Yara Evalia adalah salah satu sahabat yang ia punya saat ini. Sebenarnya masih banyak, hanya saja mereka semua sedang bekerja di luar kota. jadi Alina sulit untuk menemui mereka semua lebih tepatnya satu persatu.
" kira-kira Yara ada di rumah nggak ya?" tanyanya sambil menelusuri jalan yang panjang.
"Kalau sampai nggak ada, kebangetan sih Itu mah. udah mah jauh, nggak punya Ongkos, jalan kaki pula untung nggak serangan otot. Terus Kakak ke mana Dah Tadi katanya ke warung pas dia lihat ke warung nggak ada datang hidungnya sama sekali dia ke mana sih. udah mau punya adik belum makan lapar pula." omelnya di sepanjang jalan yang tak kunjung Berujung itu.
" Kenapa rumah dia jauh banget sih, Kenapa juga aku harus punya temen kayak dia? kita tuh deket sedekat Lem. tapi kenapa, rumah kita itu jauh banget kayak Afrika sama Amerika gini sih" keluhnya lagi.
yang kita dengarkan di sini hanyalah keluh kesah yang Alina buat sepanjang jalan, Dan jika saja ia tidak marah-marah pada Kakaknya tadi, dan menuruti apa yang dikatakan kakaknya mungkin sekarang ya sudah diantarkan oleh kakaknya ke rumah Yara.
' gini nih manusia kalau banyak ngeluh nya. nggak bakalan pernah sampai di Jamin'
setengah dari perjalanan pun telah dia lalui, hanya tinggal berbelok sedikit lagi dan ia akan sampai di rumahnya Yara. akan tetapi...
" sepertinya orang itu membutuhkan bantuan, Kenapa juga jalannya seperti itu? apakah dia terluka? Apakah dia sedang mabuk? aku akan menolongnya terlebih dahulu." ucap alina Seraya mendekatkan dirinya pada pria tersebut.
" Maaf om.. Apa kamu tidak apa-apa? Sepertinya kamu sedang terluka, Bolehkah aku membantumu?" tanya Alina sesopan mungkin padanya.
" Siapa yang kau panggil om hah? Apakah aku terlihat seperti itu Di Matamu, Apakah kau buta?" tanyanya dengan Ketus.
" Maaf om.. Eh maksud saya Pak.. eh gimana sih? harus manggil apa coba" tanya Alina yang bingung harus memanggil pria itu dengan sebutan seperti apa.
"Panggil saya Rayan, lagi pula sepertinya aku dua tahun lebih tua jadi mu. Dan berhentilah memanggilku seperti tadi" Ucap nya seraya
"Baiklah.. jangan bersikeras seperti itu. Aku bahkan tidak menggigit mu, aku kan Bukan anjing liar yang akan menggigit mu tolong diam dan duduk lah di situ Sebentar. aku akan melihatmu Kamu dulu." ucap Alina Seraya menuntun pria itu ke sebuah bangku yang ada di sana.
ketika ia hendak menyentuh luka nya, tiba-tiba saja pria itu mencengkram tangannya dengan sangat kuat.
"Adu-Duh, Sakit tau. Astagfirullah... tenang gan lagian ngga bakalan aku gigit juga. Udah di bilangin juga" Ucap Alina lagi yang mencoba melepaskan tangannya.
" Rayan lepasin dong, sakit nih mau aku gebuk apa gimana?" tanya Alina padanya.
" jika kau sampai macam-macam kepadaku, Aku pastikan kau akan menyesalinya." Ancam nya. namun Alina bukanlah cewek-cewek yang takut akan sebuah ancaman.
"Terserah.. tapi yang terpenting duduklah di sini dulu, aku akan membeli beberapa obat. Tolong jangan bergerak dan tetap diam" ucapnya Seraya berlari Pergi Meninggalkan Rayan sendiri di sana.
' itu cewek Kenapa dah, Luka kecil doang kok heboh banget sih, Lagian ini bukan pertama kalinya aku terluka, ada banyak begitu sayatan di punggungku tapi kenapa dia bisa spanik itu melihatku? lucu' pikirnya yang tanpa ia sadari ia tersenyum melihat tingkah yang Alina berikan padanya.
Ini baru pertama kalinya Rayan mendengarkan seseorang seperti ini. dalam hidupnya ia tidak pernah mendengarkan siapapun bahkan kedua orang tuanya, Ia hanya menjalankan bisnis seperti orang gila yang sedang mencari harta.
"Ma-Maaf.. Lam-Lama.. ya?" tanya Alina yang masih mengatur nafas nya.
" tentu saja bodoh, Kenapa kau lama sekali? aku sudah sangat kesal menunggu di sini." ucap rayan yang kembali menunjukkan sikap ketusnya kepada Alina.
"Bukannya Terima kasih, udah mah aku teh jauh-jauh lari ke Apotek buat beliin salep sama perban. eh ni orang malah kayak gini ke akunya." ucap Alina yang tidak suka dengan apa yang kalian katakan padanya.
Rayan bak singa yang meraung-raung kesakitan, ia sangat sulit untuk dikendalikan. bukan karena luka nya, tapi karena ia tidak mau disentuh oleh Alina. itu yang buat Alina sangat tidak tahan untuk menahan tawa nya.
"Hahaha.. Kamu ini kenapa sih? Aku kan nggak bakalan ngelecehin kamu, Kenapa kamu kayak gitu" tawa Alina pecah di sepinya jalan dia tidak sanggup lagi menahan tawanya itu.
"Diem" Ucap Rayan kesal.
"oke oke..aku bakalan diam. Ini obatnya, biar luka kamu cepat kering. sama ini salep kalau kamu mau ganti perban, Tolong obatnya diminum ya biar lukanya juga cepat kering." ucap Alina lagi Seraya memberikan sekantong obat kepada Rayan.
" Oh ya kenalin, aku Alina Bagaskara ngomong-ngomong salam kenal. dan maaf karena aku sudah lancang menyentuh luka mu tadi" ucap alinea yang mencoba berkenalan dengan Rayan.
"Rayan Wiratama itu adalah namaku, dan juga Berhentilah sok akrab denganku. Aku bahkan tidak mengenal mu dan pergilah dari hadapanku sekarang." kenal nya.
Alina sangat heran dengan cowok yang ia temui kali ini, bisa-bisanya dia ngusir dirinya seperti itu. di mana harga dirinya Alina.
"udah di tolongin bukannya berterima kasih ini malah ngusir" kesal Alina padanya ia tidak terima diusir olehnya begitu saja
...Rahang yang tegas, dengan proporsi tubuh yang sangat tinggi dengan jas kebesaran yang ia pakai di tubuh nya. ...
Ilustrasi yang Alina lihat
...Rayan Wiratama...
...Pria paling aneh dengan ribuan misteri yang tersembunyi di dalam nya....
" Ya udah sih Ya, kalau emang nggak mau berterima kasih nggak papa. orang kaya kamu emang nggak cocok buat bilang terima kasih sama orang lain" ucap Alina dengan sangat kesal.
"Halo?"
bukannya menggubris pertanyaan dari Alina, Rayan malah mengangkat teleponnya dan mengabaikan Alina begitu saja. itu yang membuatnya Alina semakin jengkel terhadapnya.
"Ampun dah" ucapnya lagi
"Tunggu, Berikan aku nomer line milik mu. Aku akan berterima kasih nanti." baru aja Alina hendak pergi dari sana, tiba-tiba saja Rayan berkata seperti itu terhadapnya. sontak saja itu membuatnya terdiam beberapa saat.
" Ih kamu ini budek apa bagaimana, aku tanya nomor line kamu mana? Punya kan?" Rayan padanya lagi.
" Iya aku emang budek, kenapa? nga suka Ya? udah sih Ya, hidup-hidup aku juga yang budek aku bukan kamu, kenapa kamu yang ribet. kamu tuh sama kayak Kakak aku tahu nga kamu tuh suka ngata-ngatain gak jelas padahal mah kamu nggak tahu aku tuh kayak gimana orangnya" si Alina bukannya ngasih line malah nyerocos nggak jelas.
"Dih, Lagian aku kan nanya nih ya. bukannya dijawab malah bengang-bengong gak jelas." Ucap Rayan lagi.
" siniin hp-nya, tadi kamu nanya? kamu bertanya-tanya kan? Nih aku kasih tahu ya" ucap alinea Seraya mengambil handphone yang ada di tangannya Rayan.
" kamu mau maling ya?! nggak punya HP apa gimana?" Tanya Rayan dengan datar.
" Sialan nih orang, kamu pikir aku serendah itu sampai mau maling harta orang lain? enggak kali, Lagian aku punya Hp. walaupun hp-nya itu ya nggak gede-gede amat sih, tapi itu bisa buat Naro Line doang mah" Rayan tidak habis pikir dengan wanita yang ia temui hari ini. kenapa hari ini wanita sangat aneh?
termasuk dia.
" nih udah ya, kalau mau ngasih pesan tolong sertain nama alamat sama kronologinya ya. soalnya aku suka lupa sama orang." Jelas Alina.
" kamu ini tukang paket atau apa? Kenapa juga harus Nyertain alamat sama semuanya?" tanya Rayan yang sebisa mungkin mencoba untuk menahan tawanya agar tidak pecah.
Alina sangat terkejut karena Rayan tersenyum begitu lembut padanya, itu adalah fenomena yang sangat langka baginya. Alina kira Rayan adalah orang yang dingin juga kasar, tapi siapa sangka ternyata dia bisa tersenyum semanis itu terhadap nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments