kenapa mendadak hatinya ingin tahu lebih jauh.

"SMA satu, nak. Di kota kecamatan," jawab Pak Toha. Senyumannya eemasih mengembang di bibirnya.

"Lumayan jauh juga ya dari sini... Jalan kaki, pak?" sambung Jiho yang masih mengira-ngira.

"Iya Nak, lumayan jauh. Tapi kalau sudah terbiasa tidak akan terasa lelah. Dia jalan sama teman-temannya yang lain."

Pak Wisesa manggut-manggut sambil tersenyum, dia tahu kebiasaan anaknya. Jikalau Jiho penasaran berarti ada ketertarikan terhadap sesuatu.

Tak lama Tiara muncul menghampiri mereka kembali. Rok plisket berwarna hitam, dan kaos lengan panjang warna pink membalut tubuhnya yang ayu.

Tiara sempat melirik laki-laki yang akan dijodohkan dengannya itu. Pandangan mereka saling bertaut, antara Tiara dan Jiho. Mereka saling melempar senyum dan menatap penuh makna. Ada ketertarikan diantara mereka, jantung mereka berdesir satu sama lain. Jiho memandang Tiara cukup lama hingga dia merasa tersipu, pipinya merona merah.

"Ehemm... Sepertinya mereka cocok ya Pak, Bu..." ungkap Pak Wisesa memecah kecanggungan diantara mereka.

"Betul... Betul... Gimana Nak, apa kalian setuju?" lanjut Pak Toha sambil memandangi anak-anaknya secara bergantian.

"Setuju apa, Pak?" tanya Tiara yang memang belum tahu akan rencana perjodohan itu.

"Kalian akan kami jodohkan, kalau bisa sih langsung nikah ya, Pak?" sambung Pak Wisesa kembali.

"Hahaha... Tapi adatnya orang sini, harus lamaran dulu," jawab Pak Toha dengan nada riang

"Iya, betul... betul... Gimana, nak? Apa kalian setuju?" tanya Pak Wisesa kembali yang menanti jawaban.

"Saya sih setuju saja pak," jawab Jiho sambil terus memandang Tiara.

"Gimana dengan neng Tiara?" tanya Pak Wisesa yang sungguh membuat gadis itu grogi. Dia tak mampu menjawab apapun selain mengiyakannya. Tapi dia mengajukan satu persyaratan.

"Iya Pak, Bu, saya juga setuju. Tapi.... tunggu sampai saya lulus dulu," jawab gadis itu malu-malu.

"Alhamdulillah..." jawab mereka serempak. Dua keluarga itu saling melempar senyum bahagia.

"Ya sudah, ayo-ayo ngobrol santai. Nak Jiho sama Tiara, dulu itu waktu kalian kecil sering main bareng lho. Nak Jiho nih, sering jahil sama Tiara..." ujar Pak Toha sembari mengenang masa lalu. Pak Wisesa dan istrinya hanya tertawa.

"Iya, lucu banget ya kalian waktu kecil. Mentang-mentang Jiho gede sendiri. Tapi itu sebelum kami pindah... Alhamdulillah sekarang sudah balik lagi ke kampung halaman," sahut Pak Wisesa dengan tawa yang renyah.

Sesekali Jiho mencuri pandang ke arah Tiara. Entah kenapa dia begitu terkesima pada gadis itu. Imut-imut, cantik, sederhana, lugu, tidak seperti gadis-gadis yang pernah di temuinya di kota saat dia kuliah.

"Nak Jiho, tidak apa-apa kan kalo menunggu sampai Tiara lulus dulu?" tanya Pak Toha memastikan.

"Ah iya Pak, saya akan setia menunggunya," jawaban Jiho membuat Tiara kembali tersipu.

"Ya sudah, ayo-ayo kita pada makan dulu. Ini ibu sudah nyiapin makanan buat kita semua," ujar Pak Toha kembali. Mereka kemudian beranjak ke ruang tengah untuk makan bersama.

"Pak, Tiara nanti saja. Mau disini dulu," sahut Tiara yang dijawab anggukan kepala Pak Toha.

"Saya juga disini dulu pak, nemenin Tiara," sambung Jiho yang membuat Tiara sedikit terkejut.

Padahal dia tidak ikut makan karena ingin menghindari tatapannya.

"Kenapa Aa gak ikut makan?" tanya Tiara memberanikan diri.

Jiho tersenyum, Tiara melihat lengkungan senyum itu sungguh terlihat sangat manis.

"Nemenin kamu disini," jawab Jiho yang kembali sukses membuat dirinya tersipu.

"Aa kuliah?"

"Sudah lulus, makanya pengin cari istri, heheheh..." jawab Jiho lagi. Entah kenapa dia tak henti-hentinya membuat pipi Tiara merona merah.

"Kenapa harus aku?"

"Ya karena kita sudah dijodohkan, lagi pula aku juga suka kamu. Kamu gimana? Suka atau nggak?"

Tiara memandang wajah lelaki itu sejenak, lalu menunduk lagi. "Suka," jawab Tiara malu-malu.

"Alhamdulillah... Berarti gak ada masalah kan?" tanya Jiho yang dijawab anggukan kepala oleh gadis imut itu. "Kalau aku sering main kesini, boleh kan? Biar kita tambah dekat?" tanya Jiho lagi.

"Iya, A."

Jiho tersenyum lagi, "Mulai besok, aku juga megang salah satu ladang Ayah. Siapa tau pulangnya bisa mampir sini, iya kan?"

Tiara hanya mengangguk lagi. Entah kenapa hatinya berdebar-debar tak menentu. Apalagi ketika menatapnya, dia jadi salah tingkah.

Perjodohannya berhasil bukan? Mereka saling menyukai, bukan karena keterpaksaan dan berat hati

-bersambung-

*Catatan kaki:

Aa : panggilan Kakak / Abang dalam bahasa sunda

Terpopuler

Comments

Radin Zakiyah Musbich

Radin Zakiyah Musbich

up up up.... 🎉🎉🎉

ijin promo thor 🍿🍿🍿


jgn lupa mampir di novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE",

kisah cinta beda agama 🍿🍿🍿


jgn lupa tinggalkan like and comment ya 🍿❤️❤️❤️

2020-10-16

0

Rasinar Yohana

Rasinar Yohana

like like

2020-09-28

1

Rena Karisma

Rena Karisma

Keren 💕💕💕

2020-09-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!