Aku berusaha mengatur perasaanku. Meski di bawah umur, tapi aku tak boleh menunjukkan sifat lemah di depan ras Gasth'anhm. Aku mengangkat dagu dan menatapnya dengan berani.
"Jaga ucapanmu. Berbicara tanpa bukti mengenai ras kesdicth'anhm, kamu akan di tuntut seumur hidup. Dan lagi, kamu berbicara di tempat tersembunyi seperti ini, seperti sengaja mengikutiku kala melihat di skediaman Vilhgasth'anhm tadi. Apa perkataan ini sengaja kamu sampaikan dengan maksud terselubung?"
Ia langsung menunduk, duduk hingga lututnya menyentuh lantai. "Mohon ampun tanpa ada sedikitpun maksud terselubung, saya hanya mengatakan fakta yang saya tau. Sungguh, ras kesdicth'anhm meskipun berusia sekitaran sembilan atau sepuluh tahun seperti anda, pemikiran yang dewasa dan bisa membuat saya merasa takut dan bersalah. Saya tak akan berani menipu." ujarnya tanpa sedikit pun mengangkat kepala.
"Lalu kenapa kamu menyampaikan hal ini padaku? Apa maksudmu?"
Ia terdiam. "Saya melihat ada seorang ras Vilhgasth'anhm bersama anda."
Aku mengernyit. "Lalu?"
"Aku hanya ingin mengatakan, kalau gadis itu.. Berbahaya."
Kernyitanku semakin dalam. "Apa perkataan mu sebelumnya ada hubungannya dengan yang barusan?"
Ia tak menjawab, masih menunduk seperti sebelumnya. "Maaf lancang karena telah berbicara kepada ras suci di tempat kotor seperti ini." ujarnya tanpa menjawab perkataanku. "Tapi, ada satu hal lagi yang ingin saya sampaikan kepada anda..."
.........
Aku menyeka tanganku dengan tisu sembari berjalan menghampiri dua orang pekerjaku. Mereka menatapku dari jauh, dengan posisi tubuh yang sama-sama kaku.
"Hei! Lama amat sih lu dalam WC? Ngeluarin batu?" sambar perempuan gila ketika aku hendak menarik kursi dan duduk.
Aku menyelis menatapnya, "Enggak! Lagi ngeluarin emas!!" balasku ketus.
Ia langsung menahan tawa sambil menatap pak Saipul. "Bisa aja becandanya, emas kan warna kuning.. Sama kayak taik, mungkin maksudnya dia lagi berak kali." bisiknya dengan suara yang mampu ku dengar.
Aku meringis menahan emosi. Ku gapai minuman yang sudah tersaji di meja makanku. Ketika air dingin mengalir dari sedotan yang ku hisap, aku terkesiap dan mengerjap, mengercap lalu menatap isi minuman yang ada di dalam gelas.
"Siapa yang pesen ini buatku?" tanyaku sambil menatap mereka berdua.
"Gue? Kenapa, gak suka ya? Kalau gak suka sini!!" pintanya, tapi aku langsung memasang wajah kesal sambil menautkan alis.
Kok dia bisa kebetulan memesan minuman kesukaanku?? Es lemon mint dengan sedikit soda. Aku mengendikan bahu lalu menatap menu makanan yang tersaji.
Makanan yang mereka pesan adalah makanan wajib yang harus di berikan untuk ras Dicth'anhm . Menu utamanya adalah daging. Ya, mereka pasti tau menu makanan kami.
Aku mengambil pisau dan garpu, lalu mengambil makanan yang paling dekat denganku.
"Oi, tuan Suro..."
Wajahku yang awalnya datar, langsung ku ubah kala mendengar suara perempuan gila ini. "Apa?" tanyaku sinis.
"Tadi kami mau pesan menu makanan ras Dicth'anhm, tapi ternyata ras Gasth'anhm gak di bolehin makan itu. Berhubung gue pengeeen banget makan daging, boleh gak kita tukeran makanan?" tanyanya dengan mata yang membulat besar dan berbinar-binar.
"Gak boleh lah! Makan makananmu itu!!" tolak ku mentah-mentah.
"Kalau di tukar sama ini?? Ini enak loh," tawarnya sambil menyodorkan sepiring berisi makanan. Aku awalnya ingin mengabaikan, tapi ketika melihat isi di dalam piring tersebut.
Tahu masak sambal??
Tanpa pikir panjang aku langsung menukar dagingku dengan sepiring tahu yang di masak sambal balado. Sudah tiga hari tidak makan, ketika waktunya makan.. Aku malah dapat makanan kesukaanku. Tentu saja aku tak akan menolaknya.
"Hah? Seriusan mau?" tanya perempuan ini tak percaya.
Aku hanya mengabaikannya. Sudah jelas kan, aku sudah menukar makanan. Artinya aku memang mau memakan makanan ini.
"Tuan Suro emang doyan makan tahu, apalagi kalau di masak sambal begitu." pak Saipul mulai mengajak si perempuan berbicara.
"Oh ya? Kok bisa?? Seharusnya mereka gak makan tahu kan? Tahu itu buat kalangan kita aja. Darimana dia bisa tau tahu dan memakannya?" perempuan itu agaknya tertarik, karena ini adalah hal yang baru baginya. Memang ras Dicth'anhm yang memakan tahu, mungkin hanya aku.
"Ceritanya lucu sih, tapi.. Ini berhubungan dengan bi Narti."
Deg!! Jantungku terjeda ketika mendengarnya, aku terpaku dan berhenti bergerak.
"Kalau ku ceritain, nanti bakal mengusik perasaan tuan." Aku langsung menghela napas ketika pak Saipul mengatakan itu.
"Udah, gak apa-apa kok. Iya kan, tuan?" ucap perempuan yang tidak berperasaan ini.
"Seriusan gak apa-apa?" Pak Saipul malah terpengaruh siluman rusa.
"Liat aja, tuan Suro diam, kan?" lanjut wanita dajal. Aku diam karena sedang memikirkan sesuatu yang berkecamuk di pikiran ku kala bertemu pria misterius tadi.
"Iya juga. Hehe, tuan Suro itu deket banget sama bi Narti, karena bi Narti kan udah jadi pengasuh tuan sejak bayi. Jadi ada suatu ketika, tuan Suro menghampiri bi Narti yang lagi makan. Tuan Suro gak mau makan makanannya, tapi mau makanan bibi." pak Saipul mengembang tawa hingga giginya kelihatan kala menceritakan hal tersebut.
"Pas itu bibi lagi makan tahu masak sambal. Di kasih lah sedikit sama bibi karena tuan ngerengek terus. Bibi suapinnya pake tangan langsung, eeeh.. Ternyata tuan doyan. Keterusan sampai sekarang." terangnya.
Perempuan ini diam. Ia tak bereaksi apapun atas cerita dari pak Saipul. Ia yang awalnya excited tiba-tiba saja berubah menjadi datar. "Oh, masih enakan daging sih." ucapnya lagi.
Aku mendecih dalam hati. Kenapa perempuan ini tak mudah terenyuh? Padahal itu adalah kenangan yang membekas dalam di hatiku. Apakah karena dia antipati? Dia tak merasa kisah orang lain menyentuh, karena dia tak merasakannya sendiri?
Dia juga tak mau membantuku menguak rahasia keluarga ku, padahal dia tau kalau etika sosialisasi di keluarga ku itu seperti sampah dan tak berlaku di keluarga lain.
Kalau untuk menggantikan bibi yang tulus, sepertinya kali ini mama salah memberi orang kepadaku. Meskipun dia berasal dari keluarga Vilhgasth'anhm yang terkenal akan kesetiaan dan ketulusannya, tapi Vilhgasth'anhm yang satu ini sepertinya tidak begitu.
Aku... Jadi semakin tidak menyukai perempuan ini.
.......
.......
.......
*Author POV
Angin berhembus kencang, menerbangkan dedaunan yang meranggas dari rantingnya. Malam ini terlihat mendung, tak ada bintang yang terlihat bertaburan di langit. Hanya ada awan hitam yang saling berkejaran tertiup angin. Bulan pun bersembunyi, dan enggan menampakkan diri.
Seorang perempuan berambut pirang yang tergerai panjang merenggangkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia membunyikan beberapa sendinya, berharap itu akan menghilangkan penatnya.
Suasana baru dan kediaman baru, meski ia selalu bergonta-ganti tuan, tapi sebenarnya gadis ini masih sulit beradaptasi dengan lingkungannya.
Dia merasa lelah ketika harus bisa tertawa dan berbicara dengan banyak orang, apalagi orang-orang baru. Tapi sudahlah, karena ini adalah pengabdian, maka dia harus melakukannya dengan hati yang tulus.
Ia membuka baju yang dikenakan, meninggalkan pakaian tipis sejari dengan celana tidur yang pendek. Ia merebahkan tubuhnya ke kasur, membiarkan dirinya sedikit terpental karena kasur yang empuk.
Dita menghela napas panjang lalu menutup matanya. "Gue ada disini atas kesalahan gue sendiri. Sekarang gue berharap bisa menebusnya." gumamnya sambil meletakkan lengan menutupi matanya.
Krieeet....
Dita mengalihkan tangannya, ketika mendengar suara aneh dari luar kamarnya. Ia mengerutkan dahi lalu beranjak, menginjakkan kakinya di lantai tanpa alas. Ia berjalan perlahan, sambil menuju jendela kamar.
Ia melirik sekitar ketika tirainya terbuka, memastikan kalau jendelanya sudah terkunci dengan rapat.
Dita kembali berbaring, karena tak ada sesuatu yang mencurigakan di luar sana. Ia mengambil posisi yang sama seperti sebelumnya, berbaring selama beberapa puluh menit hingga mulutnya mulai menganga tanda ia sudah tertidur dengan pulas.
Di kamarnya yang gelap tanpa adanya penerangan, sesuatu berkilauan dari bawah kolong tempat tidurnya.
Seseorang menyengir, membuat gigi-giginya terlihat memantul di sebuah pisau tajam yang di genggamnya. "Sudah saatnya... Aku membunuh orang ini."
*Author POV End
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Isnaaja
kayanya dita itu anaknya bi narti.
2023-09-10
1
unknown
ayukk guysss ngumpull bkln bnyk misteri yg harus kita petchakann😂
2023-09-07
0
Dewie👓
besok jam 3 sore ya... okeylah
2023-08-26
3