Aku dan perempuan ini berdiri berhadapan. Kami sama-sama diam usai saling melemparkan perkataan singkat. Ia memperlihatkan lencana dari genggaman tangannya.
"Elu keluar pas terjadi keributan di depan rumah. Kamera cctv dan pot bunga pecah oleh lemparan batu kerikil. Bisa-bisanya kabur dan ngalihin perhatian dengan merusak properti pribadi."
"Itu barang murah, kapanpun bisa di ganti." sahutku, tak perlu repot-repot berbohong dan mencari alasan, karena bagiku.. Ia hanya bawahan, dan harus menerima apapun yang ku lakukan.
"Ngapain lu pergi ke kediaman Vilhgasth'anhm? Terus ke kafe??" ia membuang wajahnya sesaat, lalu kembali menatapku. "Ketemu siapa, dan untuk urusan apa?" lanjutnya.
Aku memeriksa tubuhku, dan mendapati stiker GPS tertempel di leherku. "Pas pertarungan tadi sempat-sempatnya kamu menempelkan ini!" ucapku dengan suara rendah. "Sadar diri lebih penting, kamu cuma babu, jadi gak usah sok mengaturku."
"Babu ini bertugas ngelindungin elu, kalau lu keluar tanpa ada pengawalan, lu pikir siapa yang bakal kena masalah? Gue bukan peduli atau sok ngatur elu, gue cuma berusaha melindungi posisi gue sendiri di rumah ini." ujarnya.
Aku mendengkus, memiringkan senyum. "Ya, begitu lah jawaban orang yang tidak berperasaan dan antipati. Kamu itu egois dan cuma memikirkan keuntungan untuk dirimu sendiri. Dan lagi, dengan lancangnya masuk ke kamar tuan tanpa permisi. Apakah kamu menyimpan kunci duplikat kamarku?"
Ia menatapku tanpa berkedip, membiarkan helaian rambutnya berjatuhan di wajahnya. "Kayaknya lu gak bisa ya berpikir positif tentang gue? Semuanya hal buruk aja! Gue gak punya kunci duplikat kamar lu."
"Terus, kamu masuk lewat apa? Jalan tikus?" balasku dingin. Ia menunjuk sesuatu, membuatku melirik ke arah yang ia maksud. "Jendela?" gumamku sambil mengernyit.
"Elu keluar dan masuk diam-diam lewat sana, kan?" tanyanya.
Aku mengerutkan dahi. Darimana dia tau kalau aku selalu keluar diam-diam lewat sana?? Yang tahu itu cuma pekerja lama, soalnya jendelaku di desain tak bisa di buka karena perihal ini. Jadi waktu bibi pergi, aku sampai memecahkan kacanya.
Untung saat perbaikan jendela, kacanya di desain bisa di buka, tapi kembali ke masalah awal, dari mana dia tau aku suka lewati sini diam-diam?? Oh, mungkin dia melihat dari GPS, bisa jadi begitu.
"Terus?" sambungku.
Ia diam, sama sekali tak berekspresi ketika mendengar jawabanku. "Gue bilang sama mama lu."
Aku tersentak mendengarnya, terlebih ketika ia berbalik memunggungiku. "Oi!! Ras rendahan, kembali kamu!!" pekik ku, perempuan gila ini hanya berbalik dan mengacungkan jari tengahnya padaku dengan wajah mengejek. "Apa?! Beraninya...." geramku kesal, sambil berjalan ke arahnya.
"Gue punya rahasia elu sekarang, sebaiknya sekarang lu ngaku, ngapain aja lu di luar sana, dan omongan apa yang kalian bahas sampai harus keluar larut malam?" tanyanya, bermaksud untuk menyelidiki.
"Gak penting! Aku cuma nemuin anak bibi, terus minta supaya dia kerja bersamaku dan menggantikan kamu!"
Perempuan ini mendengkus sambil menggeleng dengan senyum ambigu. "Ampuuun deh, segitu banget! Gak bakalan ada kok yang mau gantiin posisi gue buat ngejaga elu, lu kira buat berada di posisi ini, gak butuh perjuangan?!"
Aku menatap datar ke arahnya. "Gak." singkatku. "Siapa saja pasti mau kerja di kediaman kami, kami keluarga kaya dan tersohor, gajimu itu setara dengan uang jajanku satu hari, tapi.. Itu sangat besar kan nominalnya bagimu?"
Perempuan ini menyungging senyum. "Yakin banget sih, padahal kandidat buat gantiin posisi bibi waktu itu, cuma gue seorang." Aku terkesiap mendengarnya. "Yah, perkataan lu ada benarnya sih, gue disini emang gak pakai kerja keras, karena mau gimana lagi.. Saingannya gak ada sih, saking gak ada yang mau buat tinggal dan berada di dekat elu." lanjutnya lagi.
Aku langsung mengepalkan kedua tanganku dengan kuat. Apa dia ingin berkata, kalau manusia tak ada yang mau mendekatiku, sebagaimana keluarga ku pun menjauhiku?
"Kalau emang gak ada yang mau dekat denganku, terus.. Kenapa kamu mau?"
Perkataanku membuat perempuan ini terbelalak. Matanya mengerjap cepat usai mendengar perkataanku barusan. Dia hanya diam, sementara aku menantikan jawabannya.
"Gue butuh uang, itu aja." sahutnya. Dan perdebatan kami berakhir setelah itu.
.........
Aku memutar pena yang ada di tanganku. Sudah beberapa hari aku memantau pergerakan para pekerja, termasuk perempuan menyebalkan yang selalu bersamaku.
Hari ini aku mengisi kekosongan liburanku dengan membaca buku di perpustakaan pribadi keluarga kami. Tentu saja bersama perempuan gila yang sibuk mendengarkan musik sambil membaca majalah.
Penjagaan rumah yang paling lemah adalah pada pukul sembilan malam dan sembilan pagi, karena biasanya itu adalah waktu pergantian shift siang dan malam. Kalau bergerak di malam hari, penjagaan keseluruhan sangat lemah, tapi penjagaan si perempuan gila sangat ketat, sepertinya dia belajar dari pengalaman, karena aku selalu beraksi di malam hari. Kalau di pagi hari, penjagaan keseluruhan rumah tak terlalu lemah, tapi penjagaan si perempuan gila ini sangat lemah.
Karena, dia selalu begadang, maka di pagi hari seperti ini dia pasti sangat...
Aku melirik ke arahnya, melihatnya yang memejamkan mata dengan kepala yang terhuyung.
"Mengantuk." gumamku sambil tersenyum.
Aku mulai bergegas, memeriksa tubuhku apakah di tempel stiker GPS olehnya atau tidak. Setelah itu, aku mulai berjalan mengendap meninggalkan perpustakaan.
Anak bibi.. Ah, aku lupa tanya namanya. Pokoknya anak bibi waktu itu bilang kalau aku harus mengambil buku rahasia keluarga untuk mengetahui alasan di balik semuanya. Dan buku itu, ada di gedung arsip, ruangan pribadi papa.
Perpustakaan merupakan bagian dari gedung arsip, jadi.. sekarang aku tinggal mencari ruangan pribadi papa.
Di jam sembilan pagi ini, para pekerja melakukan apel pagi sebelum pergantian shift, waktunya sekitar tiga puluh menit. Jadi aku hanya punya waktu itu saja untuk mendapatkan buku yang di maksud.
"Ruangan pribadi papa itu ruang kerjanya, kan?? Jadi, pasti ini tempatnya." gumamku sambil melirik seluruh ruangan, dan memastikan kalau pintu yang tertutup di hadapanku ini lah ruangannya.
Aku mengeluarkan Locksmith Tools, alat yang ku beli di online shop. Dari video yang ku lihat di YouTube, alat ini bisa membuka pintu yang terkunci. Caranya cukup masukan beberapa alat dan sesuaikan dengan lubang. Lalu, pintu akan terbuka seperti yang diinginkan.
Cklek!!
Aku tersenyum kala mendengarnya. Buru-buru aku masuk ke dalam ruangan dan mencari keberadaan buku rahasia milik keluarga kesdicth'anhm.
Dalam satu lemari, semuanya berisi buku-buku penting keluarga. Cukup mencari buku aneh dengan bahasa asing, karena kakak itu bilang tentang menerjemahkannya bersama, artinya buku itu pasti berbahasa asing.
Sebenarnya aku juga ingin mencari buku mengenai etika keluarga yang asli, kalau buku yang ku pegang sekarang adalah etika yang di tambah, berarti pasti ada buku yang asli sebelum di ubah kan? Tapi, sepertinya aku kurang waktu untuk melakukannya.
Sedang sibuk mencari, tiba-tiba saja mataku langsung fokus pada sebuah buku tebal dengan sampul hitam. Ada ukiran-ukiran aneh di covernya, dan buku ini tanpa judul.
Sedikit aneh sih, tapi aku langsung mengambil buku tersebut. Ketika membukanya, aku menemukan tulisan aneh yang belum pernah ku lihat sebelumnya. Keriting-keriting, dan apakah ini buku yang di maksud???
Kalaupun iya, kenapa mudah sekali menemukannya? Apakah papa berpikir, karena penjagaan kamar ini sangat ketat, maka tak akan ada yang bisa masuk. Jadi, mau di taruh sembarang tanpa di sembunyikan pun tak akan apa. Sepertinya papa memang berpikir begitu, ceroboh sekali.
Aku menggelengkan kepalaku, karena ku rasa ini lah buku yang di maksud.
Aku menyembunyikan di balik bajuku, lalu segera menutup pintu dan menguncinya seperti semula. Aku kembali ke perpustakaan tepat tiga puluh menit setelah waktu berlalu. Waktu yang habis, terpakai hanya untuk jalan ke ruang pribadi papa dan perpustakaan saja, selebihnya.. Tidak terlalu memakan waktu untuk membuka pintu dan mencari buku.
"Dari mana lu?!" suara tersebut membuatku terperanjat, aku langsung menoleh ke asal suara, menampakkan perempuan rambut kuning gila yang menatap tajam ke arahku dengan tangan yang terlipat ke dada.
Aku melirik ke tempat duduknya sebelum aku tidur. Cepat sekali perempuan gila ini terbangun.
"Bisa gak, kamu muncul jangan seperti hantu?!" bentakku kesal.
"Lu juga bisa gak, jangan ngilang-ngilang kayak hantu? Kebiasaan banget sih anak ras Dicth'anhm ini!" balasnya mengeluh. "Kemana lu?"
"Toilet! Sakit perut. Lagian aku nyusul kesini cuma mau bilang, aku gak mau lagi baca. Mau tidur sekarang!!" sahutku sambil melongos begitu saja melewatinya.
Ia melepaskan earphone di telinganya lalu mengikuti ku. Aku berjalan santai sambil mengeluarkan buku yang ku sembunyikan di dalam baju. Perempuan ini mengernyit dan memanjangkan lehernya.
"Maling dimana tuh?"
"Sembarangan!!" bentakku. "Ini punyaku!"
"Kalau punya elu, ngapain di sembunyikan di balik baju?" tanyanya penasaran.
"Ya terserah lah! Mau ku taruh di dalam mulut juga terserah aku!" balasku, membuatnya mengernyit.
Aku masuk ke dalam kamar dan meletakkan buku tersebut di atas meja. Aku tak perlu menyembunyikan, lagipula perempuan ini tak akan perduli kan? Isinya juga tak bisa di baca, dan dia juga tidak akan tau kalau ras kami punya buku rahasia seperti ini.
Ia mendekat, melirikku yang kini sedang menatapnya. "Buku apa sih? Kok gak ada judul?" gumamnya sambil membuka isi buku.
"Kamu ini sibuk sekali sama urusan tuanmu!"
Ia acuh dan masih sibuk memperhatikan buku. Bola mata hitamnya melirik ke kiri dan kanan, seolah sedang membaca isi buku.
Aku menyender di dinding sambil melipat tangan ke dada. "Kamu tak akan bisa baca, taruh saja disitu." ucap ku padanya.
Perempuan ini tak bergeming, malah membuka lembaran berikutnya. Alisnya berkerut, dan wajahnya begitu serius.
Jangan-jangan, perempuan ini bisa membaca tulisan keriting itu? Kalau ia tak bisa baca, dia akan membolak-balik lembarannya dengan cepat, tak melihat kata perkata dengan teliti, lalu kembali ke lembaran selanjutnya. Tapi dia, seolah-olah bisa membacanya.
Aku langsung menutup buku dan menekannya dengan tangan, membuat perempuan ini terkejut dan langsung menatapku.
"Kamu sedang menerjemahkannya?" tanyaku, membuat perempuan ini mengerjap cepat.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
unknown
duhhh duhhhh
2023-09-08
1
Selfi Azna
yg keren lg nih
2023-08-31
3
Ika ajha
hemb.... tulisan apa ya ???🤔🤔🤔
2023-08-30
4