Aku hendak beranjak, ketika perempuan gila bersiap memasang kuda-kuda bertarung. Tapi anehnya, tanganku terasa lemah dan tubuhku langsung terjatuh ke lantai.
"Jangan bergerak, tunggu aja di situ." ucap perempuan gila tanpa menolehku.
Aku meringis kesakitan. "Gi.. gimana bisa aku ngebiarin perempuan melindungi ku?" gerutuku.
"Ssssst.." perempuan gila mendesis. "Ini bukan soal laki-laki atau perempuan. Ini soal tuan dan bawahannya. Lagian elu juga gak bakalan bisa bergerak."
Aku mengernyit, dia benar dan.. Dia tau darimana? "Karena?" tanyaku.
"Rantai." singkatnya, membuatku mengernyit dan menatap rangkai yang membelenggu tangan dan kakiku. "Rantai itu di desain khusus untuk membuat tubuh menjadi lemah, karena dia menghisap Kundalini dari tubuh elu."
Aku semakin mengernyitkan dahi. "Hah? Kundalini?? Apa itu?"
"Ck! Masa' Kundalini aja gak tau sih?! Apa elu belum belajar tentang itu?" ia terdengar mengeluh.
"Ya mana ku tau. Aku tak di ajarkan tentang itu!!" balasku. Perempuan gila terkesiap usai aku mengatakannya. Ia seolah keceplosan sesuatu atau salah bicara, aku tak tahu.
"Kalau elu gak di ajarin tentang itu, saatnya elu liat gimana caranya gue mengendalikan Kundalini dan melepaskannya ke arah Dita Vilhgasth'anhm!!!" pekik Viktor, sambil mengeluarkan sesuatu yang aneh dari kedua kepalan tangannya.
Semua itu berlangsung cepat, ketika sesuatu cahaya tak berbentuk, berubah menjadi benda padat yang di lemparkan ke arah perempuan gila.
Aku terbelalak, melihat benda padat yang melesat ke perempuan gila. Perempuan itu menapakkan kakinya ke lantai, dan seketika tubuhnya melompat tinggi, seolah-olah ada pegas di bawah kakinya.
Benda padat bercahaya itu melesat, menghantam dinding hingga membuat celah dan beberapa lubang akibat tabrakannya.
Aku terperangah, benda macam apa itu?? Sihir kah?? Buah setan?? Atau Cakra?? Selama ini ku pikir yang seperti itu hanya ada di dunia anime saja, tapi sekarang... Aku menyaksikannya sendiri dengan mata kepalaku??
Perempuan gila yang mengambang di atas, tiba-tiba saja mengayunkan kedua tangannya, membentuk sesuatu yang bercahaya pula, sama seperti yang dimiliki Viktor tadi.
Di ayunkan tangannya, membuat sesuatu melesat ke arah Viktor.
Dum!!!
Viktor menghindar, menyisakan bekas di lantai seperti sebuah irisan pada tanah. Apa sih itu?? Apa yang mereka berdua lakukan??
"Cih!! Melempar cairan sepadat itu!! Apa lu barusan pengen ngebelah gue, hah?!" bentak Viktor sambil berlari ke arah perempuan gila.
Ia kembali mengeluarkan cahaya aneh dari kepalan tangannya, dan melemparkan pukulan seperti tinju ke arah perempuan gila. Perempuan itu mengelak, tapi tetap membalas serangan dengan cahaya aneh juga di tangannya.
Pukulan demi pukulan saling beradu, dan aku tak percaya kalau perempuan gila sehebat itu. Berarti, sewaktu aku menyerangnya di dalam kamar, ia tak mengerahkan kekuatannya sama sekali? Kalau ia mengerahkan kekuatannya, copot lah kepalaku!!
Viktor melemparkan bola-bola aneh, serupa peluru besar yang mengarah ke perempuan gila. Perempuan gila menghindar sambil berlari, melompat ke beberapa bagian kala bola peluru semakin mendekat ke tubuhnya.
Viktor tersenyum kala perempuan gila tak sempat mengelak satu bola yang ia arahkan, tapi dengan begitu cepat, perempuan gila membentuk tangannya serupa pedang, dan melemparkan kilatan berupa sabetan pedang.
Dumm!!
Dua benda yang mereka lempar saling bertabrakan, menciptakan ledakan yang mirip seperti petasan.
Aku memejamkan mata, kala angin berhembus akibat serangan mereka. Debu-debu dan pasir berterbangan, seperti kabut asap. Selain menutup mata, aku juga menutup hidung ku. Usai ledakan berdebu, cairan serupa hujan turun dan membasahi lantai di tempat mereka bertarung.
"Heh! Boleh juga, untuk ukuran perempuan muda.. Elu lumayan juga." ucap Viktor sambil membersihkan bekas debu di pakaiannya.
Perempuan gila tak bergeming, di bawah siraman air hujan, ia masih memasang kuda-kuda, seolah siap siaga dan tak meremehkan lawannya sama sekali.
Viktor mengepalkan dua tangannya lurus ke depan tubuh, seolah senapan yang siap menembak siapapun.
Ia menembakkan bola peluru lagi, dan seperti sebelumnya, perempuan gila hanya menghindarinya lagi dan lagi, melompat dengan gemulai dan indah, seolah tubuhnya begitu ringan tertiup angin. Terus terang saja, dia terlihat begitu keren saat ini.
"Sampai kapan lu mau ngehindar kayak gitu, Dita Vilhgasth'anhm?!" tanya Viktor sambil terus melancarkan serangan.
Perempuan gila masih tak bergeming, tapi ia semakin mendekat meski sebelumnya tampak mengambil jarak.
"Emangnya kalau gue nyerang, lu yakin bakalan bisa selamat?" tanya perempuan gila, membuat Viktor tertawa mendengarnya.
"Sombong juga ya, lu kira gue baru setahun dua tahun menguasai Kundalini? Bisa jadi, elu yang bakalan gak selamat kalau terus-terusan menghindar kayak gitu!" balasnya, terdengar tak terima.
"Boleh dicoba." singkat perempuan gila sambil menghindari dua peluru di sisi kiri dan kanan. Ia memiringkan tubuhnya agar menjadi ramping, menghindari dua peluru yang saling berdekatan.
Wusssh!!
Dua peluru berhasil ia lewati, membuat perempuan gila kini berjarak sangat dekat dengan Viktor. Viktor tampak kaget, ia melemparkan bola peluru ke sembarang arah saking takutnya perempuan itu mendekat.
"Lu mau gue nyerang balik, kan?" tanya perempuan gila ketika berhasil menyergap dan berdiri tepat di hadapan Viktor. "Sekarang saatnya!!"
Aku dak Viktor terbelalak, kala perempuan gila tiba-tiba saja menghilang dari hadapannya. Serangan ini... Aku tau serangan ini, waktu itu.. Aku melihatnya dua kali, perempuan gila akan...
Muncul di belakang Viktor!!
Dan benar saja, tiba-tiba saja Perempuan gila muncul di belakang Viktor, membuat pria itu terbelalak dan tak sempat menoleh ke belakang.
"Lu tau kan serangan legendaris dari keluarga Vilhgasth'anhm??" bisik perempuan gila yang mulai mengangkat kedua tangannya ke arah Viktor. "Membunuh dari belakang tanpa rasa sakit." lanjutnya sambil melilit leher dan kepala Viktor dengan tangan dan lengannya.
Tapi anehnya, pria itu malah tertawa meski raut wajahnya benar-benar panik dan memucat. "Kalau elu berani ngebunuh gue.." Perempuan gila dan aku terkesiap ketika ia hendak melemparkan bola peluru tepat ke arahku.
Lengan perempuan gila yang melilit leher dan kepala Viktor langsung terlepas, ia secara reflek langsung menampik tangan Viktor dan mendorong tubuhnya agar menjauh darinya.
Lemparan bola peluru melesat melewati satu cm telingaku. Aku bisa merasakan dahsyatnya angin yang ia ciptakan, dan berikutnya ledakan terdengar menghantam dinding yang ada di dekatku.
"Tuan!!" sergah perempuan gila, sambil berlari ke arahku.
Melihat kepanikan perempuan gila, Viktor tiba-tiba tersenyum menyeringai, seolah mendapatkan senjata pamungkas untuk mengalahkan perempuan itu.
"Oi keluarga Vilhgasth'anhm," sapanya, membuat perempuan gila menoleh sambil menunduk ke arahku. "Kalau lu mau tuan lu itu selamat, sebaiknya.." ia kembali menyeringai. "Elu gak melawan dan menyerahkan diri." lanjutnya, membuatku mengernyit.
Tanpa pikir panjang, perempuan gila langsung menjawab, "Baikl-"
"Hei!! Jangan bodoh!!" Aku langsung memotong ucapannya. "Tetap lawan dia dan biarkan aku di sini. Aku bisa memikirkan cara untuk melepaskan diri selagi kalian bertarung." bisikku.
"Elu yang jangan bodoh, sampai kera nikah sama ikan buntal pun, lu gak bakalan bisa bebas dari situ." balasnya, membuatku mengernyitkan dahi.
"Terus apa? Kamu mau nyerah, jangan lah!! Sana bertarung, aku tak apa."
Ia mendecakkan lidah. "Gue bakalan mati setelah menang lawan dia kalau sampai elu mati sekarang!"
Aku terdiam sesaat dan menatap sendu ke arahnya. "Lagian, tak akan ada yang mencariku atau menangis kalau aku mati."
Perempuan gila langsung mendengkus, menatapku dengan sadis. "Bocah tolol!! Lu pikir gue juga ada yang nangisin?! Gue yatim piatu!! Kalau gitu yaudah, kita berdua harus sama-sama hidup!!" perkataannya membuatku seolah tertampar. Malah aku berpikir seharusnya kami berdua sama-sama mati karena tak ada yang perduli.
"Untuk apa kita hidup kalau tak berarti bagi orang lain?!" tanyaku, membuat ekspresi perempuan gila semakin kesal.
"Kita harus hidup, apapun yang akan terjadi, kita berdua harus hidup." Aku mengernyitkan dahi mendengarnya. "Harus tetap hidup." lanjutnya dengan yakin.
"Kenapa kamu ngotot begitu?" tanyaku heran.
Ia terdiam, membiarkan angin berhembus dan meniup rambut panjangnya yang pirang. "Lu tau, ada seorang wanita paruh baya yang begitu menyayangi anak dan tuannya. Yang rela melakukan apa saja. Bekerja menjadi budak karena anak nakalnya, rela melanggar perintah kerja agar tuan bisa bertemu dengan mamanya. Orang yang tulus dan menganggap dirinya bukan apa-apa, asalkan anak dan tuannya bahagia."
"Orang yang selalu menceritakan tuannya di depan gue, dan nyeritain gue di depan tuannya."
"Kalau lu mati, lu udah bikin dia kecewa. Sekarang kita emang gak punya siapa-siapa lagi yang bakalan sayang sama kita, karena kita berdua.. Telah sama-sama kehilangan orang yang sama. Orang yang paling mencintai kita." Ia beranjak usai duduk di dekatku, dan berdiri tegap menghadap Viktor.
Aku terbelalak usai mendengarkan ucapannya. Aku menelan ludah sambil menatap tajam, mengepalkan tanganku dengan begitu kuat.
Dia benar, kalau aku mati sekarang, artinya sama saja dengan ku membuang-buang nyawa bibi. Aku, tak mungkin melakukan itu. Aku harus hidup, perempuan gila ini benar, aku harus hidup!
"Hei kamu?" sapaku, membuat perempuan gila menoleh ke arahku tanpa menggerakkan tubuhnya. "Aku perintahkan agar kamu, tidak mati. Dita Vilhgasth'anhm." lanjutku, membuat perempuan ini terbelalak, karena pasalnya baru kali ini aku menyebut namanya. Selama ini aku hanya memanggilnya sebagai perempuan gila.
Ia tersenyum tipis, lalu segera mengalihkan pandangannya dariku, menatap Viktor yang masih menatap kami sambil terengah-engah, seolah sengaja memberi waktu agar ia memulihkan tenaga lebih dulu.
"Siap, laksanakan. Tuan Suro Kesdicth'Anhm!"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
A
ini Suro yg fans nya anime atau kak author nya kah??🤣
2023-09-25
1
unknown
gokilll bangetttt
2023-09-09
0
unknown
siapa yg ngiriss bawanggggg😭😭😭
2023-09-09
2