...~Happy Reading~...
Sehari setelah malam lamaran, pagi harinya di kediaman rumah keluarga Kirana sudah begitu ramai dengan tamu undangan. Tidak banyak yang hadir, karena memang Kirana masih belum siap bertemu dengan banyak orang. Maka dari itu, orang tua Kirana hanya mengundang tetangga sekitar saja.
“Selamat ya Kirana, aku harap setelah ini kamu beneran bisa menemukan kebahagiaan baru.”
“Amin, aku juga berharap kamu bisa kembali seperti dulu lagi ya Na,”
Kirana tersenyum kala melihat ketulusan dari kedua sahabat nya. Air matanya sudah tak mampu ia bendung, setelah sekian lama dirinya bersembunyi dan tidak bertemu dengan sahabat nya. Kini, pada akhirnya ia bisa bertemu lagi dengan para sahabat nya.
“Kirana, mulai sekarang. Kamu gak usah mikirin masa lalu kamu lagi. Buka lembaran baru yang lebih baik lagi, dan aku yakin kamu akan bahagia Na.”
“Terimakasih,” ucap Kirana akhirnya membuka suara, Bunga dan Vira pun yang akhirnya bisa mendengar suara KIrana lagi setelah beberapa bulan merasa sangat senang dan bahagia. Tangis haru antara ketiga gadis itu terasa begitu hangat di dalam kamar pengantin yang mana kini di jadikan tempat rias untuk Kirana.
Acara sedang berlangsung. Hilal dan para keluarga nya sudah menunggu di lantai bawah dan bersiap melakukan ijab Qobul. Namun, Kirana belum di perbolehkan untuk turun, sebelum Hilal selesai mengucap janji suci di depan penghulu dan para saksi.
“Bismillah hirrahmanirohim, Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka binti Kirana Diva alal mahri seperangkat alat sholat hallan.”
Laki laki berbaju koko yang di padukan dengan kain sarung berwarna putih itu langsung menarik nafas nya panjang sambil menjabat tangan calon mertuanya.
”Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyyu taufiq.” Hanya dengan sekali tarikan nafas, Hilal berhasil mengucapkan kata tersebut dengan begitu lantang dan juga tegas.
"Bagaimana saksi?"
"Sah, sah, sah!"
“Alhamdulillah.”
Air mata mama Santi seketika langsung pecah di pelukan ummi Nila. Rasa syukur tak henti ia ucapkan kala melihat kini putrinya sudah resmi menjadi seorang istri. Harapan dan doa tak pula henti ia panjatkan kepada Sang Maha Pencipta. Begitu pun dengan Abbah Abdul dan papa Tio yang juga langsung berjabatan tangan dan berpelukan. Sedangkan Hilal kini juga ikut bernafas lega saat menatap kedua orang tuanya.
Tak berapa, suara langkah kaki menuruni tangga menarik perhatian semua orang. Begitu pun dengan Hilal yang juga ikut menoleh ke arah sumber suara, dimana seorang wanita yang tengah di gandeng oleh dua wanita lain nya berjalan begitu anggun dengan kepala tertunduk ke arah nya.
Laki laki itu segera bangkit dari tempat duduk nya, melarang kedua orang tua nya yang hendak bangkit, ia memilih berdiri dan berjalan menghampiri pengantin nya seorang diri. Ia mengulurkan tangan nya untuk menyambut kedatangan Kirana di ujung tangga, dengan perlahan walau sedikit ragu Kirana pun akhirnya menerima uluran tangan itu.
“Assalamulaikum zawjati,” ucap Hilal terdengar begitu lembut membuat kepala Kirana langsung mendongak, namun ia tak mampu membalas senyuman Hilal. Karena kini yang ia rasakan hanya ketakutan.
Sementara itu, Hilal yang tidak mendapatkan respon apapun dari Kirana hanya bisa tersenyum. Laki laki itu tidak marah, ia justru semakin lembut menggandeng tangan Kirana ke tempat duduk yang semula ia tempati.
Setelah duduk, Hilal mengambil kotak yang sudah ia siapkan di atas meja, yang mana itu adalah sebuah kotak bludru berisi dua buah cincin yang akan menjadi saksi pemilikan satu sama lain antar keduanya. Dengan begitu lembut dan penuh ketulusan, Hilal menyematkan cincin itu pada jari manis Kirana, begitu pun Kirana yang juga langsung membalas perlakuan Hilal padanya.
Dan setelah cincin tersemat di jari keduanya. Hillal kembali tersenyum, laki laki itu meletakkan tangan kanan nya, tepat berada di atas ubun ubun Kirana sambil mengucapkan sebuah doa.
”Allaahumma innii as-aluka khoirohaa, wa khoiro maa jabaltahaa 'alaihi, wa a'uudzu bika min syarrihaa, wa syarri maa jabaltahaa 'alaihi. Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Amin ... ” ucap Hilal lalu dengan di akhiri sebuah kecupan tepat di kening Kirana, membuat air mata nya seketika langsung menetes bercampur perasaan yang tidak karuan.
Jika di tanya, apakah dirinya bahagia? Tidak! Mendapatkan perlakuan sebegitu lembut dari laki laki seperti Hilal, justru membuat hatinya semakin sakit, dan takut. Karena Kirana selalu merasa dirinya sudah sangat kotor dan tidka pantas mendapatkan perlakuan sebaik itu dari Hilal.
“Aku menikahi mu karena Allah, dan aku berharap bisa mengganti setiap air mata yang sudah kamu jatuhkan menjadi air mata bahagia. Jangan menangis,” imbuh Hilal tersenyum, membuat Kirana sungguh tak memiliki nyali untuk mengangkat kepala nya.
Acara tak berlangsung lama. Usai meresmikan akad, Kirana memilih untuk segera masuk ke dalam kamar nya. Sedangkan Hilal masih berada di lantai bawah tempat berkumpul nya para keluarga. KIrana sengaja pergi lebih dulu, karena ia sudah tak mampu menahan rasa sesak di dada nya.
Sekuat tenaga ia menahan agar tidak takut terhadap laki laki yang ada di rumah nya, namun rasanya masih sangat sulit. Kirana semakin tak kuasa lagi ketika mendapatkan kebaikan yang luar biasa dari suami dan juga mertua nya.
Rasa bersalah nya semakin kian membuncah bercampur dengan rasa syukur yang seharusnya ia ucapkan karena mendapatkan jodoh terbaik. Tapi kini perasaan Kirana benar benar bercabang dan ia tidak tahu dengan apa yang akan ia lakukan selanjutnya lagi.
Tok ... tok ... tok ..
“Sayang ... “ Santi membuka pintu kamar putri nya, dan melihat Kirana kini tengah duduk bersandar di meja yang berada tepat di samping tempat tidur.
Wanita itu masih setia duduk meringkuk dengan pikiran nya yang melayang entah kemana. Dan Santi pun mencoba untuk paham akan hal itu, ia segera berjalan dan mendekat guna membujuk agar putri nya bisa merasa lebih tenang.
“Kamu sudah berkemas, Nak?” tanya Santi pelan sambil mengusap kepala Kirana.
Tentu saja, wanita itu langsung mendongak dan menatap wajah sang ibu. Berkemas untuk apa, pikir nya. Bukankah dirinya akan tetap tinggal di rumah, lalu untuk apa berkemas? Awal nya, Kirana berfikir bahwa maksud dari ibunya adalah mengemasi pakaian Hilal agar di masukkan ke dalam lemari.
Tapi, laki laki yang baru saja menjadi suami nya beberapa jam yang lalu itu tidak membawa apapun ke rumah nya. Lalu apakah yang harus ia kemas? Pikir Kirana.
“Sayang, mulai sekarang kamu sudah resmi menjadi istri nak Hilal. Kamu harus ikut dengan nya, dan Mama berharap—“
“I—ikut ke Pondok?” Kirana bergumam dengan tubuh yang kembali bergetar.
Membayangkan betapa ramai nya pondok pesantren itu membuat keringat dingin kembali bercucuran di dahi nya. Tubuh nya bergetar dengan nafas yang kembali memburu hebat. Membuat Santi sedikit panik, namun wanita paruh baya itu segera memeluk putri nya dan menenangkan nya.
...~To be continue ... ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
💥💚 Sany ❤💕
Berharap banget Kiran sembuh dari trumanya.
2023-12-04
1
Yunia Afida
langsung nyesss adem neng ati
2023-09-19
2
Ryena
klo bs jgn dipaksa deh...krn mnyembuhkan trauma itu hrus pelan2..
2023-09-17
0