...~Happy Reading~...
“Assalamualaikum,”
“Walaikumsalam,” Dua wanita itu langsung menyambut kedatangan Hilal kala baru memasuki rumah. Meskipun masih dengan wajah seperti menahan sesuatu dan kepala tertunduk, akan tetapi sesekali Kirana mencoba untuk tetap berusaha menyambut suaminya.
Hilal sendiri merasa sedikit terkejut kala melihat keberadaan Kirana di lantai bawah tanpa adanya dirinya. Akan tetapi ia bersyukur karena sudah ada kemajuan dengan kesehatan sang istri. Laki laki itu segera menghampiri ibu dan juga istrinya. Usai menyalami umi Nila, Hilal hendak mengecup kening Kirana, akan tetapi wanita itu spontan langsung menjauhkan diri tanpa sadar, membuat Hilal mencoba untuk mengerti.
“Kirana bantuin Umi masak. Jadi kamu mandi dulu sana gih, setelah itu kita makan siang bersama. Sebentar lagi Abah juga pasti pulang!” ucap ummi Nila yang langsung di balas anggukkan dari Hilal.
Makan siang kali ini, mereka berkumpul bersama. Berbeda dengan biasanya yang mana Kirana akan selalu memilih menikmati makanan nya di dalam kamar. Tapi hari ini wanita itu benar benar ingin mencoba dan mendekatkan diri dengan keluarga dan juga suami nya.
Seperti yang pernah di katakan oleh Hilal beberapa waktu lalu, bahwa masa lalu tidak akan bisa di ubah. Akan tetapi, kita bisa membuat masa depan menjadi lebih baik lagi. Orang baik memiliki masa lalu, begitupun dengan orang jahat juga memiliki masa depan. Menjadikan masa lalu sebagai buah pembelajaran untuk ke depan yang lebih baik. Itulah yang seharusnya Kirana lakukan, memperbaiki diri dan mendekatkan diri dengan Sang Maha Pencipta, itu akan membuat hatinya menjadi tenang dan hidup nyaman.
Dan memang benar adanya. Setelah hari ini ia mencoba. Ia memang merasakan adanya perubahan dalam benak nya. Rasa takut yang biasa nya selalu menguasai hati dan pikiran nya kini perlahan menghilang. Meskipun tidak sepenuhnya, akan tetapi Kirana akan terus mengingat perkataan dan nasehat dari suaminya. Jika Allah saja maha pemaaf dan Hilal mau menerima nya dengan ikhlas tanpa menatap masa lalu nya, lantas mengapa dirinya tidak mau menerima kenyataan tentang rasa sakit nya.
Dan sejak siang itu, Kirana semakin bisa menguasai dirinya. Dia menjadi lebih aktif dalam membantu ummi Nila di dalam rumah. Kirana juga sudah mulai bisa di ajak sholat berjamaah, tidak mengelak atau menolak lagi seperti biasa. Untuk sesaat, keluarga Hilal bersyukur karena merasa kesembuhan Kirana sudah di depan mata. Meskipun hingga kini Hilal dan Kirana sendiri belum sedekat yang seharusnya. Tapi sekali lagi Hilal yakin bahwa buah kesabaran itu akan ada. Dan kelak, dirinya dan Kirana akan benar benar bisa sedekat itu.
...🍁🍁🍁...
“Mas ... “ Suara Kirana menghentikan langkah kaki Hilal yang hendak berangkat ke Masjid untuk menunaikan sholat berjamaah.
“Iya ... “ Laki laki itu menoleh dan berjalan kembali menghampiri Kirana.
“A—apakah kita akan selamanya disini?”
“Apakah kamu tidak nyaman disini?” Kirana dengan cepat menggelengkan kepala nya. Sambil meremass mukena di tangan nya, wanita itu kembali menundukkan kepala nya. Membuat Hilal lagi lagi tersenyum dan menyentuh dagu Kirana untuk dia angkat agar menatap ke arah nya.
“Jika kamu merasa tidak nyaman atau tidak aman. Kita bisa pergi, kamu mau kemana?” Suara Hilal yang selalu terdengar lembut, mampu membuat hati KIrana semakin menghangat.
“B—bukan begitu, hanya saja ... “
“Mau bicara sebentar?” tawar Hilal sambil melirik ke arah jam di dinding kamar nya, yang mana ia merasa masih memiliki waktu beberapa menit sebelum suara adzan terdengar.
Kirana pun menganggukkan kepala nya dan mengikuti arahan Hilal yang mengajaknya untuk duduk di sisi tempat tidur. Laki laki itu dengan begitu sabar dan penuh perhatian selalu menggenggam tangan Kirana. Berusaha memberikan kenyamanan dan keamanan agar wanitanya merasa tenang.
“M—maaf ... W—waktu itu aku pernah dengar, mas Hilal diminta segera kembali? Kemana? Apakah ada pekerjaan di luar sana yang mas kerjakan? Dan apakah gara gara aku, mas meninggalkan pekerjaan itu? Mengingat pernikahan kita yang—“
“Sshhh, jangan meminta maaf dengan apa yang tidak kamu perbuat. Mas memang memiliki pekerjaan diluar kota, tapi itu dulu. Dan sebelum kita menikah, Mas sudah menyelesaikan kontrak di sana, jadi ini bukan karena kamu,” ujar Hilal dengan begitu lembut menjelaskan.
Sebenarnya, berhentinya Hilal dari pekerjaan sebelumnya yang ada di Jakarta. Memang karena Kirana, akan tetapi laki laki itu tidak ingin membuat istrinya kembali merasa bersalah yang mana akan membuat hatinya tertekan kembali. Jadilah ia sedikit berbohong agar istrinya tidak merasa bersalah, mengingat bahwa kini kesehatan Kirana sudah semakin membaik. Hilal tidak ingin rasa bersalah itu menghantui pikiran Kirana lagi.
“Bagaimana kalau besok kita keluar? Sudah hampir satu bulan kamu disini, dan Mas belum mengajak mu keluar sama sekali.”
“K—keluar?” Mendengar ajakan Hilal, bukan membuat hati Kirana berbunga atau bahagia seperti kebanyakan orang.
Justru kini, jantung Kirana merasa kembali berdebar dengan begitu kencang. Tanpa sadar, tangan nya semakin mengeratkan mukena di dekapan nya dengan nafas nya yang mulai sedikit memburu.
Hanya mendengar ajakan keluar, namun sudah membuat Kirana takut. Berbagai bayangan kembali menghantui dirinya. Kirana takut, jika nanti dirinya bertemu laki laki lain atau bahkan tidak menutup kemungkinan dirinya akan bertemu dengan Kevin. Kirana semakin merasa takut kala bayangan demi bayangan perlakuan Kevin padanya melayang di pikiran nya.
Bukan tanpa alasan, Kirana merasa seperti itu. Karena hingga saat ini, laki laki itu masih berada bebas di luar sana. Entah siapa dan apa yang di lakukan Kevin dan keluarga nya, akan tetapi laporan keluarga Kirana pada kepolisian tidak membuahkan hasil sama sekali. Hingga kini, Kevin masih hidup bebas tanpa beban dan dosa seolah tidak pernah melakukan apapun, sedangkan Kirana hidup dalam kesengsaraan yang hingga kini masih begitu sulit menerima kenyataan.
“Hey, jangan begini. KIrana, lihat Mas. Lihat aku! KIrana!” Hilal menangkup kedua pipi Kirana dan menatap matanya dengan begitu dalam. Berulang kali Hilal memberikan arahan kepada Kirana agar bisa mengatur nafas dan mengontrol dirinya.
“Mas disini, jangan takut. Mas akan selalu bersama kamu, jangan pernah takutkan apapun lagi kecuali Allah. Buang semua ketakutan kamu Kirana. Ingat surat At-Taubah ayat 40. La tahzan innallaha ma'ana artinya secara bahasa adalah Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita. Jadi jangan takut dan khawatir, ya?”
Seketika itu, Kirana langsung menghambur memeluk Hilal dan menumpahkan tangisan nya pada alki laki itu. Ini adalah kali pertama Kirana mau memeluk Hilal dengan kesadaran dirinya sendiri. Biasanya, Hilal lah yang akan memeluk Kirana saat wanita itu mengalami tantrum hingga membaik. Tapi kini, justru Kirana sendiri yang langsung memeluk Hilal seolah Kirana memang sudah merasa nyaman dan aman bersama dengan laki laki itu.
...~To be continue .......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤
semoga cepat sembuh Kirana
2023-09-19
2
Ida Ulfiana
sumpah mom klu ada laki2 kayak gus hilal penhen tk jadikan mantu hbisnya laki kok hampir gak ada cacatnya sm x
2023-09-18
0
Ryena
apa clayton hrus trun tngan utk ksh pljaran ke kevin ???
2023-09-17
0