Aku meremas bungkus snack yang ada di tanganku. Tatapan mataku menajam, menatap wanita aneh yang sejak tadi terus tersenyum.
Aku merengut, tak berniat memberikannya ruang di dalam rumah ini, apalagi kalau sampai harus menggantikan bibi.
"Kamu mau kerja ya disini?" tanyaku dalam.
Dia mengangguk sambil memainkan rambutnya yang tergerai panjang. "Ya begitu deh!"
"Hari ini kamu di pecat, karena udah ngebuat keributan dan ngerusak pintu kamarku! Pintu keluarnya ada di sebelah san-" aku terhenti, ketika tiba-tiba saja wanita aneh ini menerjang cepat dan melompat ke hadapanku.
Ia tersenyum seraya membungkukkan tubuh dan memasang aba-aba untuk menaikkan kakinya. Di ayunkan kakinya dengan cepat ke arahku. Kecepatannya luar biasa, dan aku hanya terpaku di tempat, menyaksikan aksinya.
Sekali kedipan, aku melihatnya telah menendang kakinya tepat ke wajahku, membuat ujung hak sepatunya yang runcing sedikit menggores pipiku.
Dan kedipan berikutnya, aku melihat kakinya telah berada di bawah, dan ia menghilang saat darah mengalir di pipiku.
Aku terbelalak ketika sebuah suara muncul dari belakangku. "Suro Kesdicth'Anhm? Nama yang indah, dari ras Dicth'anhm. Ras asli yang termulia, dari kasta tertinggi murni. Orang-orang menyebut kalian sebagai darah biru para dewa."
"Perkenalkan, namaku Dita Vilhgasth'anhm. Dari ras Gasth'anhm. Kamu pernah mendengarnya?? Kami ini biasa disebut..."
"Budak para dewa! Ras rendahan yang hina dan seumur hidup hanya bisa mengabdikan diri pada ras Dicth'anhm. Kami ini... Bertanggungjawab atas darah ras suci yang tumpah, maka dari itu..."
Ia meletakkan dagunya ke pundak ku. Tubuhku sejenak kaku, dan mataku melirik ketika ia menjulurkan lidahnya dan menyeka darah di wajahku.
"Tak akan ku biarkan darah mu menetes ke atas tanah sedikit pun." bisiknya, membuat sekujur tubuhku merinding, dan aku langsung melepaskan diri hingga jatuh tersungkur. Aku... Takut sekali dengan orang aneh ini.
Aku menyentuh pipiku lalu menengadah menatapnya. Ia menjilati bibirnya yang terkena bekas noda darahku.
"Darah Dicth'anhm emang selalu lezat." ucapnya, membuat jantungku bergemuruh tak karuan. "Jangan takut gitu lah tuan.. Gue sih emang penjilat, jadi biasakan itu ya.. Hahahaa..." lanjutnya sambil tertawa senang.
Aku masih terdiam. Rasanya sekujur tubuhku kelu karena ulahnya. Darah seolah tak berjalan lancar sebagaimana mestinya.
"Oh ya, gue gak suka kerja pakai bahasa sopan kayak ras kalian, jadi lu aja ya yang nyesuain sama bahasa gue. Hari ini jadwal kerja gue apaan ya? Apa seharian kita pake buat perkenalan aja? Kita saling mengenal satu sama lain aja dulu." ocehnya seorang diri.
Aku terdiam memandanginya. Dapat dari mana sih orang seperti dia? Kalau rasnya sama dengan bibi dan art-ku yang lain, kenapa... Dia kurang ajar??
"Ayo tuan kecil, berdiri. Ngomong-ngomong tentang pintu, untuk gantinya potong gaji aja Ya.." ujarnya santai sambil duduk di atas meja belajarku. "Oh ya, kalian para bibi.. Pergi aja, lagian udah di buka kan pintunya. Gak perlu khawatir kok, dia gak bakalan nakal." lanjutnya sambil mengibaskan tangan ke arah para bibi.
"Ka.. Kalau ada yang bisa di bantu, panggil kami lagi ya neng." ucap para bibi sebelum berlalu.
Ia hanya mengangguk sambil sok mengunyah permen karet gaib, itu karena aku tak melihatnya memakan permen karet sebelumnya.
"Nama elu Suro, lu punya seorang ibu dan juga ayah yang sama-sama keturunan darah biru, wow biasa aja." gumamnya sambil melihat ponsel di tangannya. "Lu punya seorang kakak laki-laki, hm.. Dari tahun lahirnya sih, kayaknya seumuran sama gue." gumamnya lagi.
"Keluarga kaya raya, seorang ayah pebisnis dan ibu rumah tangga. Btw kakak lu kerjaannya gak di tulis, pengangguran pasti!" ocehnya sendiri. Dia yang bertanya, dia sendiri yang menjawabnya.
Ia mengibaskan rambut dan tangannya ke arahku. "Adeh, keluarga harmonis yang gak menarik. Bahagia, penuh tawa, suka duka bersama, penuh kasih dan sayang, ck! Coba bentrok, hidup akan jadi lebih menarik lagi." ocehnya sambil menggerakkan tangannya bak sebuah lengkungan pelangi di pikirannya sendiri.
"Biodatanya lengkap. Kayaknya royal family emang doyan pamer kebahagiaan, kekayaan dan prestasi kalian ya. Ini detil banget, seharusnya gak usah di tulis sih. Bacanya jadi ngeselin, karena pas sekolah dulu, gue ini bego banget sih."
Aku menyipitkan mata menatapnya. Memangnya kalau dia bego, artinya kami tidak boleh memperlihatkan prestasi kami? Itu kan deritanya sendiri.
Tiba-tiba saja perempuan rambut kuning ini menatapku. Ia diam sambil mengerutkan alis. "Ngapain lu liat gue sambil diem? Pasti barusan lu ngatain gue kan dalam hati?!" duganya.
Aku hanya diam dan tak mengubah ekspresi ku sama sekali. "Kalau iya, emangnya kenapa?" balasku.
Ia menjentikkan jarinya sembari membuang muka sesaat. "Bocil bedebah, oke gue suka! Kayaknya, di antara anak royal family, elu deh yang mulutnya paling kurang ajar. Bikin gue tergila-gila."
Aku meringis geli. Kayaknya dia memang sudah gila. Dan kesukaannya pun pada hal-hal yang gila.
Aku duduk bersila di lantai, menatap si rambut kuning yang sedang membaca sebuah buku. Ia langsung melemparkan buku tebal ke hadapanku. "Lu baca itu ya! Hafalin kalau perlu, sampai hatam!"
Aku melirik, melihat sampul buku yang tak asing bagiku. Ini adalah buku etika di keluarga ini, berisi tentang aturan yang harus ku patuhi. "Aku udah hapal itu, kamu aja yang hapalin sendiri! Kayaknya kamu bodoh, jadi jangan sampai aku yang mengajari kamu mengenai tiap isi dari bab buku ini." balasku datar, membuatnya menurunkan sedikit kertas yang menutupi wajahnya, memperlihatkan matanya yang sedang melirik sinis ke arahku.
"Setebal itu? Udah hapal?? Jangan bohong lu, lagian mana bisa sih bocah SD ngehapalin aturan sebanyak ini."
Aku menahan pandangan dan membalas lirikan sinisnya. "Tes aja kalau gak percaya." singkatku.
Ia yang duduk membungkuk langsung menegakkan tubuhnya, menandakan kalau ia tertarik dengan ucapanku. "Nantangin juga nih bocah. Boleh juga, gue bakalan tes seberapa bacotnya elu." ujarnya sambil membuka sembarang halaman buku yang ada di tangannya.
"Etika mengenai tata cara makan di meja makan nomor lima?" tanyanya sambil menatapku lalu melirik ke buku.
"Jangan makan membungkuk, postur tubuh tegap dan biarkan sendok makanan yang mendekatimu." jawabku sambil menatap datar ke wajahnya.
Ia meringis menatapku, seolah tidak rela kalau aku menjawabnya dengan benar. "Ini masih di bagian awal, coba yang di pertengahan, pasti lu gak bakalan bisa jawab karena gak hafal." tuturnya sambil kembali membuka sembarang buku tebal tak berguna milik keluargaku. "Etika berpakaian nomor tiga?"
"Gunakan pakaian yang sopan, nyaman dan elegan." sahutku lagi, membuatnya menarik napas lalu menatap jengah kepadaku.
"Selama mengabdikan diri ke ras Dicth'anhm, gue berusaha buat hapalin ini, yaa.. Itung-itung bisa ngehukum anak darah biru sih, hahaha. Tapi, biasanya bocil SD masih belum terlalu hafal isi buku ini sih, kecuali kalau mereka udah mulai masuk SMP akhir atau SMA." terangnya.
"Apa kamu baru kali ini menjadi pekerja di keluarga kesdicth'anhm?" tanyaku memastikan.
"Kenapa emangnya?"
"Ras dari keluarga kesdicth'anhm ini... Terkenal dengan kejeniusannya di bandingkan ras Dicth'anhm lain." perkataanku membuat perempuan ini mencibir.
"Salah satu ciri khas ras Dicth'anhm, selalu nyombongin kelebihannya dan merendahkan ras Dicth'anhm lain." tukasnya.
Aku hanya tersenyum tipis. "Terserah sih, tapi itu bukan lagi nyombongin diri."
Ia memiringkan bibirnya dengan sinis. "Oke, tes lagi..." ternyata ia masih tak terima dan ingin melanjutkan permainan bodohnya. Ia membuka random halaman buku, dan...
Deg!!
Jantungku terhantam sesaat, ketika tau ia sedang membuka isi halaman buku yang paling ku benci. Buku dengan tulisan bercetak tebal warna merah, menandakan kalau itu adalah bagian paling terpenting dari pada semua isi yang ada di dalam buku. Dan bagian itu, tak boleh ku langgar sedikit pun, karena sifatnya mutlak.
Ia mulai membaca bagiannya, dan sedikit mengernyit ketika memahami isinya. Matanya mengerjap, dan berulang kali ia membacanya dengan teliti.
"Etika sosialisasi dengan keluarga.." ucapnya dengan nada suara yang aneh. "Coba sebutkan, etika sosialisasi nomor satu." lanjutnya sambil menatapku dengan serius.
Aku terdiam sesaat. Tak perlu memikirkan jawabannya, karena itu.. Tertanam dalam di hatiku, hingga benar-benar melukainya. "Tidak boleh berbicara dengan anggota keluargaku." sahutku tanpa ekspresi.
Perempuan ini terus menatapku, seolah menantikan reaksi apa yang akan ku tunjukkan kala menyebutkan isi dari etika menjijikan itu.
"Nomor dua?" lanjutnya, masih menahan pandangan tanpa kembali menatap isi buku.
"Tidak boleh berada satu ruangan dengan keluarga ku." jawabku.
"Nomor tiga?"
"Tidak boleh berjalan beriringan dengan keluarga ku. Tidak boleh berada dekat dengan keluargaku, jarak maksimalnya adalah sepuluh meter. Kalau tidak sengaja berpapasan dengan anggota keluargaku, maka aku harus diam dan menunduk, sampai sosok mereka menghilang dari hadapanku. Tidak boleh menghadiri acara penting keluargaku. Tidak boleh-"
"Stop!! Stop!!" Ia sedikit menyeru dengan nada meninggi, seolah tak mau aku melanjutkan isi dari etika sosialisasi dalam keluargaku. "Apa-apaan etika yang satu ini?" tanyanya, terlihat sedikit marah dari nada bicara dan raut wajahnya.
Aku mengernyit, kenapa dia harus marah pada etika yang satu ini?? Bukankah seharusnya ini adalah hal biasa dalam ras Dicth'anhm? Kecuali kalau dugaanku memang benar waktu itu.
"Ya, isinya emang begitu, kan?" balasku. Sejak belum mengenal tulisan pun, aku sudah di ajari untuk tidak melakukan semua yang tertulis di buku itu. Salah satunya adalah aturan mutlak itu.
Ia menahan pandangannya, dan wajahnya benar-benar serius. "Royal family, kebanyakan adalah keluarga yang harmonis dan bahagia. Mereka di ajari berbagi dan saling mencintai. Mengenai hal ini... Kayaknya, ada kejanggalan dalam keluarga ini."
"Etika berisi sampah ini... Kayaknya sengaja di buat oleh anggota keluarga lu sendiri. Dan pasti, ada alasan di balik semua ini." ujarnya, membuatku meringis. Ternyata, dugaanku benar.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Isnaaja
aturannya mengadi ngadi
2023-09-10
0
Isnaaja
apa dita vampir?
2023-09-10
0
unknown
aduhhh Bru awal lohh ini dah mengorek2 rasa penasaran ajjaaaa
2023-09-07
0