Alina masih tertegun menatap pria yang ada di hadapan nya. Ia tidak menyangka, pria sepertinya bisa tersenyum yang membuat candu pada ingatan nya.
"Apa kamu baru saja tersenyum Rayan? Kamu terlihat sangat tampan ketika tersenyum" Goda Alina padanya.
"Apa yang kau maksud hah? Aku tidak tersenyum sama sekali. Apa kau sudah buta?"
Bukan nya mengaku, Rayan malah menyangkal perkataan dari Alina. Bagaimana bisa seorang Rayan tersenyum.
"Dengar, Aku tidak tersenyum kepadamu. itu hanya halusinasi mu saja" Tegas Rayan padanya.
'Apa dia merasa malu dengan apa yang aku katakan padanya? Tapi jelas jelas dia tersenyum tadi.' Gumam Alina yang perlahan membuat senyuman kecil di sela pemikiran nya.
"Baiklah, Mungkin itu hanya halusinasi ku saja. Tidak apa, Aku akan melihat senyuman itu lagi nanti." Ucap Alina.
"Nanti? Apa kau pikir kita berdua akan bertemu lagi lain waktu?" Tanya Rayan yang heran dengan apa yang Alina pikirkan.
"Tentu saja, Apa kamu tidak ingin bertemu dengan ku lagi?" Tanya nya balik.
"Berhentilah bermimpi Alina, Kau bahkan tidak mengenal siapa aku. Aku tidak pantas untuk kau kenali dan jika kau mengenalku lebih jauh lagi, Aku takut kau akan terjebak du dalam nya." Jelas Rayan yang tak menghiraukan notifikasi yang terus berbunyi memenuhi ponselnya.
"Tapi kenapa? Aku senang bisa mengenalmu padahal. Kalau begitu, bagaimana jika kita berteman saja untuk pertemuan selanjutnya?" Tanya Alina lagi padanya.
Rayan mengernyitkan dahi nya, Ini hal baru dalam hidup nya. Dimana ada orang yang menyatakan pertemanan padanya seperti ini. Selama ini hanya orang orang yang ia percayai yang bisa dekat dengan nya.
Tapi, sihir apa yang Alina pakai padanya? Ramuan apa yang ia lontarkan pada Rayan? Bahkan Rayan tidak mempermasalahkan Alina sekalipun, Walau pun ia menyentuh nya tadi.
"Terserah kau saja. Jika itu mau mu, maka lakukan lah dan tolong jangan terlalu berharap padaku Alina" Ucap nya.
"Baiklah, Aku akan melakukan semua yang ku bisa agar aku bisa berteman dengan mu Rayan. Dan aku harap kamu tidak mendapat luka lagi nantinya." Ucap Alina seraya memberikan senyuman andalan nya.
"Berhentilah membuat senyuman seperti itu, Apa kau semurah itu ketika tersenyum?" Pertanyaan dari Rayan benar-benar membuat Alina sakit perut.
"Rayan dengar, Aku bukan lah barang maupun makanan atau pun aksesoris murahan. Aku ini manusia. Lihatlah, Aku bahkan bisa menari jadi tolong jangan berbicara seperti itu padaku." Jelas Alina, sambil sedikit menggoyangkan pinggul nya ke sana kemari.
'gila' Pikir Rayan sambil tersenyum melihat tingkah laku dari Alina padanya.
"Apa kau sedang menggodaku Atau semacam nya? Kenapa kau bertingkah seperti itu di hadapan ku? Apa otak mu baik baik saja?" Tanya Rayan padanya.
"Ini adalah salam pertemanan dariku, Biasanya kami akan melakukan ini dengan teman baru ataupun teman lama" Ucap Alina sambil terkekeh pelan.
"Kau sangat aneh Alina" Ucap Rayan padanya.
Alina tak henti hentinya membuat Rayan tertawa pada saat itu, sampai ia melupakan tujuan utama nya untuk pergi ke rumah Yara.
"Berhentilah, Aku akan pergi sekarang. Jaga dirimu baik-baik" Ucap Rayan seraya pergi dari hadapan Alina.
"Sampau jumpa Rayan, Tolong lebih ramah lagi ke depan nya ya. Aku menantikan pertemuan kita lagi." Ucap Alina sambil melambaikan tangan nya.
Alina bahkan tidak mendengar suara dari seseorang yang memanggil nya. Ia terlalu asik mengantar sahabat barunya itu pergi.
"Alina, Dasar payah. Kenapa kamu tidak mengatakan apapun padaku? Apa kamu ingin membuat kakak serangan jantung atau bagaimana?" Tanya nya. Yang tak lain dan tak bukan adalah Ferdi Kakaknya.
"Apaan sih kak, Ribut banget lagian. Aku kan cuman keluar sebentar, Gak sampai di culik sama alien juga. Kenapa kakak ribut sekali sih?" Tanya Alina yang terheran heran dengan perlakuan kakak nya itu.
Ferdi malah menarik Alina untuk pulang, bahkan dia tidak menjawab pertanyaan dari Alina.
"Kak Ih.. Astagfirullah, Aku kan bisa jalan sendiri. jangan main tarik tarik aja dong, kakak kira aku ini domba atau sejenis nya? Atau bagaimana?" Tanya Alina lagi.
"Siapa yang kamu temui tadi?" Tanya nya, dengan nada yang baru pertama kali ini Alina mendengar nya.
"Dia.. Rayan kak, Kenapa memang nya?" Tanya Alina lagi.
'Rayan? Terasa tidak asing di telinga ku' gumam Ferdi yang mendengar nama itu di telinga nya.
Ia tidak menyangka jika adik nya akan melakukan hal ceroboh seperti ini, Ferdi tau jika adiknya sudah dewasa. Tapi tetap saja ia takut jika adik nya mengambil langkah yang salah suatu hari nanti.
"Astagfirullah.. Alina dengarkan kakak, kamu tidak bisa seenak nya mengenal orang asing seperti itu. Jika mereka mempunyai niat tersembunyi terhadap mu bagaimana?" Ucap Ferdi padanya.
"Apaan sih kak.. Lagian dia tuh lagi terluka, masa ia aku biarin gitu aja. gimana kalau nyawanya tiba tiba saja melayang di hadapan ku? Bagaimana jika ada orang yang menuduhku sebagai pembunuh nya" Jelas Alina pada kakak nya itu.
Alina tidak mengerti sama sekali tetang apa yang kakak semata wayang nya pikirkan. Jika memang orang itu jahat, harus nya ia sudah di sandra oleh nya bukan? setidak nya untuk meminta tebusan.
Tapi kakak nya membuat tuduhan tak berdasar pada orang baru seperti ini, apa kah kakaknya tidak pernah berfikir dua kali dalam menilai.
"Tenang aja kak, Lagian aku aman disini. Kakak kan bakal melindungi aku dari semua bahaya, kakak kan yang paling hebat." Ucap Alina sambil tersenyum.
"Tetap saja dek, kakak tidak mau kamu bertindak gegabah seperti tadi. Kakak takut kamu kenapa kenapa. Itu saja. " Ucap Ferdi dengan wajah yang sangat sedih.
"Tutu.. Kak kok kakak kayak bayi panda aja sih?" Ucap Alina padanya.
"Jangan mulai dek, Kakak baru saja memaafkan mu kali ini." Kesal nya.
Alina hanya terkekeh pelan, Dia sangat beruntung karena tuhan tidak mengambil salah satu harta karun paling berharga di hidupnya.
'Kak aku sangat menyayangi mu, sungguh. aku berdoa agar kamu terus sehat seperti ini dan menghabiskan nafas terakhir mu bersama ku nanti' Ucap Alina seraya memandang bahu lebar milik Ferdi.
"Apa? Apa yang kamu lihat sekarang?" Tanya Ferdi yang terlihat masih kesal kepada nya.
"Tidak ada, Aku hanya sedang menghitung kadar oksigen di rumah ini. Itu saja" Ucap Alina sambil terkekeh.
"Jika kamu melakukan itu lagi, kakak tidak akan segan untuk menenggelamkan kan mu ke dasar sungai.
" Coba aja kalo berani.wewewe " Ledek Alina Seraya berlari menjauh dari kakaknya.
Alina maupun Ferdi tidak pernah sekalipun merasakan kesepian di dalam kehidupan yang mereka jalani saat ini. Mereka sempat akan di titipkan di panti asuhan namun kakek dan nenek nya nggak memperbolehkan hal itu. Jadi mereka lah yang merawat kedua nya sampai Nenek menghembuskan nafas terakhirnya dan meninggalkan kakek seorang diri.
"Alina jika kamu sudah selesai, tolong hantarkan makan ini pada kakek. Jangan lupa buat ngasih kakek obat setelah nya." Ucap nya.
"Baik kak" Patuh Alina terhadap nya.
Namun beda hal dengan tembok api di sebelah nya.
"Bagaimana Rayan? Apa kau menemukan siapa pelakunya?" Tanya Pria tua itu yang tengah membelakangi Rayan.
"Maafkan aku kek, dia berhasil melarikan diri. Tapi Kakek tidak perlu khawatir soal itu. Karena aku sudah memasang GPS pada tubuhnya." Jawab Rayan seraya menundukkan kepala nya hormat.
"Bagus, Tidak sia sia Kakek mencalonkan mu sebagai pewaris selanjutnya. Kamu memang sangat berbakat dalam hal ini, Kakek sangat bangga padamu Rayan." Ucap nya yang tak lupa memberikan senyuman penghargaan padanya.
"Itu tidak masalah bagiku, Selama kakek senang." Jawab nya.
'Aku harap kakek tidak melihat mu Alina. Karena jika sampai itu terjadi, itu bisa menjadi bumerang bagiku maupun untuk dirimu sendiri.' Pikir Rayan menatap ke arah kakek nya yang sedang terduduk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments