...~Happy Reading~...
Setibanya di rumah, Hilal dan Kirana sama sama membersihkan diri masing masing. Kirana yang langsung masuk ke dalam toilet dengan membawa pakaian ganti, begitu pun dengan Hilal yang memilih untuk mengganti pakaian di dalam kamar saja usai sebelumnya ia membasuh tangan dan kaki nya di toilet depan.
Cukup lama, Kirana berada di dalam toilet hingga membuat Hilal merasa sedikit khawatir. Ia pun memutuskan untuk mengetuk pintu itu berulang, hingga setelah beberapa kali, barulah Hilal mendengar jawaban dari Kirana.
“Kamu gapapa?” tanya Hilal sedikit khawatir.
“Gak Mas, aku gapapa. Mas Hilal mau pakai toilet?” kata Kirana dari dalam kamar mandi.
“Enggak, mas hanya khawatir sama kamu. Takut kamu kenapa napa,”
“Maaf Mas, sebentar lagi.”
“Baiklah.”
Kirana kembali menatap dirinya pada pantulan cermin. Sejak tadi, ia begitu dilema apakah ia harus keluar dengan baju barunya, atau kembali memakai pakaian sebelumnya. Kini ia benar benar merutuki dirinya sendiri, karena sudah memiliki ide yang sangat gila beberapa saat lalu. Bagaimana tidak gila, ia sudah merasa nyaman dengan Hilal dan ia malah mempunyai sebuah pikiran tak terduga.
Kirana merasa sangat berdosa, karena hingga sekarang dirinya belum juga memberikan hak Hilal sebagai suami. Maka dari itu, ia mengenakan sebuah pakaian yang sangat lah pendek. Bukan lingerie, seperti kebanyakan para istri. Karena Kirana tidak memiliki itu. Tapi, kini Kirana memakai sebuah kaos milik Hilal, bermaksud untuk ia jadikan sebuah daster, karena dia memang tidak memiliki nya. Tapi, setelah ia mengenakan baju itu, kini dirinya merasa ragu dan takut untuk keluar.
Beberapa menit kemudian, setelah Kirana berdebat dengan isi hatinya. Kirana memutuskan untuk langsung membuka pintu itu, tapi entah mengapa tiba tiba sekelebat bayangan melintas begitu saja dalam benak nya, membuat tubuh nya seketika langsung ambruk dengan nafas yang memburu hebat.
“Enggak! Jangan! Gak mau! Tolong jangan, aku gak mau! Gakkkk!” Kirana berteriak cukup kencang sambil terus menutup kedua telinga nya, nafas nya semakin memburu membuat Hilal yang saat itu sedang membuka ponsel nya terkejut dan langsung kembali menghampiri pintu toilet.
Tok .. tok ... tok ...
“Kirana? Buka pintu nya, Kirana!”
‘Gak mau! Jangan! Aku gak mau! Jangan lakukan itu, aku gak mau!” jerit Kirana semakin menjadi di dalam sana, membuat Hilal semakin panik di buatnya.
“Kirana, tolong menyingkir dari pintu, aku akan mendobrak nya!” Hilal tahu pasti saat ini trauma Kirana kembali lagi, entah apa yang membuat trauma itu datang lagi. Tapi kini Hilal sedang berusaha sekuat tenaga untuk mendobrak pintu itu. Ia sangat panik dan khawatir, takut jika sesuatu akan terjadi lagi pada Kirana.
Terakhir kali ia melihat Kirana tantrum, Kirana sempat mau mengakhiri hidup nya dengan sebuah pisau buah di dalam kamar nya. Saat itu, ummi Nila memberikan Mangga kepada Kirana, namun ia lupa membawa pisau itu keluar kembali, hingga akhirnya saat trauma itu datang Kirana gunakan untuk alat bunuh diri. Maka sejak saat itu, Hilal tidak pernah membiarkan ada benda tajam satu pun di dalam kamar. Karena ia sendiri tidak bisa memprediksi kapan trauma Kirana itu akan datang.
Seperti saat ini, padahal beberapa saat lalu Kirana terlihat baik baik saja. Bahkan keduanya sudah sepakat untuk bicara serius mengenai kepindahan nya. Tapi hanya dalam hitungan menit, tiba tiba Kirana sudah menjerit histeris lagi.
Brakkk!
Hilal berhasil mendobrak pintu itu dengan usaha nya sendiri. Namun, saat pintu sudah terbuka, laki laki itu justru di buat terdiam sejenak di ambang pintu melihat bagaimana istrinya duduk meringkuk di depan pintu dengan pandangan yang begitu kosong.
“Astagfirullah!” Hilal menggelengkan kepala nya membuang segala pikiran negatif di kepala nya, lalu dengan cepat ia mengangkat tubuh Kirana berniat untuk membawa nya ke dalam kamar. Tapi ternyata Kirana menolak dan terus memberontak.
“Gak mau! Jangan! Aku mohon jangan sentuh aku! Kamu bajingann, jangan! Aku gak mauu! Mamaaaa! Lepasin aku, lepass!” jerit Kirana semakin ketakutan di gendongan suami nya.
Nafas nya semakin memburu dengan tubuh yang semakin bergetar namun Hilal tak memperdulikan nya. Ia tetap membawa Kirana dan meletakkan nya di atas tempat tidur.
“Kirana, lihat Mas, lihat Kirana! Sadar, Kirana! Ini mas Hilal, sadar lah ku mohon!” ucap Hilal begitu lembut sambil menangkup wajah Kirana seketika membuat Kirana tersadar.
“M—mas ... “ tangisan Kirana semakin pecah ketika kesadaran nya sudah pulih. Ia segera memeluk tubuh Hilal dengan begitu erat, menumpahkan segala perasaan nya kepada Hilal. Sedangkan laki laki itu mengusap punggung istrinya dengan begitu lembut. Walau sesekali, laki laki itu harus mengerutkan dahi saat menyadari ada sesuatu yang aneh di sana.
Sejujurnya, Hilal sendiri merasa sedikit bingung. Karena pertama, ia melihat Kirana mengenakan pakaian milik nya, dan kini ketika ia mengusap punggung Kirana, ia tidak menemukan hambatan sama sekali. Ia kembali terdiam dan benar saja, seperti firasat nya, bahkan ia bisa merasakan sesuatu yang menempel pada tubuh nya saat memeluk Kirana.
Eheemmm!
Hilal hanya mampu berdehem untuk merilekskan dirinya. Biar bagaimana pun, dirinya laki laki normal. Meskipun ia mengatakan bahwa ia tidak mementingkan hal seperti itu, tapi jika melihat Kirana mengenakan pakaian yang seperti itu, Hilal kurang yakin apakah dirinya masih bisa melawan nafsuu nya lebih lama lagi.
“Kamu gapapa?” tanya Hilal membuka suara dan mengalihkan pikiran negatif nya.
negatif? Benarkah negatif? Bukankah Kirana sudah sah menjadi istrinya? Dan sebagai laki laki normal, apakah dirinya salah jika berfikiran sejauh itu. Oh tidak, kini sepertinya otak laki laki itu sudah semakin terkontaminasi. Berulang kali Hilal beristigfar dan mencoba mengalihkan pikiran kotor nya agar tidak selalu menjurus ke arah jalan sesat.
“Maaf hiks hiks hiks,” ujar Kirana saat melepaskan pelukan nya dari Hilal. Wanita itu menangis dan menundukkan kepala nya, dengan tangan yang saling meremas satu sama lain.
Tentu saja, Kirana merasa sangat bersalah. Karena niat nya untuk memberikan hak Hilal sebagai suami, sepertinya harus kandas. Karena baru membayangkan nya saja, Kirana sudah kembali mengalami trauma. Bayangan dimana Kevin menjamah tubuhnya, dengan begitu kasar, rasanya sangat sulit untuk di hilangkan dari pikiran Kirana. Membuat wanita itu semakin ketakutan dan tak bisa menahan tangisan nya.
“Kenapa minta maaf?” tanya Hilal dengan begitu lembut mengangkat dagu Kirana membuat wanita itu kini mendongak dan menatap wajah sang suami.
“A—aku ... hiks hiks hiks. A—aku tadi ingin—“
“Jangan memaksakan apapun Kirana. Lakukan hal itu jika memang kamu sudah siap! Mas tidak akan memaksa kamu, jadi jangan merasa terbebani. Yang terpenting, kini adalah kesehatan kamu, jadi jangan paksakan diri kamu, ya?” ujar Hilal selah mengerti dengan apa yang akan di katakan oleh Kirana.
Tangis Kirana semakin pecah, ia merasa sangat terharu mendengar kata kata Hilal. Membuatnya semakin merasa berdosa dan bersalah karena terus menunda kewajiban nya sebagai seorang istri. Ia segera memeluk Hilal dengan sangat erat membuat laki laki itu hanya bisa menarik napasnya panjang dan sesekali terpaksa harus menahan nafas.
...~To be continue .......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤
semoga trauma Kirana segera sembuh 🤲
2023-09-19
2
Eti Alifa
hilal suami idaman bgt sihh😊
2023-09-18
1
Ida Ulfiana
adoh harus bnyak2 bersabar ya gus hilal klu peluk2 gt pasti nabarak gunung kembar ya
2023-09-18
1