Alina pada dasar nya memang cewek yang cukup polos di rentang usianya yang mulai memasuki fase dewasa, Tak heran jika kakak nya mengawasinya 24/7 di sela kesibukan nya.
"Kak, Kakak tau tidak. Aku tadi kenalan sama Rayan loh. Dia ganteng banget nggak kayak kakak, baik juga, tapi ketus plus dingin kek kutub utara." Jelas Alina padanya.
"Sekarang kamu ingin membicarakan nya lagi? Tidak kah kamu mengerti jika kakak khawatir terhadapmu Alina." Ucap nya.
"Aku tau kok kak"
"Jika memang kamu tau, carilah pekerjaan secepatnya. Kakak tidak bisa terus membiayai mu juga, Kakak juga harus mulai menabung untuk pernikahan Kakak nanti" Sambung nya lagi.
'Lah.. Aku nanya apa dia malah jawab apa, emang rada rada nih orang' Heran ku terhadap nya.
"Jadi maksud kakak, kakak udah muak sama aku gitu? Atau apa?" Ucap ku sangat kesal terhadapnya.
Ini pertama kalinya dia berbicara seperti itu padaku, aku tau memang usia nya sudah matang untuk menjadi seorang suami. Tapi aku juga tidak mau harus jauh dari kakak atau bahkan pergi darinya.
Perlahan air mata ku jatuh begitu saja..
"Kak, Tolong jangan katakan hal itu lagi. Itu lebih terdengar seperti kakak menyuruhku pergi dari hidup kakak untuk selamanya" Ucap ku seraya memeluknya erat
"Hey...Jangan menangis seperti itu. Kenapa kamu ini sangat cengeng? kakak kira kamu sangat pemberani" Ucap nya seraya menyapu satu persatu air mata yang jatuh dari pelupuk mataku.
"Kak.. Hiks.. Aku.. Aku tau hiks.. Selama ini aku hanya bisa menyusahkan kakak saja, aku bahkan belum bisa hidup mandiri dan jauh darimu."
Aku Hanya terisak dan memeluk nya sangat erat, dia mengatakan hal itu memang untuk kebaikan ku juga. Tapi, aku takut orang yang ku punya dalam hidupku akan menjauh untuk waktu yang tak bisa di hitung.
"Alina, kamu adalah wanita tangguh bagi kakak, ayah dan juga ibu. Kamu adalah yang paling kuat dari semua nya, Jika kamu tidak ingin jauh dari kakak, kamu bisa mengurus kedai bunga yang kakak punya saat ini. Itu juga jika kamu menginginkan nya." Jadi apakah dia memintaku untuk mengambil alih.
"Tapi kak, Itu kan kedai milik kakak, kalo aku yang ngambil terus jadi sepi kedai nya gimana dong?" Tanya ku seraya menatap wajah nya.
"Hahaha.. Makan nya jadi cewek tuh ya selayaknya cewek jangan malah jadi macan kemayoran sama orang orang, kan kasian mereka semua jadi pada takut sama kamu."
Gini nih, malah diketawain bukan nya serius ini malah bercanda gini.
"Kak ih... Tai"
"Maaf.. Maaf... Lagian kamu ada ada aja sih. dengerin kakak, Sepi ramai nya pelanggan itu sudah seperti makanan sehari hari. Tapi satu hal yang kakak tekan kan sama kamu, Pelanggan adalah Raja dan kita adalah rakyat yang harus mematuhi apa yang ia inginkan" Jelas nya padaku.
"Baiklah kak.. Aku mengerti dengan apa yang kamu ucapakan. Tapi, apa yang akan kakak lakukan jika kedai itu di serahkan padaku?" Tanya ku padanya. Aku takut jika kakak ku memilih untuk merantau dan pergi meninggalkan ku sendiri di rumah.
"Tentu saja pergi bekerja, dasar bodoh. Kakak sudah melamar sebagai karyawan salah satu perusahaan yang tak jauh dari arah kedai kita. Kamu tidak perlu khawatir, kakak akan mampir saat pulang kerja nanti"
Alina hanya menganggukkan kepalanya, Sambil memeluk kakaknya lagi sangat erat seperti tidak akan ada hari esok untuk memeluknya lagi. Sekali kali kita harus egois agar keinginan kita tercapai, setidaknya.
^^^Ting..^^^
'Siapa ini?' Gumam ku melihat notifikasi yang muncul dari seseorang.
"Siapa ini?" Tanya ku padanya.
"Aku adalah bunga mawar, yang kalo di cium baunya akan seperti kentut mu di pagi hari. Saat dirimu akan pergi ke kamar mandi untuk membuang semua tai dalam dirimu." Jelas nya.
"setan biadab, tidak seperti itu kronologinya." Ucap ku lagi padanya.
"ya mana aku tau, kan aku juga tidak mengenalmu bodoh"
"siapa yang kau panggil bodoh hah? Bukan kah kau lebih bodoh dari ku, dasar manusia biadab." kesal ku padanya.
"Siapa yang kau sebut biadab eh sat, Aku adalah orang paling baik hati di dunia ini. Berani sekali kau mengatakan seperti itu, sialan."
Aku tidak habis pikir dengan nya, siapa yang salah disini sebenarnya. Kenapa dia bertingkah seolah olah mengenalku seperti itu?
"Sebenarnya kau ini siapa? Bagaimana bisa kau mendapatkan nomer telpon milikku" Tanya ku padanya.
".. "
"Jangan diem eh sat, Astagfirullah.. Sabar" Aku sungguh ingin tau siapa dia.
"Rayan?" Tanya ku lagi.
"Anda betul, andalah pemenang yang kami cari. Selamat, besok aku akan memakamkan jasad mu. Jadi bersiaplah" Ucap nya.
"Sialan, kau ini terbuat dari apa sebenarnya. Apa kau tidak di ajarkan sabun santun sama keluarga mu hah?" Tanyaku yang aku sendiri tidak terima dia mengatakan hal itu dengan sesuka hatinya.
"Sopan satun Alina. Bukan sabun, tolong belajar lah mengeja atau setidaknya menghapal dialog mu" jelasnya lagi padaku.
"Aku bertanya padamu Rayan, kenapa kau malah menceramahi ku seperti ini."
Bukan nya menjawab pertanyaan ku, dia hanya membaca pesan dari ku begitu saja. Satu jam, berlalu dan dengan bodoh nya aku masih berharap dia akan membalas pesan ku.
Tapi sayang nya itu cuman angan angan ku belaka, Kenyataan nya setelah sepuluh jam berlalu Rayan belum juga membalas pesan dari ku.
"Hey. Apa kau baik baik saja di sana?" Satu pesan.
"Aku akan bekerja besok" Dua pesan.
"Bisakah kau datang dan menjadi pelanggan pertamaku?" Tiga pesan.
"Aku akan sangat berterima kasih jika kau datang ke sana. Dan aku akan mengirim kan mu lokasinya." empat pesan.
"Rayan..?" Empat belas pesan sudah ku kirim padanya. Namun..
...
"Rayan.. Bajingan, jika kau memang aktif setidaknya balas pesan dariku, bukan hanya membacanya saja. Apa kau buta? Apa kau perlu kaca spion untuk membacanya atau apa?"
Aku sangat kesal dengan nya, sungguh. Baru kali ini aku menemukan seorang pria yang sangat menjengkelkan sepertinya, setelah kakak ku.
Jika dia memang sedang sibuk harus nya dia membalas satu pesan dariku, setidaknya. Agar aku tidak berharap seperti orang bodo yang menunggu balasan darinya.
'Lihat saja Rayan. Jika aku melihat atau tak sengaja bertemu dengan mu lagi, aku pastikan kejantanan mu akan hilang dari muka bumi. Lihat saja pembalasan ku.' Gumam ku menatap marah pada awan yang sudah membentuk gumpalan hujan.
Peletak..
"Anjir.. Setan mana yang melempar sandal selop ini padaku HAH?!" teriak ku seraya melihat ke sekeliling.
"Kak, kalo kakak mau ribut sama aku. Lebih baik kita join MMA dan ribut di sana secepatnya" Ucap ku seraya menatap kesal ke arah nya.
"Boleh aja, tapi sebelum itu. KAKAK DARI TADI BERTERIAK MEMINTA MU UNTUK MENGAMBIL JEMURAN, kenapa kamu malah rusuh kayak orang gila nggak punya tujuan" Teriak nya sangat keras.
"Hey.. Man sejak kapan kakak berteriak padaku?! Kau bahkan tidak memanggil ku sama sekali. Bagaimana kau bisa mendengarnya, aku tidak tuli kak."
Udah mah kesel sama sikap nya si Rayan. Ini malah di ajak duel sama kakak sendiri, dimana sih letak kesalahan nya Alina sampai nih dua Kadal memperlakukan dia kek gini.
"Belut sawah, jika memang kau tidak tuli angkatlah jemuran itu sekarang sebelum kakak mencincang mu hidup hidup." Ucapnya lagi.
"Siapa yang kakak panggil belut sawah? Aku bahkan tidak selicin itu kak. Bagaimana bisa kau menyebutku belut sawah? Apa aku terlihat seperti itu?!"
"Alina.. Sebelum hujan turun semakin deras lebih baik kau pergi sekarang, kakak akan masak makan malam. Jika ada satu tetes air hujan di pakaian yang kakak jemur, kakak akan membakar mu hidup hidup." Ucap nya lagi seraya berjalan menjauh yang kemudian berjalan menuju ke arah dapur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments