💜💜💜
“Ka Icha, percayalah padaku kali ini, hm?“
“Tidak ada jaminan bisnis ini akan sukses. Dari pada memikirkan bisnis yang tidak jelas, kenapa kamu tidak melamar bekerja saja. Lulusan fakultas kampus ternama kota ini pasti mendapatkan pekerjaan dengan mudah.”
Ibu menatapku jengkel. “Aku tahu kau memang selalu seperti ini. pelit terhadap keluargamu sendiri. Kau memang sudah biasa tinggal sendirian, apa-apa sendirian. Tapi jangan menghalanginya untuk sukses!”
“Aku tidak menghalanginya untuk sukses bu, hanya saja—“
“Cukup!”
Aku terdiam seketika mendengar bentakkan Ibu, padahal ini masih di luar rumah dan banyak udara di sini tapi kenapa aku sulit bernapas. Dadaku rasanya sangat sesak.
“Kakakmu diberikan tanah, tapi bukan berarti dia memilikinya. Seandainya kau ada di dekat bibimu saat dia meninggal, warisan itu pasti menjadi milikmu. Sejak awal, itu adalah milikmu, Daniel. Ibu akan mengurus semuanya.”
Saat ini, mataku sudah panas dan tenggorokkanku sakit. ingin menangis mendengar ibu mengatakan itu pada Daniel, seolah aku tidak ada di dekatnya.
Bibi selain mewariskankau rumahnya, dia juga mewariskanku tanah perkebunan di tiga kota. Sejak dulu saat bibi mulai membahas tentang warisan, aku selalu menolaknya tapi bibi dengan tulus mengatakan padaku jika ia tidak akan memberikannya pada Daniel atau ibu, ia bersikeras ingin mewariskannya padaku. Itu salah satu alasan ibu semakin kesal padaku.
Aku masih ingat dengan jelas, bibi berpesan jika saat waktunya tiba semuanya menjadi milikku, aku tidak boleh menjualnya untuk kepentingan Daniel dan Ibu. Aku harus memakainya saat benar-benar membutuhkannya.
Bibi Rose, aku sangat merindukanmu. Bibi selalu berdiri di depanku jika Ibu sudah mengomel seperti ini. Bibi sangat menyayangiku.
“Lihatlah bagaimana calon suami masa depan kamu terlihat. Meskipun dia tidak terlalu tampan, bisnisnya kuat dan dia akan mewarisi perusahaan kakeknya. Ibu pikir dia cocok untuk menjadi menantuku.” Dan sekarang ibu tiba-tiba menunjukkanku sebuah foto pria dewasa berkacamata dari ponselnya. Aku berusaha menahan air mataku. Aku harus selalu kuat berhadapan dengan ibu yang seperti ini.
“Bu, aku belum memikirkan untuk menikah! Lagi pula aku ingin menikah dengan orang yang aku cintai dan mencintaiku.”
“Apa yang kamu bicarakan? Apakah kamu mengatakan tidak bisa hidup seperti yang kau inginkan karena aku?” Ibu membentakku keras, merasa tersinggung. Tapi aku maksudku tidak seperti itu.
TAKK..
Tiba-tiba sinar lampu di sekitar rumah mati. Kami bertiga saling tatap dan aku langsung mengecek rumah lain. Rumah di sekitar kami lampunya masih menyala, kenapa hanya rumah Ibu yang seluruh lampunya mati? Apa jangan-jangan—
“Bu, Apakah Kamu tidak membayar listrik? Uang yang aku berikan padamu setiap bulan termasuk biaya listrik bagaimana??”
Dalam keremangan malam, aku melihat gesture ibu yang gelisah. Ahh aku bisa menebak apa yang akan di jawab.
“Oh, saya benar-benar lupa. Apa yang harus Ibu lakukan?”
“Aku mengirim uang itu padamu!”
“U—uang? Ibu menghabiskan semuanya. Adikmu sedang menghadapi ujian sidang beberapa bulan terakhir ini. Ibu tidak ingin membuatnya stress dan memiliki gizi cukup. Jadi ibu menghabiskan uang itu untuknya—membeli daging, mengecat kamarnya dan membeli beberapa perabot baru.”
“BU!! Bagaimana bisa kau seperti ini—listrik sangat penting.” Daniel memekik kesal terhadap ibu, aku yang sudah tidak tahu harus mengatakan apa hanya menghela napas. Berusaha mengatur emosiku yang sudah ingin meledak.
Tanpa mereka ketahui, air mataku sudah jatuh membasahi pipi. Aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Ibu selalu seperti ini, tapi aku selalu tidak terbiasa. Meskipun aku tahu bagaimana sifat ibu, tetap saja dadaku selalu sesak berhadapan dengannya.
“Aku yang akan membayar listriknya besok.” Aku berbalik hendak pergi.
“Ka! Bagaimana cahaya—“
“Kau beli saja lilin!!” Aku memekik kesal memotong ucapan Daniel saat mulai menaiki motorku.
“Yaak! Kau tega melihat ibu dan adikmu tidur di rumah yang gelap seperti ini? Bagaimana jika kami kerampokkan—“
“Jadi apa mau ibu?!” Rasanya aku sudah lelah menghadapi semuanya. Aku tidak tahu lagi apa yang harus di pikirkan.
.
..
…
Uhuk uhuk uhuk..
“Kau tidak apa-apa? bagaimana jika aku antar ke rumah sakit atau klinik terdekat.”
“Uhuk.. tidak usah, terima kasih. Ini sudah cukup.” Aku menunjukkan bungkusan obat yang baru saja di beli. Beberapa kali apoteker yang bertugas malam ini mendekatiku dan menanyakan kabarku.
Saat ini aku duduk di dalam apotek untuk membeli beberapa vitamin dan fresh air jika sesak napas yang aku rasakan berkepanjangan. Tanganku bergetar dan napasku sangat sesak setelah aku pergi meninggalkan Ibu dan Daniel yang akan menginap di hotel malam ini.
Satu tahun ini aku selalu seperti ini setelah berhadapan dengan Ibu. Terkadang aku akan menangis tersedu dan berakhir demam keesokkan hari. Mungkin inilah titik terendahku, dan malam ini terjadi lagi.
Aku tidak masuk kelas kuliah hari ini, aku tidak bisa datang dengan keadaanku. Selama ini aku barusaha berdiri menghadapi segala macam sifat ibu. Yang aku tahu, mau seberapa keraspun aku mencoba untuk memenuhi kebutuhannya, tetap saja di mata ibu, aku bukan anak yang berbakti.
Aku berharap aku bisa lebih kuat lagi, tapi lama kelamaan sulit sekali. Aku bisa berpura-pura seperti aku bahagia ketika aku sedih. Untuk ibu aku bisa berpura-pura seperti aku kuat ketika aku terluka.
Aku berharap cinta itu sempurna sebagaimana cinta itu sendiri. Dan aku berharap semua kelemaan ini bisa disembunyikan.
Setelah memakan vitamin dan mengatur napas menenangkan diri, aku masih diam melamun berpikir apa yang harus aku lakukan selanjutnya. Keadaanku sudah lebih baik ketika aku sudah menghabiskan waktu satu jam berada di tempat ini.
Aku melangkah keluar berjalan menuju motor yang aku parkirkan, kemudian segera memakai helm dan menaikinya. Aku ingin segera pulang dan tidur. Setidaknya tidur bisa membuatku melupakan semuanya walau sejenak.
“Kau lagi?! Apa yang kau lakukan di sini?” Aku refleks mengerem mendadak tepat di depan gerbang rumah saat melihat seorang pria dengan celana hitam skinny dan jaket hijau lumutnya menutup seluruh badan. Kali ini Bayu tidak memakai topi seperti 2 hari lalu.
“Aku kan sudah janji akan datang lagi hari ini. Apa kau sudah mulai lupa karena aku tidak penting lagi untukmu, hm?”
Aku tak tahu apa yang harus aku jawab, tentu saja ucapannya tidak sepenuhnya benar. Aku lupa karena kejadian dengan Ibu dan hei dia tetap lelaki yang diam-diam selalu aku rindukan.
“Kenapa jadi kamu melamun seperti ini?” Bayu sudah berada tepat di depan wajahku, aku refleks menahan napas saat hidung kami hanya berjarak beberapa centi saja. Kemudian dia menarik diri dan berdiri menatapku dengan ekspresi seolah tahu apa yang terjadi.
“Jadi—gadis cantik ini menangis? Siapa yang membuatmu menangis?”
“Apa?! Tidak!”
“Terdengar jawaban ‘Ya’ bagiku. Wanita memang selalu seperti itu, ketika mereka menjawab Tidak, berarti Ya. Ketika mereka menjawab terserah berarrti mereka sedang marah.”
Aku melepaskan helm agar bisa menatapnya jengkel. “Jadi tuan yang satu ini sudah sangat mengerti wanita, huh? Kau pasti sudah sering berurusan dengan wanita!”
“Tidak. Aku menyadari hal kecil ini dari dirimu. Dan lagi hanya sebagai informasi aku tidak berselingkuh, bertahun-tahun ini aku sangat fokus dengan pekerjaanku di camp militer setelah kamu mengirimkan pesan putus itu.”
Aku mendengus sebal tidak bisa menjawab perkataannya. Entahlah otakku rasanya sangat buntu memikirkan perdebatan ini.
Tiba-tiba aku merasakan tangan kanan Bayu menepuk-nepuk pelan puncak kepalaku. Aku mendongak dengan tatapan setajam-tajamnya.
Bukannya menyingkirkan tangannya, Bayu justru tertawa dan semakin mengusap sisi kepalaku. “Malam ini tidurlah lebih awal, kamu bisa tidur lebih nyenyak jika meminum minuman hangat dulu. Aku tahu bagaimana kamu. Gadis cantik ini tidak akan dengan mudah menceritakan apa yang terjadi padanya.”
Ucapan tulusnya tanpa ada tatapan jahil ini sedikit menenangkanku. Aku tenggelam dalam lembutnya tatapan itu dan gesture tangannya yang belum lepas mengusap kepalaku ini. Dia terlihat lebih dewasa sekarang.
“Mungkin aku memang tidak bisa menyelsaikannya untukmu tapi aku di sini selalu mendukungmu.”
“Sejak kapan seorang Bayu pandai berkata-kata manis?”
Bayu menarik tangannya kemudian terkekeh pelan. Lalu yang terjadi selanjutnya tiba-tiba Bayu melangkah mendekat dan memelukku tanpa aba-aba. Melingkarkan kedua tangannya di bahuku dan aku merasakan dagunya berada di atas puncak kepalaku.
Perpaduan wangi parfum segarnya dengan wangi mint yang menguar dari tubuhnya mampu membuatku mematung seketika. Jantungnya berdegup lebih kencang dan aku sangat gugup sekarang. Wangi tubuhnya masih sama. Pemilihan parfumnya pun tidak berubah.
Aku tidak berusaha menyingkirkannya, aku juga tidak berusaha untuk membalas pelukannya. Aku seperti orang bodoh yang tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
“Setelah aku kembali, ayo kita bicara lebih serius tentang semuanya.” Bayu melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahuku. Aku selalu menyukai sikapnya yang seperti ini, dia tidak pernah ragu untuk menatapku langsung.
Aku balas menatapnya dengan pandangan bingung bertanya maksud dari perkataannya tentang kembali. “Apa kau tidak tahu aku adalah—“
“Tidak! Berhenti! Jangan memberitahuku!!” Aku memekik cepat, untuk saat ini lebih baik aku tidak tahu apa posisinya selain hanya seorang tentara. Aku memang yakin jika sekarang lelaki ini memiliki posisi yang penting.
Tapi sebelum semuanya jelas, tentang bagaimana perasaanku dan keputusan kami lebih baik aku tidak tahu.
Bayu seolah mengerti dari tatapanku. Dia menghembuskan napas pelan dan mengangguk.
Aku baru menyadari seberapa dekat dan mengertinya kami satu sama lain. Hanya dengan tatapan meskipun tidak berbicara, kami seolah tahu apa yang dipikirkan dan apa yang harus kami lakukan.
Tuhan, kenapa semuanya semakin rumit. Aku hanya ingin membuatnya pergi menjauh tapi dia justru kembali dengan segala pesona dan kasih sayangnya.
TIINN TINN..
Suara bunyi klakson dan cahaya lampu mengalihkan pandangan kami. Sebuah mobil hitam mewah melaju mendekat dan berhenti tidak jauh dari posisi kami.
Aku balik menatap Bayu yang juga tengah menatapku. Dia tersenyum kecil kemudian kembali menepuk puncak kepalaku beberapa kali sebelum berkata.
“Baiklah. Aku pergi.”
Kali ini aku semakin mematung di tempat saat Bayu mengecup sisi kepalaku sekilas dan lelaki itu berlalu meninggalkanku menuju mobil jemputannya begitu saja.
Aku meliriknya dengan ekspresi kesal dan jengkel. Setelah dia mencuri-curi pelukan, lalu sekarang dia menciumku begitu saja. Dasar lelaki buaya darat!!
Sebelum Bayu masuk ke dalam mobil, dia sempat menoleh menatapku dengan tawa lebar karena berhasil membuatku kesal.
Tsk!!
Bayu tidak pernah membiarkan aku hidup tenang tanpa kekesalan padanya setiap kali kami bertemu.
~~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 348 Episodes
Comments
Tatik Pkl
Ibu tiri nih
2020-09-17
0
Yuni Audy
cocoknya bayu d perankan oleh hyun bin, dan wanitanya park shin hyn
2020-08-26
1
Penjaga Hati
aku mampir kk
mampir juga di karyaku
Cinta Maya Istri yang terbuang
Aku mencintai dosenku
2020-07-16
0