Perasaan yang Sama

Aku menatapnya dengan seksama, menantikan reaksi apa yang akan ia beri selanjutnya. Ia kembali menatap buku yang ku tutup paksa, lalu kembali menatapku lagi.

Angin dari jendela kamar menembus ke dalam, membuat rambut panjangnya yang lembut berterbangan. Ia menyelipkan rambutnya ke telinga sebelum menjawab ku. "Emang itu buku apaan? Kok tulisannya kayak bulu hidung?" ucapnya, membuatku mengernyit dalam dan langsung membuka kembali buku tersebut.

Ku perhatikan dengan seksama tiap tulisan yang terukir. "Mm, memang mirip bulu hidung sih. Tapi, memangnya bulu hidungmu sekeriting ini?"

Ia langsung menepuk dahiku. "Bukan masalah keritingnya, tapi tulisan ini kayak bukan pake tinta pena, tapi kayak bulu gitu deh. Rambut atau bulu apa."

Aku meringis dan melotot ke arahnya, ketika ia berani sekali menepuk jidat tuannya. "Kamu!! Kamu pikir aku ini siapa?!" balasku kesal.

Ia hanya mengabaikan sambil meraba setiap guratan tulisan yang ada di buku aneh ini. "Beneran deh, ini bulu. Coba deh pegang." ujarnya, membuatku yang awalnya acuh menjadi tertarik.

"Mana sih?" gumamku sambil mengusap guratan yang ada di buku. Aku terkejut dan langsung menarik jariku dari buku. Ini sedikit menggelikan, tapi memang benar.. Ini seperti helaian rambut yang di tempelkan pada lembaran kertas. "Kok ada buku yang kayak gini?" bisikku.

Perempuan ini langsung menatap fokus padaku, untung saja matanya tak sampai juling. "Lu bilang buku ini punya elu, kok gak tau isinya apa sih." keluhnya.

Aku langsung melirik sinis ke arahnya, karena bisa-bisanya ia menyambung ucapan yang ku bisikkan pada diriku sendiri. "Kamu nguping pembicaraan orang lain? Itu tidak sopan, mengerti?!"

Ia langsung mencibir. "Gue denger lah, jarak kita kan dekat. Kecuali elu di ruangan sebelah terus gue dengerin, itu baru namanya nguping. Lagian buku aneh ini dapet di mana sih? Jangan-jangan buku ini koleksi bulu idung elu, ya?" terkanya dengan wajah polos.

Aku menatap datar dengan wajah yang cemberut. "Bukan! Bulu ketek ku!!" bentakku.

Ia langsung mendekatkan jari ke hidungnya. "Ketek lu bau asep?"

"Bau jigong!! Lagian ini bukan bulu, ini lebih mirip helaian rambut yang saling bersambung. Kenapa harus memikirkan bulu sih? Lagipula bulu ketek ku belum tumbuh, jadi mana mungkin itu milikku!!" pekikku emosi sambil merampas buku tersebut dan meletakkannya di antara buku-buku komik di meja belajar.

"Haha, kalau jemb*t mu sudah tumbuh belum?"

"Mati kamu!!" Aku langsung menabrakkan tubuhku di lengannya, ketika aku baru saja melewati dirinya. Ia masih tertawa, membiarkan aku keluar kamar begitu saja.

Aku menoleh, tumben sekali dia tak langsung mengikutiku. Ketika mataku menatap lekat, ia buru-buru mengalihkan pandangannya dari sesuatu.

Entahlah dia sebelumnya menoleh ke mana, mungkin saja ke buku itu. Tak bisa di pungkiri kalau dia merasa heran dengan buku tadi. Aku juga akan melihatnya lagi kalau perempuan itu sudah beristirahat di kamarnya.

"Oi!! Ini waktunya aku memakan cemilan, sebelum waktu makan siangnya tiba." Aku mengingatkan, ia mengerjap dan langsung melongos keluar melewati ku.

Seperti biasa, ia menyuruh para bibi untuk menyiapkan menu makanan untukku. Tidak seperti bibi yang memasaknya langsung, sepertinya orang ini tidak bisa memasak apapun. Aku bertaruh, kalau memasak air pun sepertinya akan hangus.

Aku duduk di ruang makan sendirian, mengetuk jariku ke meja, menunggu menu makanannya datang. Puding jagung sudah habis dari tadi, sekarang aku di buat lapar lagi karena menunggu makanannya matang. Sepertinya karena dalam masa pertumbuhan, aku jadi mudah lapar.

Beberapa orang bibi datang dan menata menu makanan di depanku. Seperti biasa, tak ada tahu di hidangan ini. Kadang-kadang aku rindu tahu bibi, biasanya aku memakan itu setiap hari.

Sekarang aku sering makan sendiri selepas di tinggal bibi. Si perempuan gila tak ku izinkan makan satu meja ataupun satu ruangan denganku. Tapi, kira-kira menu makanannya apa ya?? Lalu, dimana dia memakannya??

"Silakan di nikmati, tuan." ucap art-ku ketika meletakkan piring terakhir di meja.

"Mana si rambut kuning?" tanyaku sambil menatapnya.

Bibi ini menatapku, wajahnya sedikit bingung. "Yang mana?"

Aku mengernyit, lupa kalau sebagian besar pekerja ku berasal dari ras si rambut kuning, Vilhgasth'anhm. "Si perempuan gila, pengganti bibi." terangku, entah kenapa aku alergi sekali mengucapkan namanya.

"Oh, neng Dita. Dia sedang makan di kamarnya."

"Oh, yasudah."

"Tuan mau aku memanggilnya?" tawarnya.

"Ng, nggak usah. Gak perlu." singkatku.

Ketika para bibi pergi, aku melirik sampai keberadaan mereka menghilang di pandanganku.

"Tiap hari makan daging, bisa kena kolestrol aku." gerutuku sambil berjalan meninggalkan meja.

Aku melirik sekitar, ini adalah waktu jam makan siang untuk semuanya, jadi pasti ruangan sepi.

Sambil berjalan melewati tiang-tiang besar tak berguna yang ada di dalam rumah yang megah bernuansa white-gold, aku melipir melewati belakang tangga yang melingkar di pertengahan ruangan rumah. Di bagian ujung rumah adalah kamar para art ku, kira-kira si perempuan gila makan lauk apa, ya?? Aku tak perduli dengan gizi yang di konsumsinya sih, tapi siapa tau ada tahu disana.

Aku melewati ruangan demi ruangan hingga sampai ke sebuah kamar yang sangat ku kenali, yaitu kamar bibi. Pintunya tertutup, aku langsung membuka tanpa mengetuknya.

Ku intip sedikit ketika pintu mulai terbuka, menampakkan perempuan gila yang sedang memegang piring sambil menatap ke luar jendela.

Secara tak sengaja, aku mendengar suara isak dari hidungnya. Mungkin dia kurang enak badan dan flu?

Tapi, aku melihatnya lagi sedang menyeka bagian matanya. Menangis kah? Kenapa ya?

Aku mengetuk pintu dengan telunjuk ku, membuatnya menoleh dan kedua matanya terbelalak. Benar, matanya sembab dan merah, seperti habis menangis.

"Oh, elu? Kenapa?" tanyanya, suaranya sedikit bindeng.

"Lagi apa kamu?" tanyaku sambil melirik-lirik sinis.

"Makan lah, ini kan jam makan siang. Elu kenapa disini? Harusnya kan waktu makan siang juga."

Aku menggarukkan kepala sambil mencuri-curi pandang. "Kamu.. Makan lauk apa?"

Ia terdiam, melihat piring nasinya lalu menatapku lagi. "Ya.. Makan lauk yang seharusnya."

Aku mengintip, melihat benda aneh dengan saus berwarna merah dengan irisan tomat, dan bumbu seperti bawang-bawangan. "Itu apa sih? Yang di piring mu, gak pernah ku liat."

Ia melirik sambil meringis. "Ikan sarden kalengan." sahutnya.

"Ikan sarden kalengan? Ikan di dalam kaleng?? Ada ya ikan di dalam kaleng?"

Ia semakin menekuk alis. "Ada lah! Ini dia!"

Aku kembali menggaruk kepala sambil mencuri-curi pandang lagi. "Gimana ya ngomongnya, aku kan tiap hari makan menu yang sudah pernah ku coba, jadi... Rasanya bosan juga. Dulu aku selalu mencoba makanan bibi, tapi karena sekarang bibi sudah kamu bunuh, aku gak bisa makan makanan kalian lagi."

Perempuan ini tiba-tiba saja menyodorkan piringnya ke hadapanku. "Basa-basi banget, bilang aja kalau lu mau coba makanan ini, kan?"

Aku terkesiap mendengarnya. "Si.. Siapa bilang? Memangnya kamu pikir aku mau makan makanan bekasmu?!" Ia masih menyodorkan makanan dan diam, tak mengatakan apapun.

Aku mendekatinya perlahan-lahan, mengambil garpu lalu mengais ikan untuk memisahkan durinya.

"Heh, ngapain di gituin?" protesnya sambil menjauhkan piring dariku.

"Ya misahin durinya lah, memangnya kamu pikir aku kucing, makan sama durinya?"

Ia langsung mendengkus tawa mendengarnya. Memangnya ada yang salah dari ucapanku?

"Ini ikan sarden kalengan. Kepala ikannya aja gak ada, tulangnya juga lunak. Bisa langsung di makan."

Aku melongo dengan garpu yang masih berada di tangan.

"Gak percaya? Nih!!" Ia langsung memasukkan potongan ikan ke mulut dan mengunyahnya.

Aku terkesiap, yang benar tulangnya lunak? Seperti di presto kah? Ku ambil potongan ikan dan menusuknya dengan garpu. Aku memasukkannya ke dalam mulut dan mengunyah hati-hati. Ternyata...

"Woh! Ini enak!! Ikan ini gak ada tulang?" ucapku takjub. Aku yang masih penasaran memisahkan badan ikan dan melihat tulangnya. Ku ambil bagian tulang yang berada di dalam tubuh ikan lalu menariknya. Tulang ikan itu langsung lepas dan terlihat lunak. Aku memasukkannya tanpa ragu ke mulut dan mengunyahnya.

"Wah! Baru kali ini aku makan yang beginian! Bagi ya!!" pintaku sambil duduk bersila di lantai bersamanya. "Bibi tidak pernah makan ini, jadi aku baru tau. Ternyata ada makanan seenak ini."

"Ini aslinya amis sih bagi orang yang gak suka. Mungkin si bibi lu ngerasa kalau ini amis. Jadi dia gak mau makan. Lagian ini gue masak lagi pake bawang-bawangan sama tomat."

Aku terkesiap. "Lah, emangnya kamu bisa masak?"

Ia langsung menatap sengit, seolah tak terima. "Sekate kate lu!! Ya bisa lah, dikit-dikit." protesnya.

"Haha, ku pikir kamu gak bisa masak loh. Soalnya ku lihat gak pernah masak untukku."

"Ya selera lu nanti beda lagi. Gue gak bisa masak masakan ras Dicth'anhm, tapi kalau ras kami ya jago lah!"

"Masa' sih? Kalau iya, coba makan malam nanti buatkan aku sesuatu yang seperti ini."

Ia mendecakkan lidah. "Bilang aja elu mau makan ini lagi, iya kan?"

"Hahaha, iya.. Soalnya masakanmu enak ju-" Aku terdiam, ketika tiba-tiba saja tangan perempuan ini menyentuh rambutku. Ia mengusapnya sambil ikut tertawa, seolah tak sadar apa yang telah ia lakukan.

"Enak kan? Makan yang banyak ya, biar kuat menerima cobaan hidup." tuturnya sambil tersenyum hingga matanya menyipit.

Aku termenung, suasana ini.. perasaan ini, sentuhan ini..

Greep!!

Aku langsung menangkap tangannya, membuatnya terkesiap kaget. Ia mengerjap cepat, menatapku yang sedang melambungkan ingatanku pada masa-masa kebersamaan bersama orang itu...

Kenapa.. Kenapa sentuhan orang ini.. Sama seperti sentuhan bibi??

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Ira Resdiana

Ira Resdiana

anaknya bibi kali ya....

2024-11-29

0

Isnaaja

Isnaaja

sentuhan itu....membuatku merasakan sesuatu.

2023-09-10

1

unknown

unknown

jangan jangan

2023-09-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!