Pondok

...~Happy Reading~...

“Assalamualaikum, Kirana .... “ Hilal memasuki kamar milik istrinya, ia melihat bagaimana sang istri yang masih berada di pelukan ibu mertua nya di lantai membuat nya sedikit penasaran, namun ia urungkan rasa itu.

Hilal berjalan pelan mendekati ranjang tempat tidur dan juga kedua wanita itu, “Walaukumsalam,” jawab mama Santi.

“Mama keluar dulu ya, kalian bicara berdua. Pelan pelan Sayang, mama yakin kamu pasti bisa.” Ujar mama Santi mengusap lembut kepala putri nya.

Kirana hanya mampu menganggukkan kepala nya pelan. Pandangan matanya masih selalu menatap bawah, karena ia merasa tak memiliki keberanian sama sekali untuk menatap laki laki di depan nya. Kedua tangan nya masih terkepal berusaha melawan rasa takut nya. Namun, itu masih sulit hingga membuat tubuh nya kembali bergetar, terlebih kala Hilal kini ikut duduk bersimpuh tepat di depan nya.

“Kita ke Pondok ya?” ajak Hilal dengan sangat hati hati.

“A—aku takut ... “ jawab Kirana pada akhirnya membuka suara walau masih enggan menatap sang empu nya.

Hilal tersenyum lega mendengar suara istrinya, “Ada aku. Mulai sekarang, aku akan selalu ada untuk kamu. Kita obati luka kamu, dan kita mulai lembaran baru yang lebih baik lagi. Insyaallah, Allah bersama kita, jadi jangan pernah takut apapun lagi.” Ucap Hilal sambil menyentuh tangan Kirana yang ternyata terasa sangat dingin lantaran keringat yang sejak tadi berselancar di tubuh nya.

“A—aku gak tahu, hiks hiks hiks.” Tiba tiba Kirana menutup wajah nya dan kembali menangis di hadapan Hilal, membuat laki laki itu menghela napas nya dengan sedikit berat, “A—aku takut, a—aku takut gak bisa. Dan aku—“

“Bismillah, kita awali semuanya dengan Bismillah. Dan yakinlah bahwa Allah akan selalu bersama serta membantu di setiap langkah hamba-Nya.”

“Aku mohon Kirana, tatap aku. Kita mencoba bersama, dan aku yakin kamu pasti bisa keluar dari rasa takut mu itu,” imbuh Hilal kini memberanikan diri untuk mengangkat dagu Kirana agar fokus menata ke arah nya.

Dan kini, wajah keduanya saling berhadapan. Membuat air mata Kirana semakin deras membasahi pipi nya. Namun Hilal tak tinggal diam, laki laki itu segera menghapus nya, lalu memeluk tubuh istrinya dengan sedikit erat.

Sekuat tenaga, Kirana berusaha menahan diri. Ia mencoba untuk menghilangkan rasa takut nya, tapi ternyata rasanya masih begitu sulit. Bahkan kini ia harus menahan nafas nya karena tidak ingin memberontak di depan Hilal.

Kirana hanya bisa menahan tangis dan sesak di dada nya. Akan tetapi, kondisi tubuh nya tidka bisa berbohong. Keringat dingin kembali mengucur deras dengan tubuh yang bergetar cukup hebat saking takut nya ia mendapatkan pelukan dari seorang laki laki. Walau pun laki laki itu adalah suaminya sendiri.

Hilal yang menyadari kondisi Kirana, akhirnya melepaskan nya. Ia masi berusaha menenangkan dan meyakinkan sang istri bahwa semuanya akan baik baik saja. Hilal tidak akan pernah menyakiti nya apalagi memaksa nya untuk melakukan apapun. Hilal sudah berkata bahwa ia menikah karena Allah, dan ia akan berusaha membantu Kirana untuk menyembuhkan luka trauma nya.

Dan setelah drama yang cukup panjang, kini akhirnya Hilal berhasil membujuk Kirana agar mau ikut dengan nya. Memnag awal nya, Hilal akan membawa Kirana untuk tinggal di pondok pesantren. Akan tetapi itu tidak lama, karena nanti pada akhirnya mereka akan menetap di kota Jakarta.

“Jangan takut,” Hilal menggenggam tangan Kirana dengan cukup erat saat menyadari keraguan dalam benak Kirana yang akan memasuki kawasan pondok.

Untuk sesaat, Kirana terdiam. Wanita itu mendongak dan menatap wajah laki laki di samping nya. Melihat senyuman Hilal, entah mengapa sedikit membuatnya tenang, walau pun ia tidak bisa berlama lama menatap nya, karena ketenangan sesaat itu akan segera berubah menjadi ketakutan yang begitu hebat.

“Assalamualaikum, Gus Hilal, dan—“

“Namanya Kirana,” jawab Hilal saat berpapasan dengan seorang wanita yang tengah menggendong seorang anak laki laki.

Wanita itu tak lain dan tak bukan adalah Eleena. Menantu pertama dari pemilik Pondok tersebut, yang mana memang sejak beberapa hari lalu, wanita itu memutuskan untuk tinggal di Pondok sementara karena ingin dekat dengan ibu mertua nya.

Wanita itu tersenyum kepada Kirana, membuat Kirana bernafas lega karena mendapatkan respon baik di sana, “Maaf ya tadi aku tidak ikut bisa ke sana karena Abi sedang rewel. Tapi insyaallah aku doakan, semoga pernikahan kalian sakinah mawadah dan warrahmah,” ucap nya dengan begitu tulus menatap Kirana, yang mana hal itu sedikit mengingatkan akan dirinya dulu saat pertama kali memasuki pondok.

“Amin ... Terimakasih,” jawab Hilal lalu ia segera mengajak Kirana untuk pergi setelah berbasa basi sedikit dengan Eleena.

Sebenarnya, alasan utama Eleena tidak bisa menghadiri acara akad gus Hilal dan Kirana, bukan hanya karena putra nya sedang rewel. Akan tetapi, itu adalah larangan dari ayah mertua nya, karena tahu kondisi Kirana yang kurang bisa menerima banyak tamu. Maka dari itu, Eleena dan Yusuf memutuskan untuk di Pondok dan akan memberikan selamat di Pondok saja demi kenyamanan Kirana.

‘Jodoh memang gak ada yang tahu ya. Andai kalau kemarin itu jadi sama Maira,’ gumam Eleena pelan, namun hanya beberapa detik ia segera tersadar dan menepuk mulut nya pelan, ‘Astagfirullah, kok bisa sih gue ngomong gitu. Huuff, si Arga juga gak kalah ganteng dan baik kok. Cuma sedikit sengklek aja, beda sama gus Hilal yang alim, dan lembut, kaya suami ku.’ Imbuh nya terkekeh dalam hati.

“Eh salah, ayah nya Abi ya Sayang? Iya, Ayah nya Abi, ayo kita masuk yuk!” ajak wanita itu segera membawa putra nya untuk masuk ke dalam rumah kembali

Sementara itu, di rumah yang berada tepat di sebelah rumah mertua Eleena. Hilal dan Kirana sudah tiba di dalam, laki laki itu segera membawa istrinya untuk memasuki kamar. Karena acara pernikahan nya yang cukup mendadak, membuat kedua saudara Hilal tidak bisa pulang dan ikut menghadiri. Maka dari itu kini rumah orang tuanya masih terasa sepi, karena memang tadi setelah acara, kiyai Abdul juga harus mengisi salah satu acara di kampung seberang, yang mana itu memang tidak bisa di batalkan karena sudah jauh jauh hari.

“Kamu bisa istirahat dulu kalau capek. Sebentar lagi Maghrib, kita berjamaah di masjid ya?” Hilal duduk tepat di sebelah Kirana.

Wanita itu tadi sedang menelisik isi kamar milik Hilal yang terlihat sangat sederhana. Kamarnya cukup luas, akan tetapi hampir tidak ada pernak pernik di dalam nya. Hanya ada sebuah tempat tidur yang berukuran queen size dengan satu meja yang berisi jam, lampu dan sebuah bingkai foto di atas nya.

Ruangan dengan nuansa putih dan abu sebagai warna dari gorden, membuat kamar itu terlihat begitu luas dan sederhana. Kirana menoleh dan menatap kembali wajah Hilal yang ada di samping nya, ia hanya bisa membalas dengan anggukkan kepala sebelum akhirnya ia kembali menundukkan kepala nya lagi.

...~To be continue ......

Terpopuler

Comments

Rina Yulianti

Rina Yulianti

oh aku ingat gus hilal yg naksir sama humaira anaknya chila dan mike ya thor ,

2024-12-14

0

💥💚 Sany ❤💕

💥💚 Sany ❤💕

Sikap Hilal lembut banget. Moga Kiran cepat sembuh

2023-12-04

2

l3_nie

l3_nie

hahahaha... ada iklan nih...

2023-09-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!