...
“Telpon aku jika ada apa-apa.”
“Dok, aku sudah biasa di rumah sendirian.” Aku tersenyum pada dokter Cilia yang malam ini mengantarku pulang sampai depan rumah dengan mobilnya. Setelah dari tadi siang hingga larut malam aku di tahan di rumah sakit, akhirnya wanita ini mengijinkanku untuk pulang karena tadinya dia tetap menyarankanku untuk rawat inap di rumah sakit.
Hari ini aku tidak bertemu dengan ibu dan Daniel. Aku belum bisa bertemu mereka. Dokter Cilia pun tidak menyarankanku untuk pergi sebelum kondisiku benar-benar pulih. Tapi aku tahu,tidak akan lama lagi aku harus bertemu dengan ibu dan Daniel terlebih perihal masalah yang dibuat anak itu.
Setelah memastikan mobil putih yang di kemudikan dokter Cilia menghilang di belokan jalan, aku segera berbalik
berjalan perlahan mendekati gerbang rumah. Seperti biasanya rumahku ini tampak gelap dan sepi.
“Natasha.”
Pergerakkan tanganku yang hendak memutar kunci harus terhenti mendengar suara itu lagi. Suara jenis Dark tambor yang menenangkan milik seorang pria terdengar dari belakang.
Aku berbalik menatap sosok Bayu yang sudah berdiri di hadapanku. Terakhir aku melihatnya dengan jelas ketika ia
memakai seragam hijau lumut militer di rumah sakit dan itu lebih dari seminggu yang lalu. Sekarang dia hanya memakai celana skinny hitam di padu dengan hodie abu-abu.
Aku tersenyum kecil menyambut kedatangannya
Ahh.. Aku ingat! Kemarin Bayu juga sempat datang tapi aku mengabaikannya karena pikiranku sedang sangat kacau.
“Ayo bicara.” Aku mengangguk pelan menerima ajakannya. Mungkin memang aku tidak berharap banyak tentang hubungan kami, tapi Bayu tetaplah seorang teman yang sudah aku kenal sejak kecil.
“Ayo masuk.”
.
..
…
Setelah menyediakan kopi latte hangat ke hadapannya, kami yang sudah duduk di kursi teras sama-sama terdiam
menunduk memegang cangkir kopi.
Aku tidak tahu harus memulai dari mana. Setelah di pikir-pikir, obrolan kami di rumah sakit saat itu terdengar sangat manis dan nyaman, hanya saja sekarang jika teringat masalah kami, seharusnya dia membenciku dan memakiku setelah aku meninggalkannya begitu saja tanpa alasan.
Seharusnya dia menuntut penjelasan dan kata maafku lalu setelah itu kami tidak akan ada alasan untuk bertemu lagi.
Mungkin jika seperti itu akan lebih baik. Aku tidak akan lagi merasakan perasaan bimbang ini.
Aku merindukannya, tak bisa di pungkiri aku tidak bisa melupakannya dan aku juga tidak ada dalam hidupnya selama lima tahun terakhir ini. Aku tidak tahu bagaimana kabarnya selama ini.
Apakah dia baik-baik saja? Apakah pekerjaannya lancar? Atau Apakah dia menemukan gadis lain?
“Apa kau membenciku?”
“Apa?!” Aku sedikit memekik kaget mendengar pertanyaannya.
Melihat wajahnya dari samping seperti ini terasa mendebarkan.
Ya ampun.. kenapa jantungku sangat lemah.
“Terakhir kali aku kesini, kau menghindariku. Kau terlihat sangat membenciku. Bukankah obrolan kita di rumah
sakit sangat jelas aku mengatakan jika aku tidak terima dengan keputusan sepihakmu untuk memutuskanku?” Suaranya terdengar sangat serius.
“Aku rasa semua ini salah. Seharusnya kau berteriak memakiku. Seharusnya kau membenciku. Seharusnya kau
menuntut penjelasan padaku!”
“Bukankah aku sudah katakan, jika aku sudah menyelidikinya?”
“Tapi akan berbeda rasanya saat kamu mencaritahu sendiri dengan langsung mendengarnya. Ini sudah lima tahun berlalu. Aku tahu, mungkin perasaan cinta itu sudah tidak ada. Kau hanya penasaran denganku. Kau hanya belum puas dengan apa yang sudah kau cari tahu.”
“Apa kau begitu ingin aku membencimu?!” Bayu terdengar kesal sekarang. Dia menatapku dan aku yang duduk di sampingnya hanya menatap kedepan.
“Lebih baik menyadari perasaan sesungguhnya sejak awal dari pada memberikan harapan ‘kan?” Ohh tidak.. suaraku terdengar tercekat!
“Aku akan lebih baik mendengarmu berbicara jujur seburuk apapun itu. Keputusanku lima tahun lalu pasti sangat menyakitimu bagaimanapun juga.” Aku menambahkan dengan cepat.
Bayu menghela napas pelan, kemudian meletakkan cangkir kopi lattenya ke atas meja kecil yang ada di antara kursi kami.
“Ada gadis yang lebih baik di luar sana. Kita sudah tidak bertemu lima tahun. Aku tidak ingin kau hanya terus bertemu denganku karena rasa penasaran.”
“Apa kau lupa kita sudah kenal sejak kecil? lalu kita berpisah dan bertemu lagi saat SMA? Kenapa kau terus
mengatakan lima tahun lalu seolah itu adalah pertama kali kita berpisah? Apa kau sudah menyukai pria lain? Kau ingin mengusirku?”
Aku menoleh menatapnya yang kini tengah menatapku marah. Setelah sekian lama, aku bisa melihat lagi ekspresi
marahnya.
“Apa kamu ingin aku memarahimu, membencimu dan menuntut penjelasan lalu aku pergi begitu saja? Apa kamu tidak bisa melihat bagaimana perasaanku? Kenapa kamu tidak bertanya bagaimana perasaanku sesungguhnya?”
“Pria atau wanita yang di tinggalkan tanpa sebab oleh seseorang yang di cintainya pasti dia akan membencinya. Dia akan menuntut penjelasannya dan melupakannya.” Detak jantungku berdetak sangat kencang. Sekarang aku berusaha berpikir logis.
Aku hanya tidak ingin mendapatkan harapan kosong itu lagi. Terlebih saat Rey mengatakan tentang gadis yang dekat dengan Bayu di kemiliteran sangat menggangguku dan membuatku tidak percaya diri.
Lalu, aku mendengar suara hembusan kencang napas Bayu dan berkata. “Kau ingin mendengar bagaimana aku selama ini setelah kamu memutuskanku?”
“Jujur.” Aku menambahkan.
“Semua ini akan terdengar memalukan.” Dia bergumam tapi aku mendengarnya. Entah mengapa aku justru tersenyum kecil menanggapinya.
Setelah jeda yang cukup lama dan aku hanya bisa mendengar kencang detak jantungku. Angin malam menerpa tubuh kami beberapa kali. Menerbangkan helaian rambutku. Aku masih diam menunggunya berbicara.
“Selama kau pergi, aku terus mengingatmu. Yang selalu aku rindukan, saat kamu tersenyum hanya untukku.” Bayu tersenyum kecil menatap ke langit malam, seolah sekarang dia sedang mengingat perasaan itu.
Wajahku rasanya memanas. Aku jadi malu sendiri mendengarnya.
“Jujur, selama ini aku mencoba untuk tidak mengingatmu. Aku telah hancur lebih dari berkeping-keping karena cinta dan rindu yang tidak bisa terpenuhi.” Suara Bayu yang sangat khas di telingaku terdengar menggelitik saat mendengar perkataan manisnya. Aku melihat pancaran ketulusan dari sorot matanya yang kini balas menatapku.
“Tak dapat berbohong. Begitu dalamnya aku terjatuh, dalam rasa ini. Seharusnya aku memang membencimu, seharusnya aku tidak lagi mempedulikanmu tapi rasa sayang ini tetap ada. Aku menunggu, berharap bisa melihatmu lagi. Saat mendengar bahwa kau telah kembali ke sini, aku memang berniat akan marah padamu dan menuntut penjelasan tapi lagi-lagi aku tidak bisa." Ada jeda sebentar sebelum Bayu melanjutkan.
"Aku memilih untuk menyelidikimu dulu, yang aku temukan kau pindah bekerja di cabang kota lain dan mengejar pendidikan disana. Tidak ada penyelidikan bahwa kau berpacaran dengan pria lain jadi aku berpikir mungkin memang keputusannya untuk putus denganku adalah yang terbaik karena kita sama-sama sibuk bekerja.” Rasanya wajahku memanas mendengar Bayu mengatakan semua itu tanpa berniat untuk melepaskan tatapannya.
“Melihat bagaimana kamu telah mendapat karir di usia muda seperti ini membuatku semakin semangat untuk bekerja. Terlebih sekarang kau sedang melanjutkan kuliah pasca sarjana, aku benar-benar di buat kagum.” Penuturannya membuatku tidak bisa untuk tidak tersenyum kecil.
Selama ini, aku selalu di buat kagum oleh kharisma dan caranya berpikir.
Tidak pernah menyangka lelaki ini juga mengangumiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 348 Episodes
Comments