...~Happy Reading~...
“Jangan mendekatt!” teriak Kirana untuk kesekian kalinya saat menyadari bahwa ternyata Hilal berusaha untuk menghampiri nya, ia semakin memundurkan langkah nya sambil terus mengarahkan pecahan vas itu ke perut nya.
“KIrana, apa yang terjadi? Kita bicarakan baik baik, jangan seperri ini, jangan gegabah Kirana. Jangan sakiti diri kamu sendiri, aku mohon,”
“Udah gak ada gunanya aku hidup Mas, aku kotor. Dan aku sangat menjijijkkan, aku gak pantes buat kamu, dan aku gak mau terus buat kamu malu. Aku gak mau hiks hiks.”
“Gak sayang, enggak!” Hilal menggelengkan kepala nya, “Kamu sangat berharga, kamu sangat berguna dan kamu sangat pantas buat aku. Aku mohon Kirana, istighfar, ingat Allah Sayang, aku mohon,” pinta Hilal yang terus berusaha membujuk Kirana dengan halus. Sebenarnya, Hilal masih belum mengerti mengapa Kirana bisa mengalami tantrum kembali bahkan jika di lihat, tantrum yang kini di alami Kirana jauh lebih parah dari sebelumnya.
“Aku gak mau Mas hiks hiks, aku gak mau!” Tubuh KIrana semakin melemah, kini ia terhuyung dan hampir terjatuh ke lantai saat ia merasakan sakit dan perih nya di bagian perut. Beruntung, Hilal dengan sigap berlari dan sampai melompati brankar untuk segera menghampiri Kirana, hingga kini laki laki itu sudah berhasil memeluk Kirana bahkan menjauhkan benda tajam yang sejak tadi di genggam oleh istrinya.
“Sayang, sadar Sayang istighfar, astagfirullah al-adzim, KIrana sadarlah, ini aku Hilal.”
Deg!
Kirana terdiam, menatap lekat pada sorot mata teduh yang kini berada tepat di atas nya. Hatinya semakin sakit, rasa bersalah nya semakin memuncak hingga membuat air matanya semakin luruh tak terbendung lagi. Kedua tangan nya mencengkram erat perut nya, berharap bayi itu bisa gugur agar tidak ada lagi benih laki laki seperti Kevin dalam tubuh nya.
Rasa sakit yang semakin sakit ia rasakan, membuatnya sampai harus menggigit bibir bawah nya. Nafas nya memburu dengan begitu hebat, namun ia masih berusaha untuk tetap terlihat tenang di dekapan suaminya.
“Kirana apa yang kamu lakukan!” sentak Kevin tiba tiba saat menyadari apa yang di lakukan oleh Kirana. Bukan hanya mencengkram perut nya seerat mungkin, namun siapa sangka bahwa ternyata tangan Kirana tak tinggal diam, ia berusaha meraih pecahan pecahan vas yang tadi ia pecahkan, membuat Kevin langsung sigap dan melepaskan cengkraman tangan Kirana.
“Jangan sentuh aku!” jerit Kirana lagi, “Dia harus mati, aku gak sudi lihat kamu lagi Kevin, aku gak sudi!”
“Astagfirullah!” Kini, Hilal baru menyadari bahwa laki laki yang sejak tadi menjadi penonton di antara dirinya dan Kirana adalah Kevin, alki laki yang membuat KIrana mengalami trauma sedalam itu. Dan kini, Hilal tahu bahwa kambuhnya trauma KIrana karena kedatangan Kevin.
Bodoh! Hilal langsung merutuki dirinya sendiri, karena tidak menyadari sejak tadi. Padahal, dulu ia sudah pernah melihat foto kebersamaan Kirana dengan Kevin, tapi dirinya terlalu abai. Karena sejak tadi fokus nya hanya kepada Kirana, sampai ia mengabaikan keberadaan laki laki itu yang tak lain adalah Kevin.
“Jangan gila KIrana! Jangan egois!”
“Kamu yang egois! Kamu bajingann! Dan aku gak akan sudi dia ada di tubuh ku, kamu pergiii! Pergii Kevin, pergiii!” Amukan Kirana semakin menjadi, hingga membuat beberapa dokter dan perawat langsung berlari menghampiri nya, tapi Kirana semakin memberontak dan menolak kehadiran siapapun.
Baru saja, Kevin hendak mendekati Kirana lagi, tapi dengan cepat Hilal menggelengkan kepala nya. Raut wajah yang semula teduh saat bertatapan dengan Kevin, kini seketika berubah menjadi datar kala sudah mengetahui siapa laki laki tersebut.
“Tolong tinggalkan kami!” pinta Hilal dengan sesopan mungkin kepada Kevin dan beberapa petugas kesehatan yang berada di ruangan itu.
“Tapi Pak, kami—“
“Tolong Dok! Saya tahu, apa yang harus saya lakukan untuk istri saya. Dan jika memang saya tidak bisa menangani nya, maka saya akan memanggil kalian, saya mohon!” jelas Hilal dengan penuh permohonan, membuat dokter dan perawat itu hanya bisa mengangguk pasrah dan segera keluar dari ruangan itu.
Setelah beberapa saat, sejak ruangan itu sepi. Perlahan, Kirana sudah mulai tenang di pelukan Hilal. Walau terkadang masih terdengar suara isak tangisan tipis dari bibir Kirana. Namun, dengan kesabaran dan kelembutan yang di berikan oleh Hilal, wanta itu semakin bisa mengendalikan dirinya perlahan.
“Sayang, apa yang terjadi. Kenapa kamu bisa seperti ini?” tanya Hilal dengan selembut mungkin sambil mengusap rambut kepala Kirana. Kini, posisi keduanya masih terduduk di lantai dengan Kirana yang memeluk erat tubuh suaminya. Kirana semakin menenggelamkan wajah nya di dada bidang sang suami, kala mendengar pertanyaan itu lagi.
“A—aku hamil hiks hiks hiks.” Kirana bergumam begitu lirih namun masih mampu terdengar jelas di telinga Hilal.
Hilal langsung melepaskan pelukan istrinya, kedua tangan nya ia gunakan untuk memegang bahu Kirana dan memastikan wajah mereka bertatapan, “Kamu hamil?”
Bukankah itu adalah sebuah kabar baik? Karena pada akhirnya, Tuhan memberikan kepercayaan dengan begitu cepat padanya. Tapi, mengapa Kirana harus mengalami depresi lagi, mengapa Kirana seolah tidak mau menerima anak mereka, mengapa Kirana justru malah mau menghilangkan anak mereka.
“M—maafin aku Mas hiks hiks, seharusnya dia gak hadir disini, seharusnya dia gak ada. Aku muak, dan aku semakin benci sama diri aku sendiri,a ku—“
“Astagfirullah Kirana cukup!” Hilal sedikit memekik kaget karena Kirana terus berusaha memukuli perut nya, seolah menolak kehadiran bayi yang di kandung nya.
“Aku gak mau dia ada Mas aku gak mau hiks hiks.”
“kenapa?” tanya Hilal dengan raut wajah sedih nya, “Kamu tdiak mau menjadi ibu dari anak anak ku?”
Deg!
Kirana langsung mendongakkan kepala nya, menatap lekat wajah suaminya yang terlihat begit sedih di depan nya,”T—tapi ini anak Kevin, aku gak mau Mas. A—aku mau hamil anak kita, aku gak mau hamil anak bajingann itu, aku gak mau. Mas, aku gak mau!”
Tubuh Kirana kembali bergetar kala mengingat suara Kevin yang mengatakan bahwa anak yang ia kandung adalah anak mereka, membuat nya selalu terngiang begitu jelas di kepala nya dan terus menghantui nya.
“Siapa yang kamu maksud? Laki laki tadi?” tanya Hilal yang langsung di balas anggukkan kepala oleh Kirana.
“Dia bilang ini anak dia, aku gak mau Mas, aku gak mau! Jadi aku harus menggugurkan nya, iya kan? Aku harus gugurin kandungan ini, agar tidak ada lagi benih dari dia. Aku gak mau, kalau aku—“
“Istighfar Kirana, istighfar! Lihat aku, tatap mata aku!” seru Hilal dengan suara sedikit lebih tinggi karena Kirana semakin tak bisa mengendalikan dirinya sendiri, “Kenapa kamu bisa berfikir itu adalah anak dia?”
“Kamu lupa, kalau aku pernah di perkosaa sama dia Mas hiks hiks. Dan itu sakitnya masih terasa sampai sekarang, aku gak mau lagi, Mas. Aku gak mau inget dia lagi, aku—“
“Kirana lihat aku! Tenangkan diri kamu dulu, astagfirullah!” Hilal mengusap wajah nya sedikit kasar, menarik napas sedalam mungkin, ia sudah tidak tahu lagi bagaimana harus menjelaskan kepada istrinya saat ini, “Dia hanya masa lalu kamu, Sayang. Dan akulah yang akan menjadi masa depan kamu, aku mohon, hilangkan semua pikiran buruk itu. Jangan sakiti anak kita lagi. Aku mohon,” imbuh Hilal dengan penuh permohonan, membuat Kirana seketika langsung terdiam dengan perasaan yang semakin sulit di jelaskan.
...~To be continue.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳
Aduh capek ya berjuang untuk wanita depresi kayak kirana.. Harus banyak istighfar.. berhati baja dan mental juga fisik yg sehat. 😊
2023-09-25
0
MUSFIRA
Kok mlh anak kevin thor,,kan kejadian nya sdh lama,,,harus nya kan Anak nya hilal
2023-09-22
0
M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤
Astaghfirullah
2023-09-19
2