Kekuatan Aneh

Aku terdiam, ada seseorang kah yang mengikutiku? Tapi siapa?? Aku mungkin mengenalnya?? Apa maksudnya adalah...

"Bibi??" terka ku, membuat Dita mengernyitkan dahi.

"Bibi?" ia mengulangi pernyataan ku. "Maksudnya??"

"Orang yang kamu maksud itu adalah bibi, kan?" tanya ku memperjelas.

"Oi!! Mak gue udah wafat, masa' iya dia yang ngasih tau jalannya ke gue. Lagian mana mungkin gue gak kenal ibu gue sendiri!!" protesnya.

"Ya siapa tau dari mimpi, kan?"

Dita mengernyit lagi sambil melirik kan matanya ke atas. "Oh iya!!" ia menyergah sambil memukul kepalan tangannya sendiri. "Waktu itu gue emang mimpi ketemu ibu!! Ya, samar-samar gitu, tapi jelas. Semua kata-katanya juga terngiang-ngiang."

"Kamu mimpiin bibi?? Berarti itu mimpi indah dong?? Bibi ada bilang sesuatu tentang aku?" tanyaku bersemangat, bahkan tubuhku sampai condong ke depan dengan kedua tangan terkepal di wajah.

"Sok imut banget sih!!" gerutu Dita, mencibirku sambil menirukan gaya yang ku lakukan barusan. Aku langsung berubah datar dan menurunkan tanganku. "Gak, ibu gak ngomong apa pun tentang lu!"

Aku menyungging senyum menatapnya. "Gak mungkin, itu mustahil. Pasti kamu cemburu, kan? Makanya tak kamu kasih tau." ucapku sambil menggoyangkan kepala.

Ia terlihat semakin kesal melihatku. "Hei!! Kok lu ngatur sih?! Itu kan mimpi gue, jadi ya lu pasti gak ada di dalam mimpi itu."

"Itu mustahil, pasti kamu cemburu, kan?" aku kembali mengulang hanya untuk meledeknya. Raut wajahnya semakin kesal, terlihat dari kerutan yang sengaja ia buat-buat.

Ia terdiam sesaat, menghela napas lalu menatap ku. "Iya, ada deh ngomongin lu, tapi dikit!" ucapnya, pada akhirnya ia berkata jujur, kan? Ia menyelis, melirik ku dengan sinis. "Ngomong-ngomong tentang Viktor, gue masih penasaran deh dengan apa yang terjadi. Kok, lu bisa bunuh dia?"

Aku meringis. "Kenapa? Tak percaya karena aku masih kecil?"

Ia menggeleng cepat. "Bukan karena itu tolol! Yang gue tanyain, kok lu bisa bunuh dia, lu kan di rantai waktu itu, dan lu juga belum bisa ngendaliin Kundalini dan unconsius, kan?"

Aku mendecakkan lidah, menggeleng sambil menengadah ke atas. "Itu lah kehebatan ras Dicth'anhm, walau di rantai pun masih bisa menang dan menjadi hebat."

"Oi, lama-lama elu gue tempeleng ya!! Gue tau kondisi saat itu, lu gak akan bisa bergerak kalau rantai itu masih membelenggu, kecuali kalau orang yang membelenggunya sengaja melepaskan, atau mati. Pasti ada sesuatu yang buat dia mati. Dan kondisinya waktu mati juga sedikit.... Mengerikan." ujarnya panjang lebar, sambil tersenyum kecut, membuat giginya terlihat.

Aku mengernyit, memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. "Sebenarnya aku juga kurang mengerti mengenai situasinya. Apakah dia meninggal karena itu atau bukan. Atau dia punya penyakit yang aneh dalam tubuhnya."

Dita melirik ke atas sesaat. "Penyakit yang aneh? Kudis kah?" terkanya asal.

"Kalau itu tidak aneh, karena sepertinya itu penyakit langganan mu."

Ia tersenyum, seolah menahan kekesalannya. Ia mengepalkan tangan di depan wajah dengan kuat kala mendengarnya, sampai aku bisa melihat urat yang keluar di punggung tangannya. "Kalau bukan ras Dicth'anhm udah gue tempeleng, beneran deh!!" keluhnya.

"Lagian yang kita bahas kan masalah pendarahan yang ia keluarkan dari tubuhnya, bukan jamur di tubuhnya. Kamu ngerti konteks tidak sih? Pantas saja kata bibi anaknya bodoh, ternyata betulan bodoh."

Dita menyentuh dagunya, seolah berpikir keras. "Karena menurut gue, kudis itu penyakit aneh. Ya mana gue tahu kalau dia pakai kuteks."

Aku terdiam mendengarnya, menatapnya tanpa berkedip, sampai ia kembali menoleh ke arahku. "Lama-lama kamu ya yang ku tempeleng!!" ancamku sambil tersenyum penuh kekesalan padanya. "Waktu itu, aku marah dan mengatakan sesuatu hal yang buruk, apakah itu mempengaruhi atau tidak?"

Dita terdiam, lalu menaikkan satu alisnya. "Hal apa? Kudis kah?"

"Kudis terus deh dari tadi!! Mau ku sumpahi biar kudis betulan?!" ancamku, kali ini sudah habis kesabaran. Dan Dita hanya tertawa melihat reaksi ku, seolah sengaja membuatku marah begitu.

"Terus kamu bilang hal buruk apa?" tanyanya, kini lebih serius daripada sebelumnya.

"Waktu itu, aku bilang supaya dia mati. Dan dia mati betulan." ujarku, membuat Dita terkesiap kala mendengarnya. Wajahnya mulai memucat, dan tubuhnya gelagapan. Aku bisa melihat telapak tangan dan jarinya yang mulai bergetar hebat.

Aku menilik, merasa heran kala melihat reaksinya. Kenapa ia berlebihan begitu? Seperti ada hal yang ia sembunyikan, dan terkejut kala aku mengucapkannya, seolah ia takut aku mengetahui sesuatu.

Apakah jangan-jangan, ia memang mengetahui sesuatu? Apakah ini berhubungan dengan isolasi ku dari keluarga sendiri?? Apakah ada hal rahasia dan berhubungan dengan ini??

Ku tatap lagi wajahnya, kini bibirnya membiru seolah tidak di aliri darah. Melihat respon dan gelagatnya, sepertinya memang begitu..

Dita mulai membuka mulutnya yang gemetaran, bersiap untuk mengatakan kalimat penting dari sana. "Gawat!! Tadi elu nyumpahin gue, anak anj*ng!! Kalau Viktor betulan mati karena omongan lu, berarti bentar lagi gue bakalan???" Ia panik dan memeriksa sekujur tubuhnya. Sampai mengintip ke dalam kerah bajunya.

Setelah melakukan, ia langsung menatapku kembali dengan wajah sinis. "Lu bohong ya?! Bisa-bisanya gue percaya!! Buktinya gue gak kudisan tuh!!" lanjutnya.

"Ku pikir kamu mau bilang hal penting yang berbahaya, ternyata cuma bilang hal bodoh tak berguna!! Memang ekspektasi ku terlalu tinggi padamu!! Mengecewakan!! Sebaaaal!!" pekikku seperti orang kesurupan.

Dita terdiam dan menatapku dengan heran. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kenapa lu teriak-teriak sih? Orang gak ngapa-ngapain juga." balasnya dengan wajah tanpa dosa.

Aku terdiam. Kalau di pikir-pikir, waktu itu, setelah sumpah ku, Viktor langsung mati beberapa detik setelahnya. Seolah terjadi begitu cepat selepas perkataanku keluar. Kalau memang itu benar, harusnya berlaku juga pada Dita, kan? Tapi nyatanya, tidak berlaku. Berarti, Viktor mati bukan karena aku, atau malah Dita yang sekarang sedang membohongi ku??

"Betulan gak tumbuh kudis? Boleh ku periksa??" tanyaku sambil beranjak.

"Oh? Mau periksa? Silakan.." Dita hendak membuka bajunya, dan aku langsung berteriak seketika.

"Bibi!! Lihat anakmu!! Jangan menangis di kuburan sana, ya!!" tukasku, membuat Dita menertawakannya.

Hah, ternyata tak ada omongan yang bisa menjadi kenyataan. Itu hanya khayalan ku saja. Merepotkan memang. "Oh ya, ngomong-ngomong tentang pertarungan tadi.. Aku punya beberapa pertanyaan penting untukmu?"

Dita langsung melihat kukunya sendiri. "Menguntungkan gak? Kalau penting berarti ada uangnya kan?"

Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya. Ingin rasanya ku tiup nyawa orang ini biar terbang meninggalkan tubuhnya. "Nanti ku kasih uang deh bajing*n. Aku mau menanyakan tentang sesuatu yang kalian lakukan kala bertarung? Melempar cahaya yang berubah menjadi batu peluru dan juga cairan padat, itu benda-benda macam apa sebenarnya? Kenapa ada orang yang bisa mengeluarkan jurus begitu? Seperti di anime-anime." tukasku semangat.

Dita terdiam sesaat dan berpikir. "Elu masih melihatnya berupa cahaya?" tanyanya, dan aku menganggukkan kepala. "Kalau orang awam, harusnya bisa lihat berupa kekuatan yang nyata. Kalau masih terlihat seperti cahaya, artinya tingkat lu masih jauh lebih rendah lagi dari orang awam."

Perkataannya membuatku mengernyit. "Serius, aku tak pernah di ajarkan atau melihat hal yang seperti itu. Kamu tau kan, aku banyak belajar beladiri dari beberapa keluarga ras Gasth'anhm, mereka mengajariku sesuatu yang kamu bilang basic, padahal aku sudah sangat memperdalamnya. Ternyata yang kamu maksud basic itu, karena aku tak menguasai kekuatan seperti yang kalian lakukan?" terka ku.

Dita hanya mengangguk-anggukan kepalanya. "Kalau untuk ras manusia biasa, kekuatan dan teknik bertarung elu udah luar biasa, di tambah lagi umur lu terbilang muda. Tapi, kalau untuk ras kita yang termasuk kategori dewi yang berevolusi menjadi manusia, elu.. Masih di bawah rata-rata. Apalagi elu termasuk ras Dicth'anhm, elu masih di bawah kakinya si rata-rata."

"Anak monyet!" gerutuku, tersinggung dengan ucapannya. "Gak usah basa-basi deh, coba katakan apa yang kalian lakukan waktu itu!! Dan kenapa aku tak tahu mengenai hal itu?" tanyaku ketus.

Dita menarik napas dan berpura-pura mengunyah permen karet gaib, penyakit aneh yang ku lihat kala kami pertama kali bertemu kambuh lagi. "Itu yang di sebut dengan..."

"Kundalini." tukasnya, dan aku sudah pernah mendengar ocehan mereka tentang hal itu.

"Aku sudah pernah dengar, maksudku, apa itu Kundalini yang kamu maksud?"

Bersambung....

Terpopuler

Comments

unknown

unknown

ributt muluu keknyaa🤣🤣🥰

2023-09-22

0

Sorayya Ohsehun

Sorayya Ohsehun

masih penasaran ma alur selanjutnya

2023-09-09

1

ghina🌺🌺

ghina🌺🌺

definisi tom and Jerry,, 🤣🤣🤣🤣
ada aja yg di ributin😁

2023-09-09

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!