...~Happy Reading~...
Seperti yang di katakan oleh Hilal sebelumnya, kini usai melaksanakan sholat isya, Hilal mengajak Kirana untuk keluar dari Pondok. Awalnya, Abah dan Umi merasa sedikit keberatan karena takut jika Kirana belum siap. Akan tetapi, Hilal meyakinkan orang tuanya, bahwa Kirana pasti bisa. Dan melihat keyakinan suaminya, tentu saja Kirana merasa terharu, jika Hilal saja bisa percaya dan yakin mengapa dirinya tidak? Begitulah yang di pikirkan Kirana, hingga akirnya ia ikut meyakinkan kedua mertuanya.
“Masyaallah,” Mata Hilal menatap begitu kagum pada sosok seorang wanita yang tengah menuruni tangga dengan begitu lembut dan anggun meskipun masih dengan kepala tertunduk.
Seorang wanita yang mengenakan gamis dan khimar dengan warna biru muda. Bisa di katakan ini adalah kali pertama Hilal melihat Kirana mengenakan khimar atau kerudung yang menutupi aurat nya. Karena selama ini, Kirana hanya mengenakan pakaian panjang, tapi tidak mengenakan khimar. Kirana hanya memakai phasmina yang ia gunakan untuk penutup kepala saja dengan rambut yang masih berkeliaran. Akan tetapi, berbeda dengan malam ini, Kirana sudah mau mengenakan penutup. Bahkan lengkap dengan cadar nya, membuat Hilal tak henti hentinya mengucap rasa syukur.
Tak berbeda dengan Hilal, ummi Nila dan abah Abdul pun melakukan hal serupa. Keduanya juga bersyukur dan lega melihat perubahan menantu nya yang semakin hari semakin membaik, bahkan sudah mau mengenakan hijab khimar hingga cadar. Meskipun abah Abdul adalah seorang kiyai, akan tetapi beliau tidak pernah memaksakan harus memakai kerudung. Karena baginya, hijrah itu tidak dapat di paksakan. Kiyai Abdul dan ummi Nila hanya bisa berdoa dan terus mendoakan agar kelak mereka akan mengenakan itu atas kemauan sendiri, dari hatinya.
Seperti sekarang ini, pada akhirnya tanpa di minta dan menunggu kesadaran. Kirana juga tidak membutuhkan waktu lama sampai memutuskan sendiri untuk menutup aurat nya.
“A—apakah aku terlihat aneh?” tanya Kirana saat sudah berada tepat di hadapan Hilal dan keluarga nya. Sejujurnya,ia merasa sedikit aneh pada dirinya sendiri yang terlalu tertutup. Terlebih kala melihat pandangan mata Hilal yang sejak tadi seolah tak henti berkedip menatap nya. Kirana takut membuat laki laki itu semakin kecewa, hingga membuatnya smapai memberikan pertanyaan seperti itu.
“Aneh bagaimana?” kata Hilal sambil tangan nya mengulur untuk merapikan cadar yang menutupi sebagian wajah istrinya, “Kamu cantik.”
Deg!
Tak bisa di pungkiri, mendengar jawaban dari Hilal membuat jantung nya berdetak dengan sangat cepat. Entah bohong atau jujur, tapi Kirana merasa tersipu dan baper mendengar perkataan Hilal. Terlebih kini tangan laki lkai itu masih mengusap lembut wajah nya.
“Kenapa? Kamu tidak percaya?” tanya Hilal yang membuat Kirana seketika langsung menggelengkan kepala, tentu saja bagaimana bisa Hilal mengatakan dirinya cantik, saat wajahnya tertutup cadar dan kini hanya terlihat sebagian area mata saja. Batin Kirana.
“Kamu memang sangat cantik Kirana. Dan aku bersyukur, alhamdulilah senang banget lihat kamu seperti ini. Tolong pertahankan, agar aku tidak harus berbagi kecantikan mu dengan orang luar. Tolong pertahankan seperti ini.”
Deg!
Berbagi? Dengan orang luar? Seketika otak Kirana mencerna begitu kuat. Ia tahu, bahwa Hilal tidak bermaksud untuk emngingatkan akan luka nya, tapi entah mengapa mendengar perkataan itu membuat pikiran nya kembali melayang lagi. Ingatakan bagaimana Kevin saat menjamah tubuh nya, membuat nya semakin merasa bersalah dan berdosa kepada Hilla, hinga membuat matanya kini tanpsa sadar sampai berkaca kaca.
“Bagaimana kalau kita berangkat sekarang? Takut nanti kemalaman,” ujar Hilal segera mengubah topik saat menyadari perubahan di wajah Kirana. Hilal sadar, bahwa ia mungkin sudah melukai hati Kirana lagi, akan tetapi sungguh ia tidak bermaksud untuk bicara ke sana. Maka dari itu, Hilal segera mengalihkan pembicaraan dan bersikap seolah tak merasa bersalah agar Kirana tak terlalu hanyut dalam luka tersebut.
“Iya benar, Nak. Pergilah, nanti takut kemalaman.” Imbuh ummi Nila yang juga merasakeadaan sudah mulai berubah.
Kirana pun hanya bisa menganggukkan kepala nya dengan pelan. Begitu pun Hilal yang juga langsung segera berpamitan dengan kedua orang tuanya lalu menggandeng tangan Kirana, bukan hanya menggandeng tangan, bahkan kini laki laki itu merangkul bahu nya, membuat hati Kirana terasa semakin emnghangat.
Saat Hilal hendak membuka pintu mobil untuk Kirana, tanpa sengaja matanya bertemu tatap dengan seorang gadis yang membawa sebuah mukena di dekapan nya. Hanya beberapa detik saja, Hilal segera menganggukkan kepala untuk saling menghormati, lalu ia segera ikut masuk ke dalam mobil setelah memastiakn istrinya berada di mobil.
Sementara itu, gadis yang tak lain dan tak bukan adalah Khalifa, hanya bisa menghela napas nya dengan sangat berat. Rasanya masih begitu sesak, melihat bagaimana kini laki laki yang menjadi cinta pertama nya itu sudha memiliki seorang istri. Dan ini adalah kali pertama Khalifa melihat secara dekat sosok Kirana, yang ternyata begitu sempurna.
Bagaimana tidak, walaupun Kirana mengenakan pakaian tertutup dan hanya terlihat matanya saja. Tapi tadi Khalifa sempat bertemu tatap juga dengan Kirana, jadi dia sudah bisa menilai bahwa Kirana memang wanita baik baik. Terlihat dari sorot matanya yang begitu tulus dan seperti penuh dengan ketenangan. Apalagi wanita itu sudah benar benar menutup diri sepenuhnya, sedangkan dirinya? Enta mengapa kini tiba tiba Khalifa menjadi insecure dan merasa begitu kecil jika membandingkan dirinya dengan istri Hilal.
‘Astagfriullah,’ gumam nya pelan segera menghapus air matanya lalu masuk ke dalam rumah dengan langkah yang semakin cepat.
Setelah menempuh perjalanan kurang dari lima belas menit, kini mobil yang di tumpangi Hilal dan Kirana sudah tiba di sebuah Taman yang menjadi tujuan utama nya. Memang lah taman itu terlihat masih cukup ramai, akan tetapi Hilal mengajak Kirana untuk pergi ke sebuah danau yang berada di ujugn Taman yang mana jika malam seperti ini, di sana terlihat tidka begitu ramai. Hilal merasa mungkin di sana, Kirana bisa mendapatkan ketenangan smabil menikmati langit berbintang.
“Mas sering kemari?” tanya Kirana membuka suara kala suda mendudukkan diri di sebuah kursi panjang yang langsung mentap ke arah danau.
“Tidak! Mungkin ini kali kedua,” jawab Hilal, “Bagaimana? Kamu suka disini?”
Kirana menoleh dan menganggukkan kepala nya. Sorot mata di wajah nya terpancar begitu terang, menandakan bahwa ia memang menyukai tempat itu. Begitu pun dengan Hilal yang ikut tersenyum lega kala melihat senyuman istrinya walau hanya lewat sorot mata.
“Kirana, mulai hari ini tolong katakan apapun yang kamu rasakan. Jika aku melukai mu, katakan. Jika kamu menyukai sesuatu katakan, dan jika kamu menginginkan sesuatu juga katakan. Kita buka lembaran baru dengan lebih baik lagi. Lupakan masa lalu kamu yang mmbuat mu terluka. Kita tidak bisa merubah masa lalu, tapi kita bisa memperbaiki masa depan, membuat masa depan agar lebih baik lagi.”
Kirana selalu bisa mendpatkan sebuah ketenangan di setiap kata yang di ucapkan oleh Hilal, membuat nya terharu dan benar ebnar sangat bersyukur atas hadiah yang di berikan oleh Tuhan setelah apa yang di alami nya beberapa waktu lalu.
“Terimakasih Mas, karena sudah menerima ku apa adanya. Tolong bimbing aku,” Kirana bergumam smabil terus menatap Hilal, membuat laki laki itu dengan cepat menganggukkan kepala nya dan segera menarik Kirana ke dalam pelukan nya.
...~To be continue ... ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Qodri Kiflie Kiflie
q pengen bgt anku masuk ponpes bismilah semoga allh memberi jalan kemudahan aamiin.seneng bgt q tu baca ponpes nambah wawasan juga
2023-09-25
0
M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤
semoga segera bertemu jodoh mu Khalifa
2023-09-19
2
Ryena
huhh...jd ikutan baper 😍😍😍
2023-09-17
0