Alina memang suka seperti ini dia sering sekali mengajak kakak kandungnya itu untuk bertengkar dengan nya, tapi dia sekalipun tidak pernah merengek tentang orang tua.
Adapun ketika ia sedang terpuruk, mungkin itu karena ia sangat rindu terhadap orang tuanya.
"Kak aku harap, kakak tidak merubah keputusan kakak padaku." Ucap nya.
"Tidak Alina, lagian kakak juga yakin kalo kamu bisa menangani bisnis kecil seperti itu." Jelasnya.
"Bukan itu maksud ku kak, apa kakak sudah percaya sepenuhnya kepadaku?" Tanya Alina lagi.
Ferdi mengerutkan dahi nya tidak mengerti dengan apa yang Alina katakan kepada nya.
"Pertanyaan bodoh macam apa itu Alina? Jelas kakak sangat mempercayai mu karena kamu adalah adik ku" Ucap nya.
"siapa tahu kakak malah berubah pikiran dan mengambil nya kembali, itu bisa saja terjadi bukan?" Alina memang menekan kan hal itu, itu sudah menjadi pemikiran buruk nya sejak dari awal.
"tidak Alina, Kakak tidak mungkin melakukan hal itu terhadapmu. Tenang saja kakak juga sudah memikirkan nya jauh jauh hari sebelum kakak memberikan keputusan kakak padamu." Jelas nya seraya mencoba terus meyakinkan adiknya itu.
"tapi kak, Alina takut jika suatu saat kakak akan merubah pemikiran padaku."
Ferdi sangat gemas dengan apa yang Alina katakan, sampai-sampai ia mencubit pipi adik nya dengan sangat keras.
"Aduh.. Kak sakit tau!" Ucap Alina karena mendapatkan cubitan yang cukup keras dari kakak nya itu.
"Kamu sih kok gemesin banget coba." Ucap Ferdi sambil tertawa.
"Kakak harusnya bersyukur, Karena aku tidak mencubit ginjal kakak untuk saat ini." Ucap Alina padanya.
Ferdi malah mengubah kekeh nya menjadi tawa yang sangat menggelegar, Memenuhi seisi rumah.
"Ih.. Kakak ini udah gila atau bagaimana? Kak tetangga sebelah bisa denger ketawa kakak entar, Kek nya satpam kompleks pun bakalan denger." Ucap Alina yang berusaha membungkam mulut kakaknya itu.
"Astagfirullah Alina.. Kok tangan kamu bau tai gini sih, Kamu cuci tangan nggak sebenernya tadi pagi?" Tanyanya yang berusaha keras mencoba melepaskan tangan Alina dari depan mulutnya.
"Loh, Ya belum kak. Kayak nya masih ada sisa-sisa dari bongkahan tai yang nempel sama tangan aku deh. Kan aku udah bilang sebelumnya, Kalau keran pemadam air kita mati."
Ferdi tidak habis pikir dengan adiknya itu, Apa dia yang telah mengajarinya hal-hal seperti itu selama ini? Atau dia sendiri yang belajar dengan meniru induk burung yang mengasuhnya?. Well, Ferdi juga tidak tahu.
"Kamu ini manusia tipe apa sih, Kok ke goblokan digondol sama kamu semua kek gini? Kamu belajar semua itu dari siapa Alina?" Tanya Ferdi lagi.
"Coba kakak pikir, Aku tiap hari ketemu siapa? Tiap makan sama siapa? Hidup sama siapa? Yang ku lihat setiap hari itu siapa?" Tanya Alina balik.
"Kakak?" Jawab Ferdi yang tengah berpikir secara logis dengan otak nya.
"Nah itu kakak tau. Kalo bukan sama kakak, ya sama siapa lagi. Kan ngga ada orang lain selain kakak di rumah ini. Juga, Aku jarang bertamu ke rumah tetangga." Ucap Alina yang langsung mendapat pukulan keras di kepalanya.
Peletak..!
"Goblok.. Kakak nggak goblok kayak kamu ya Alina.Lagian Kenapa kamu abis berak nggak cuci tangan, Kakak kan selalu menekan kan sama kamu buat jaga kebersihan diri sendiri dan lainnya. Apa kamu lupa akan hal itu hah?"
Alina memegangi belakang kepala nya yang mendapatkan pukulan dari sebuah majalah di depan nya.
"Ya Allah kak, Aku goblok gini juga kakak tetep sayang sama aku. Ya kan?" Tanya Alina sambil memberikan senyuman maut nya.
"Kamu senyum kek gitu lagi kakak gebuk ya!" Ucap Kakak nya yang mendapatkan senyuman aneh dari sang adik.
"Gebuk aja kak, Aku ikhlas kok. Asal aku di bayar atas rasa sakitnya."
"Di bayar? Apa yang kamu harapkan sebenarnya." Tanya kakak nya heran.
"Blackbird dari sungai amazon, bisa?" Tanya Alina dengan serius.
Bukan nya mendapat jawaban, Ia malah kembali mendapat kan pukulan yang cukup keras dari kakak nya lagi.
Ting...
Suara dari pesan yang masuk ke dalam notifikasi hp milik Alina. Itu bahkan berhasil mengejutkan mereka berdua.
"Siapa?" Tanya Ferdi padanya Alina hanya menggelengkan kepalanya.
"Tuh kan, Kakak emang goblok gitu malah coba-coba menghindari kenyataan."
"Kan aku belum ngecek hp nya kak, mana aku tau itu dari siapa. Sabar napa." Sambung nya lagi, seraya mengambil hp milk nya yang tak jauh dari tempat ia duduk saat itu.
"Iya iya, Makan nya cepetan liat itu dari siapa" Pinta Ferdi lagi.
'Rayan? Apa dia membalas pesan ku?' Gumam Alina, setelah melihat nama yang tertera dari siapa pesan itu di kirim.
"Sepertinya ini dari Rayan kak, Orang yang kakak lihat waktu itu. Apa kakak mengingatnya?" Tanya Alina sambil memandang ke arah kakaknya.
"Apa kamu bertukar nomor dengan nya?" Tanya kakaknya.
"Iya, Dia baik kok kak. Aku sangat suka berbicara dengan nya, Walaupun dia sedikit angkuh, tapi aku sangat suka melihat nya tersipu malu oleh dirinya sendiri." Jelas Alina sambil tersenyum.
'Apa yang di ucapkan Alina benar? Yah aku akan mempercayai nya, Dia bahkan tidak pernah sekalipun berbohong padaku. jadi apa salah nya jika aku mempercayainya?' Pikir Ferdi yang melihat tingkah adik nya berubah 360°.
"Begitu kah? Bagaimana dengan Yara? Apa dia terlihat sama seperti Rayan?" Tanya nya lagi.
"Apa yang kakak katakan, Yara itu cewek, Dia punya dua *****. Dan Rayan itu cowok, Yang kalo main minta di tusuk dengan kasar. Ya ga ya."
Peletak Again...
"Insyaf lah wahai manusia.. Kamu goblok nya udah kelewat dimensi Alina."
Ferdi sudah sangat pusing dengan setiap perkataan yang Alina coba sampaikan padanya. Bukan nya apa-apa, hanya saja tutur kata yang Alina coba katakan terkadang suka membingungkan orang lain.
"Kan kakak sudah bilang berkali kali sama kamu, Kalo ngomong itu atur dulu jeda sama penempatan juga keaslian nya." Jelasnya. Ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.
"Iya kak iya. Kakak mau sampai kapan mukul aku kek gitu? Gimana kalo otak aku nambah geser nanti? Siapa yang bakalan tanggung jawab?" Tanya Alina padanya.
"Memang nya sejak kapan kamu menaruh otak mu di kepala? Bukan kah ia sudah pindah tempat akhir-akhir ini?"
Well, Manusia kalo di kasih pertanyaan malah nanya balik. Mau Herman tapi itu bapak gue masalahnya cok.
"Daripada kakak mati gila karena penasaran, lebih baik kakak robek kepala aku sekarang. Biar kakak bisa lihat dimana aku menaruh otak ku selama ini." Jelas Alina padanya.
"Tuh kan, Kumat lagi" Ucap nya.
"Siapa juga yang nggak bakalan kumat, Kalo tiap detik kakak mukul aku pakai majalah kek gitu." Jelas Alina yang mulai merasa kesal dengan kakak nya itu. Pasal nya dia sudah mendapatkan banyak pukulan ke kepalanya hari ini.
"Yasudah, Kakak minta maaf sama kamu. Gimana?" Tanya nya seraya mengulurkan tangan nya untuk meminta maaf pada sang adik.
Walaupun Alina kesal dengan kakaknya saat ini, Tapi ia tetap memaafkan kakaknya itu. Mau bagaimana pun Ferdi adalah salah satu permata yang tuhan kasih atas kehidupan nya yang cukup suram.
"Iya deh, Lagian aku nggak bisa marah sama orang terlalu lama. Dan kenapa kakak ngajarin aku buat nggak marah sama orang?" Tanya Alina.
"Loh itu bagus dong Alina, Itu berarti hati kita murni dari amarah juga kebencian." Ucap nya sambil mengelus kepala Alina perlahan.
"Lebih baik kamu temui Yara besok. Biar dia bisa temenin kamu buat jaga kedai."
"Nggak papa kak, Aku bisa sendiri kok. Tapi aku bakal ngabarin Yara kalau aku udah dapet job baru." Ucap Alina pada.
Setelah itu mereka berdua menghabiskan hari dengan obrolan-obrolan ringan, tentang keberlangsungan hidup mereka berdua kedepannya mau bagaimana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments